Kamis, 06 April 2017

SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA

Sejarah adalah mempelajari pengalaman masa lalu untuk dijadikan pelajaran untuk masa depan agar kita tidak jatuh kedalam kesalahan yang sama pada masa depan.


BAB I
PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA PENGARUH HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
A.    Proses Masuk dan Berkembangnya Hindu-Budha di Indonesia
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asiaterdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannyadianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Keduanegeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat danlaut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka.
Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:1.Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,2.Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,3.Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakinluas, dan4.Pengaruh asing masuk ke Indonesia, sepertiHindu-Budha.Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.1. Hipotesis BrahmanaHipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia.
Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah VanLeur.2.Hipotesis KsatriaPada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau diIndia sering terjadi peperangan antar golongan didalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia.Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pulaterjadi proses penyebaran agama dan budayaHindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.3. Hipotesis Waisya Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu Kenusantara.
Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J.Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya 4.
Hipotesis SudraVon van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan.Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak,mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
1.     Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu:1.Reg Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.2.Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci.3.Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.4.Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.Di samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:1.Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.2.Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan danmakna hidup.Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi” yaitu:1.Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta.2.Dewa Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.3.Dewa Siwa, sebagai dewa perusak.
Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa hujan yang sangat penting untuk pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk memasak dan upacara-upacara keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut Catur warna yaitu:1.Kasta Brahmana, terdiri dari para pendeta.2.Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.3.Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, danburuh menengah.4.Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil,dan budak.Selain 4 kasta tersebut terdapat pula golongan pharia atau candala, yaitu orang di luar kasta yang telahmelanggar aturan-aturan kasta.Orang-orang Hindu memilih tempat yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa serta Sungai Ganggayang airnya dapat mensucikan dosa umat Hindu,sehingga bisa mencapai puncak nirwana.
2.     Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama diIndia pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskandiri dari samsara.Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “TigaKeranjang” yang ditulis dengan bahasa Poli. Adapunyang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:1.Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan danhukum yang harus dijalankan oleh umat Buddha.2.Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.3.Abhidarma pittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau“Tiga Kebaktian” yaitu:
a)    Buddha yaitu berbakti kepada Buddha.
b)    Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
c)     Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping itu agar orang dapat mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan kebenaran atau Astavidha yaitu:1.Pandangan yang benar.2.Niat yang benar.3.Perkataan yang benar.4.Perbuatan yang benar.5.Penghidupan yang benar.6.Usaha yang benar.7.Perhatian yang benar.8.Bersemedi yang benar. Karena munculnya berbagai penafsiran dari ajaranBuddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran dalam agama Buddha yaitu:1.Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri.2.Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan saling membantu.Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu :1.Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.2.Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.3.Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama kali.4.Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.


B.    Pengaruh Hindu Budha Di Indonesia
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambahk hasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.Tersebarnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia berpengaruh luas dalamkehidupan masyarakat Indonesia, diantaranya dalam bidang berikut ini :
1.     Kepercayaan
Bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindudan Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan aslinya, seperti pemujaan terhadap roh nenek moyang.
2.     Sosial
Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya dalam masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta.
3.     Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruh dan perubahannya, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktifitas perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha.
4.     Kebudayaan
Pengaruh kebudayaan Hindu-budha terlihat dari hasil-hasil kebudayaan seperti bangunan candi, senisastra, berupa cerita-cerita epos diantaranya Epos Mahabharata dan Epos Ramayana. Pengaruh lainnya adalah sistem tulisan. Kebudayaan Hindu-Budha amat berperan memperkenalkan sistemtulisan di masyarakat Indonesia.
5.     Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat diIndonesia telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama,upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.
6.     Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yangterbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan,seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.
7.      Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.
8.     Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hinggasaat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
9.     Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesiamembawa kemajuan besar dalam bidang sastra.Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalahkitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah 1.Arjuna wiwaha, karya Mpu Kanwa, 2.Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan 3.Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.



C.    Teori Masuknya Agama Hindu -Budha

1.     Teori Brahmana
Di kemukakan oleh J.C Van Leur. Menurutnyapara Brahmana sangat berperan dalam penyebaran agaman Hindu di Indonesia. Para Brahmana diundang oleh penguasa nusantara untuk menobatkan raja, memimpin upacara-upacara keagamaan, dan mengajarkan ilmu pengetahuan.
2.     Teori Ksatria
Dikemukakan oleh C.C Berg. Menurutnya agama Hindu disebarkan oleh para prajurit perang yang kalah dan melakukan migrasi kenusantara.

3.     Teori Waisya
Dikemukakan oleh N.J Krom. Menurutnya agama Hindu disebarkan oleh para pedagang yang datang ke nusantara.
4.     Teori Arus Balik
Dikemukakan oleh F.D.K Bosch. Menurutnya agama Hindu Budha dibawa oleh para pemuda yang khusus belajar agama di India.
D.    Sejarah  Perkembangan  Hindu – Budha  Di  Indonesia
Perspektif masuknya agama Hindu di Indonesia ada 4 teori:
1. Teori Sudra (golongan orang biasa)
Sesuai dengan namanya, teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke nusantara dibawa oleh orang-orang India berkasta Sudra.
2. Teori Waisya (golongan pedagang)
Menurut teori ini, kelompok yang berperan besar dalam penyebaran agama Hindu adalah golongan Waisya. Teori ini dikemukakan oleh Prof. N.J. Krom.
3. Teori Ksatria (golongan raja)
Menurut teori ini, kelompok yang berperan besar dalam penyebaran agama Hindu di nusantara adalah golongan ksatria. Proses penyebaran agama tersebut dilakukan dengan cara pendudukan (kolonisasi). Teori yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Ir. J.L. Mouens.
4. Teori Brahmana (golongan ulama / tokoh agama)
Menurut teori ini, faktor utama penyebaran agama Hindu di nusantara adalah dari kaum Brahmana. Teori yang dikemukakan oleh J.C. Ban Leur.
Penyebaran Agama Budha
Melihat bukti-bukti antropologi yang ada, agama Budha diperkirakan masuk ke nusantara sejak abad ke-2 Masehi. Hal tersebut dapat dinyatakan dengan penemuan patung Budha dari perunggu di Jember dan Sulawesi Selatan. Patung-patung itu menunjukkan gaya seni Amarawati.
Agama Budha di nusantara berasal dari laporan seorang pengelana Cina bernama Fa Hien pada awal abad ke-5 Masehi. Dalam laporan tersebut, Fa Hien menceritakan bahwa selama bermukim di Jawa, ia mencatat adanya komunitas Budha yang tidak begitu besar di antara penduduk pribumi. Seorang Biksu Budha bernama Gunawarman, putera dari seorang raja Kashmir di India, yang datang ke negeri Cho-Po untuk menyebarkan agama Budha Hinayana. Negeri Cho-Po mungkin terletak di Jawa atau Sumatera.
E.    Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha

1. Kutai
Di daerah Kutai, Kalimantan Timur, bukti itu berupa tujuh buah prasasti berbentuk yupa. Yupa ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Prasasti itu dibuat kira-kira pada abad ke-5 Masehi. Kerajaan Kutai di Hulu sungai Mahakam. Pendiri kerajaan itu bernama Kudungga, dipastikan bukanlah sebuah nama Hindu, namun asli nusantara. Prasasti-prasasti itu sendiri dibuat untuk memuliakan Raja Kutai yang ketiga, Mulawarman. Prasasti yang menyebutkan bahwa raja tersebut telah memberikan sumbangan berupa 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
2.  Tarumanegara
Kerajaan Hindu pertama di Jawa Barat dan kedua di nusantara ialah Tarumanegara. Kerajaan ini terletak di antara sungai Cisadane dan sungai Citarum pada abad ke-5 Masehi. Catatan para pengelana Cina yang singgah di Jawa seperti kisah Fa-Shien mengenai sebuah kerajaan yang bernama To-lo-mo (Tarumanegara). Tang dan Sung menyebutkan bahwa kerajaan tersebut beberapa kali mengirimkan utusannnya ke Cina.

3.     Kalingga
Dalam sebuah berita Cina yang berasal dari seorang biksu Budha bernama I-Tsing, pada pertengahan abad ke-7 terdapat sebuah kerajaan bernama Holing atau Kalingga di daerah Jawa Tengah. Kerajaan Kalingga diperintah oleh seorang ratu bernama Sima. Pemerintahannya sangat keras, namun adil dan bijaksana.

4.     Melayu
Melayu merupakan salah satu kerajaan terkuat di nusantara. Banyak ahli sejarah yang memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di daerah Sungai Batanghari, Jambi. Banyaknya peninggalan kuno seperti candi dan arca yang ditemukan di sana.
Pada masa pemerintahan dinasti Tang, dilaporkan bahwa pada tahun 644 dan 645 utusan dari negeri Moloyeu (Melayu) membawa hasil bumi. Pengelana Cina I-Tsing kemudian melaporkan bahwa pada abad ke-7 kerajaan tersebut ditaklukkan oleh Sriwijaya. Nama Melayu baru muncul kembali pada abad ke-12 ketika kerajaan Singasari melancarkan ekspedisi. Pemelayu. Melayu mengalami masa kejayaan pada pemerintahan raja Adityawarman. Menurut catatan pada arca Manjusti di Candi Jago, Jawa Timur, bahwa Adityawarman membantu Gajah Mada menaklukkan pulau Bali.

5.     Sriwijaya
Sriwijaya pertama kali dijumpai di dalam Prasasti Kota Kapur dari pulau Bangka. Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan di Sumatera Selatan yang berpusat di Palembang. Pada tahun 671, seorang biksu Budha bernama I-Tsing menceritakan bahwa ketika ia pergi dari Kanton ke India, ia singgah terlebih dahulu di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar tata bahasa Sansekerta. Kerajaan Sriwijaya juga diperkuat oleh penemuan beberapa prasasti yang semuanya ditulis dengan Pallawa dalam bahasa Melayu Kuno. Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur, dan Karang Berahi.

6.     Mataram Kuno
Kerajaan Mataram berada di wilayah Sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Kerajaan ini dapat diketahui dari prasasti Canggal. Prasasti Belangka tahun 732 M menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh Sana, diteruskan oleh keponakannya, Sanjaya. Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam pembangunan candi Agama Budha dan Hindu. Candi yang diperuntukkan bagi Agama Budha antara lain candi Borobudur yang dibangun oleh Samaratungga dari dinasti Syailendra.  Candi Hindu yang dibangun antara lain candi Roro Jongrang di Prambanan yang dibangun oleh Raja Pikatan.

7.   Wangsa Warmadewa di Bali
Keluarga Raja Warmadewa muncul pertama kali pada tahun 914. Hal itu diketahui dalam prasasti dari Sanur yang dikeluarkan oleh Sri Kesariwarmedewa.

8.  Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas di Jawa Timur. Kerajaan ini dibangun oleh Mpu Sendok yang sebelumnya memerintah kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah. Di tempat barunya ini Mpu Sendok mendirikan sebuah dinasti yang bernama Isyana.

9.     Kediri
Keputusan Airlangga untuk membagi dua kerajaannya menghasilkan pembentukan dua kerajaan, Jenggala dan Panjalu (Kediri). Panjalu berhasil mendesak Jenggala.
Sebagai gantinya, 60 tahun kemudian muncullah kerajaan Kediri. Pada tahun 1116, Kediri diperintah oleh Sri Kameswara (1116-1135). Kemudian ia digantikan oleh Jayabaya. Jayabaya memerintah antara tahun 1135 hingga 1157, ia memakai lambang Garudamukha untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan sah Airlangga.

10. Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok setelah dia berhasil mengalahkan Kediri. Riwayat Ken Arok sendiri tidak banyak diketahui karena namanya tidak dikenal dalam prasasti. Dalam kitab Pararaton dan Negarakertagama, ia dikatakan berasal dari sebuah keluarga biasa dari desa Pungkur. Melalui bantuan pendeta bernama Danghyang Lohgawe, ia kemudian berhasil bekerja pada Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung.
Tertarik oleh isteri sang akuwu yang cantik bernama Ken Dedes, Ken Arok kemudian membunuh Tunggul Ametung dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring.  Setelah itu ia menikahi Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung.

Kisah tragedi Anusapati, anak yang dikandung Ken Dedes dari Tunggul Ametung, mengetahui tragedi yang menimpa ayahnya. Ia kemudian membunuh ayah tirinya itu dengan keris yang telah membunuh ayah kandungnya dan mengambil alih tahta kerajaan.
Pemerintahan Anusapati berlangsung selama 21 tahun (1227 – 1248). Masa pemerintahannya tidak banyak diketahui selain dia gemar mengabung ayam, dia dibunuh oleh Tohjaya, seorang anak Ken Arok dari istri lainnya yang bernama Ken Umang. Pada gilirannya, Tohjaya kemudian dibunuh oleh anak Anusapati yang bernama Ranggawuni. Ranggawuni naik tahta pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana. Ia merupakan raja Singasari pertama yang namanya diabadikan dalam prasasti Narasingharmuti. Perluasan pengaruh Kemaharajaan Cina – Mongol di bawah Khubilai Khan menimbulkan tantangan terhadap kekuasaan Kertanegara.
Ketika sang kaisar mengirimkan utusan yang menuntut agar Singasari tunduk kepada Cina. Kertanegara melukai wajah sang utusan yang bernama Mengki Khubilai Khan murka dan mengirimkan pasukan untuk menyerang Jawa pada tahun 1292. Akan tetapi, keruntuhan Kertanegara ternyata datang dari jurusan lain. Seorang keturunan raja-raja Kediri bernama Jayakatwang memberontak terhadap kekuasaan Singasari untuk memulihkan kembali kejayaan Kediri yang diruntuhkan oleh leluhur Kertanegara. Jayakatwang berhasil membunuh Kertanegara meskipun menantunya yang bernama Raden Wijaya berhasil lolos.

11. Majapahit
Pendiri Majapahit ialah Raden Wijaya. Raden Wijaya merupakan menantu Kertanegara yang berhasil meloloskan diri ke Madura setelah kematian mertuanya. Dengan bantuan penguasa Madura bernama Arya Wirajaya, ia menawarkan diri untuk bekerjasama dengan Jayakatwang di Kediri.
Jayakatwang kemudian memberikan daerah Hutan Tarik (sekarang Trowulan) kepada Raden Wijaya. Raden Wijaya diam-diam memperkuat diri sambil menunggu saat yang tepat untuk membalas dendam. Pada awal tahun 1293 tentara Cina – Mongol yang dikirim untuk menghukum Kertanegara tiba di Pulau Jawa. Raden Wijaya berhasil membunuh Jayakatwang.
Setelah berhasil mengalahkan Kediri, Raden Wijaya berbalik menyerang tentara Mongol dan memaksa mereka lari meninggalkan pulau Jawa. Ia dinobatkan menjadi Raja Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jaya Wardhana pada 12 November 1293.
Para pengikut Kertarajasa yang berjasa dalam mendirikan Majapahit kemudian diangkat menjadi pejabat tinggi kerajaan. Di antara mereka terdapat tokoh-tokoh, yaitu Arya Wiraraja.
Pu Tambi (Nambi), dan Ronggo Lawe. Pengangkatan tersebut menimbulkan rasa tidak puas bagi jabatan yang lebih tinggi. Timbullah serangkaian pemberontakan seperti yang dilakukan Ronggo Lawe pada tahun 1295 serta Pu Sora dan Juru Demung antara tahun 1298 – 1300. Di tengah-tengah kekacauan ini, Raden Wijaya wafat pada tahun  1309. Pengganti Raden Wijaya adalah Jayanegara yang bergelar Sri Jayanegara.
 Pemberontakan Nambi tahun 1316 dapat dipadamkan oleh Mahapati. Kemudian menyusul pemberontakan Semi pada tahun 1318 dan Kuti 1319. Setelah peristiwa itu, raja Jayanegara sadar kalau Mahapati ternyata tukang fitnah. Akhirnya, ia ditangkap dan di hukum mati. Ketika terjadi pemberontakan Kuti inilah muncul nama Gajah Mada. Pada tahun 1328, Jayanegara tewas dibunuh oleh Tanca. Tahta kerajaan kemudian diwakilkan kepada puterinya, Tribhuwanatunggadewi (Bhre Kahuripan). Selama pemerintahan ratu tersebut, kemelut politik masih muncul. Hal tersebut terlihat dengan adanya pemberontakan Sadeng pada tahun 1331.
Pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada. Sebagai balasan atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Mangkubumi (Perdana Menteri).
Pada saat dilantik, Gajah Mada mengucapkan suatu sumpah terkenal yang disebut sebagai Sumpah Palapa. Dalam sumpahnya itu, Gajah Mada bertekad untuk tidak berhenti beristirahat sampai seluruh nusantara dipersatukan di bawah panji Majapahit. Tribhuwanatunggadewi menduduki tahta selama 22 tahun dan kemudian menyerahkan tahta Majapahit kepada puteranya Hayam Wuruk. Hayam Wuruk menjadi raja dengan gelar Sri Rajasanegara.
Pemerintahannya berlangsung selama 39 tahun, ia didampingi oleh Gajah Mada sebagai patihnya. Di bawah duet Sri Rajasanegara dan Gajah Mada, persatuan nusantara perlahan-lahan dapat diwujudkan meskipun sempat diwarnai keributan dengan adanya peristiwa Bubat. Peristiwa yang menewaskan Maharaja Sunda Padjajaran yang bernama Sri Bhaduga dan Dyah Pitaloka, puterinya yang menjadi calon permaisuri Hayam Wuruk. Peristiwa ini meretakkan Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Hayam Wuruk sangat memperhatikan kehidupan agama. Ia berusaha mempersatukan tiga aliran agama, yaitu Budha, Siswa dan Wisnu. Kerukunan hidup beragama di Majapahit dilukiskan oleh Mpu Tantular dalam bukunya Sutasoma dengan kalimat “Bhineka Tunggal Eka”.
 Beberapa pujangga  besar yang hidup pada masa tersebut adalah Mpu Prapanca dengan karyanya kitab Negarakertagama dan Mpu Tantular dengan karyanya Arjuna Wiwaha. Kematian Gajah Mada pada tahun 1364, yang disusul oleh wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389 menyebabkan kemunduran besar bagi Majapahit.
F.  Pengaruh dan Warisan Kebudayaan Hindu – Budha
1.  Pengaruh Kebudayaan Hindu – Budha
Perkembangan Hindu – Budha di nusantara tidak sekedar membawa perubahan dalam bidang keagamaan saja melainkan juga berpengaruh pada kehidupan politik, sosial dan budaya.
2. Perubahan dalam bidang politik
Di bidang politik yang paling nyata adalah diperkenalkannya sistem kerajaan. Sebelumnya, kedudukan pemimpin dalam masyarakat nusantara ialah orang yang dituakan oleh sesamanya.
3. Perubahan dalam bidang social
Masyarakat nusantara terbagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan aturan kasta. Akan tetapi, sistem kasta yang berlaku di nusantara tidaklah seketat di negara asalnya.
4. Perubahan dalam bidang kebudayaan
Pengaruh di bidang kebudayaan terutama berkaitan dengan penyelenggaraan upacara keagamaan, seperti upacara sesajen, pembuatan relief, candi serta penggunaan bahasa sansekerta.
5. Warisan kebudayaan Hindu – Budha
a.     Arsitektur
Arsitektur warisan kebudayaan Hindu – Budha dapat dilihat dari stupa dan candi. Awalnya stupa dikenal sebagai kuburan kubah atau bukit makam yang sederhana, kemudian bentuk arsitektur ini menjadi sebagai bangunan suci bagi umat Budha. Gerbangnya terdapat di empat penjuru mata angin, biasanya dihiasi dengan gambar-gambar timbul (relief).
 Adapun candi merupakan bangunan peninggalan masa lalu yang digunakan untuk memuliakan orang yang telah meninggal, khusus bagi para raja dan orang-orang terkemuka.
b.    Seni sastra
Seni sastra peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu – Budha ialah tampak dalam penulisan prasasti, kitab dan kakawin. Prasasti biasanya ditulis untuk memberikan informasi sehubungan dengan adanya peringatan, perintah, atau keberadaan suatu kerajaan. Pada masa kerajaan Kutai, informasi itu dipahatkan pada Yupa (tugu batu).
Kitab adalah sebuah karangan tentang kisah, catatan atau laporan suatu peristiwa. Kitab ditulis dalam lembaran daun lontar. Isi kitab berupa rangkaian puisi yang terdiri atas beberapa bait, ditulis dalam bahasa yang indah. Ungkapan dalam puisi itu disebut kakawin. Beberapa kitab yang ditulis misalnya, Mahabharata, Arjuna Wiwaha, Negarakertagama, dan Sutasoma.


c.     Seni rupa / ukir
Karya seni rupa banyak dijumpai dalam bentuk relief yang dipahatkan pada dinding candi, biasanya berupa gambar dan hiasan serta ada yang merupakan rangkaian cerita atau kisah orang-orang tertentu. Relief-relief itu antara lain dapat ditemui dalam berbagai candi seperti Borobudur, Prambanan dan Panataran.












BAB II
HASIL  KEBUDAYAAN  INDONESA  PENGARUH  DARI  HINDU  BUDAHA

Pengaruh  Hindu  dan  terhadap  kehidupan  masyarakat  Indonesia  dalam  bidang  kebudayaan,  berbarengan  dengan  datangnya  pengaruh  dalam  bidang  agama  itu  sendiri.  Pengaruh  tersebut  dapat  berwujud  fisik  dan  nonfisik.  Hasil  kebudayaan  pada  masa  Hindu Buddha  di  Indonesia  yang  berwujud  fisik  di  antaranya:  arca  atau  patung,  candi  (kuil),  makara,  istana,  kitab,  stupa,  tugu  yupa,  prasasti,  lempengan  tembaga,  senjata  perang,  dan  lain-lain.  Sedangkan  peninggalan  kebudayaan  yang  bersifat  nonfisik  di  antaranya:  bahasa,  upacara  keagamaan,  seni  tari,  dan  karya  sastra.
Kebudayaan  merupakan  wujud  dari  peradaban  manusia,  sebagai  hasil  akal budi  manusia  dalam  memenuhi  kebutuhan  hidupnya  baik  primer,  sekunder,  atau  tersier. Wujud  kebudayaan  ini  cukup  beragam,  mencakup  wilayah  bahasa,  adat-istiadat,  seni  (rupa,  sastra,  arsitektur),  ilmu  pengetahuan,  dan  teknologi. Dan  setiap  kebudayaan  yang  lebih  maju  pasti  mendominasi  kebudayaan  yang  berada  di bawahnya.  Begitu  pula  kebudayaan  India  yang  dengan  mudah  diterima  masyarakat  Indonesia.
Meskipun  budaya  India  berpengaruh  besar,  akan  tetapi  masyarakat  Indonesia tidak serta-merta meniru begitu saja kebudayaan tersebut. Dengan kearifan  local  masyarakat  Indonesia,  budaya  dari  India  diterima  melalui  proses  penyaringan  (filtrasi)  yang  natural.  Bila  dirasakan  cocok  maka  elemen  budaya  tersebut  akan  diambil  dan  dipadukan  dengan  budaya  setempat,  dan  bila  tak  cocok  maka  budaya  itu  dilepaskan.  Proses  akulturasi  budaya  ini  dapat  dilihat  pada  model  arsitektur,  misalnya,  punden  berundak  (budaya  asli  Indonesia)  pada  Candi  Sukuh  di  Jawa  Tengah;  atau  pada  dinding - dinding.

1.     Bahasa Dan Sistem Aksara
Bahasa  merupakan  unsur  budaya  yang  pertama  kali  diperkenalkan  bangsa  India  kepada  masyarakat  Indonesia.  Bahasalah  yang  digunakan  untuk  menjalin  komunikasi  dalam  proses  perdagangan  antarkedua  pihak,  tentunya  masih  dalam  taraf  lisan.  Bahasa  yang  dipraktikkan  pun  adalah  bahwa  Pali,  bukan  Sansekerta  karena  kaum  pedagang  mustahil  menggunakan  bahasa  kitab  tersebut.

Bahasa  Pali  atau  Pallawa  merupakan  aksara  turunan  dari  aksara  Brahmi  yang  dipakai  di  India  selatan  dan  mengalami  kejayaan  pada  masa  Dinasti  Pallawa  (sekitar  Madras,  Teluk  Benggali)  abad  ke-4  dan  5  Masehi.  Aksara  Brahmi  juga  menurunkan  aksara aksara  lain  di  wilayah  India,  yaitu  Gupta,  Siddhamatrka,  Pranagari,  dan  Dewanagari .Aksara  Pallawa  sendiri  kemudian  menyebar  ke  Asia  Tenggara,  termasuk  Indonesia,  dan  tertulis  pada  prasasti- prasasti  berbahasa  Melayu  Kuno  zaman  Sriwijaya.  Istilah  pallawa  pertama  kali  dipakai  oleh  arkeolog  Belanda,  N.J. Krom;  sarjana  lain  menyebutnya  aksara  grantha.bahasa  Sansekerta  pertama  kali  di  Indonesia  bisa  dilacak  pada  yupa yupa  peninggalan  Kerajaan  Kutai  di  Kalimantan  Timur. Huruf  yang  dipakai  adalah  Pallawa. Dikatakan  bahwa  di  kerajaan  tersebut  terdapat  seorang  raja  bernama  Kudungga,  memiliki  anak  yang  bernama  Aswawarman,  dan  juga  memiliki  cucu  Mulawarman.  Menurut  para  ahli  bahasa,  Kudungga  dipastikan  merupakan  nama  asli  Indonesia,  sedangkan  Aswawarman  dan  Mulawarman  sudah  menggunakan  bahasa   India.  Penggantian  nama  tersebut  biaanya  ditandai  dengan  upacara  keagamaan.

Kadang  kita  tidak  menyadari  bahwa  bahasa  yang  kita  gunakan  tersebut  merupakan  serapan  dari  bahasa  Sansakerta. Perubahan  bunyi  pada  serapan  ini  terjadi  karena  logat  dan  dialek  setiap  suku bangsa  berbeda.  Makna  awalnya  pun  sebagian  telah  mengalami  perubahan:  ada  yang  meluas  dan  ada  yang  menyempit.  Namun,  adapula  beberapa  kata  yang  maknanya  belum  bergeser,  contohnya:  tirta  berarti  air;  eka,  dwi,  tri  berarti  satu,  dua,  tiga;  kala  berarti  waktu  atau  bisa  juga  bencana.
Berikut  ini  kata kata  Indonesia  serapan  dari  kata kata  Sansekerta:
(a)  sayembara,  dari  silambara                       (f)  gembala,  dari  gopala

(b)  bentara,  dari  avantara                              (g)  karena,  dari  karana

(c)  harta,  dari  artha                                        (h)  bahagia,  dari  bhagya

(d)  istimewa,  dari  astam  eva                        (i)  manusia,  dari  manusya

(e)  durhaka,  dari  drohaka                              (j)  senantiasa, dari  nityasa

2.     Seni Arsitektur dan Teknologi
Sebelum  unsure unsure  Hindu Buddha  masuk,  masyarakat  Indonesia  telah  mengenal  teknologi  membuat  bangunan  dari  batu  pada  masa  Megalitikum .Mereka  telah  pandai  membangun  menhir,  sarkofagus,  peti  (kuburan)  kubur,  patung  sederhana,  dan  benda  benda  dari  batu  lainnya .Setelah  berkenalan  dengan  seni  arsitektur  Hindu - Buddha,  mereka  kemudian  mengadopsi  teknologinya. Jadilah  candi,  stupa,  keraton,  makara  yang  memiliki  seni  hias  (relief)  dan  arsitekturnya  yang  lebih  beraneka.
a. Candi
Candi  berasal  dari  frase  candika  graham  yang  berarti  kediaman  Betari Durga.  Durga  ini  disembah  terutama  oleh  umat  Buddha. Dalam  dunia  pewayangan  di  Indonesia,  Durga  merupakan  istri  Dewa  Siwa  yang  dikutuk  dari  berwajah  cantik  menjadi  raksasa. Yang  pertama  mendirikan  candi  di  India  diduga  adalah  umat  Buddhis.
Bentuk  candi - candi  di  Jawa  Tengah  di  bagian  selatan  berbeda  dengan  yang  ada  di  bagian  utara.  Namun  demikian, secara umum (Soetarno, 2003) candi-candi yang ada di kedua wilayah tersebut memiliki kesamaan, yaitu:
(1) Bentuk bangunan tampak lebih gemuk, terbuat dari batu andesit.
(2) Atapnya berbentuk undak-undakan dan puncaknya berbentuk stupa atau ratna.
(3) Pada pintu dan relung terdapat hiasan bermotif makara.
(4) Reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya bercorak naturalis (dua dimensi).
(5) Letak candi utama terletak di tengah-tengah halaman komplek candi muka candi  menghadap ke  arah timur.
b. Stupa
Stupa merupakan tempat penyimpanan abu sang Buddha dan melambangkan perjalanan Sang Buddha menuju nirvana. Setelah wafat, jasad Buddha dikremasi, lalu abunya disimpan dalam delapan stupa terpisah di utara India.Pada masa kuno di India, stupa digunakan sebagai makam penyimpanan abu bangsawan atau tokoh tertentu.Stupa kemudian dijadikan lambang Buddhisme dan menunjukkan luas pengaruh Buddhisme di berbagai kawasan.Semasa pemerintahan Ashoka (abad ke-2 SM) di India dibangun banyak stupa untuk menandakan.
 c. Keraton
Keraton (istana) merupakan bangunan tempat tinggal raja-raja.Peninggalan keraton-keraton pada masa Hindu-Buddha, kini jarang ada yang utuh.Sebagian tinggal puing-puing dan pondasi dasarnya saja, sebagian lagi malah tak berbekas.Istana-istana pada masa Hindu-Buddha didirikan dengan pondasi dari batu atau batu bata.Biasanya dindingnya terbuat dari kayu, sedangkan atapnya dari daun sirap.Karena itu, kini yang tersisa hanyalah pondasipondasinya.
3.     Bidang Seni Rupa
Selain pada arsitektur, pengaruh budaya Hindu-Buddha terlihat pada bidang seni rupa, seperti corak relief, patung atau arca, dan makara pada candi atau keraton.Dalam hal motif yang pada masa prasejarah berupa motif-motif budaya Vietnam purba, maka pada masa Hindu-Buddha berkembang dan makin beragama
a. Patung
Arca (patung) dipahat membentuk mahluk tertentu, biasanya manusia atau binatang dengan tujuan mengabadikan tokoh yang dipatungkan.Patung dibuat oleh para seniman dan pemahat handal yang termasuk kasta waisya.Biasanya patung ini disimpan dalam candi sebagai penghormatan terhadap dewa dan raja yang disembah.Adakalanya sebuah patung raja disimbolkan sebagai patung dewa atau raja yang dipuja.
b. Relief
Relief merupakan seni pahat-timbul pada dinding candi yang terbuat dari batu. Pada candi bercorak Hindu, relief tersebut biasanya melukisan cerita atau kisah yang diambil dari kitab-kitab suci maupun sastra (bias cerita utuh, bias pula hanya cuplikan), misalnya Mahabharata, Ramayana, Sudamala, Kresnayana, Arjuna Wiwaha, berikut tokohtokoh Wayang Punakawan yang tak terdapat di India. Sedangkan dalam candi Buddha, pada reliefnya terpahat cerita seputar kisah hidup Siddharta Sang Buddha.Ada pula relief yang menceritakan cerita legenda dari India dan cerita fabel.
Relief pada candi di Jawa Tengah tak sama dengan relief di candi di Jawa Timur. Di Jawa Tengah, karakteristik objek (manusia, hewan, tumbuhan) pada relief-reliefnya bersifat natural; artinya Bentuk pahatan objek tak jauh beda dengan bentuk asli dari objek tersebut (dua dimensi). Sedangkan, karakteristik objek pada relief di Jawa Timur tampak lebih pipih seperti bentuk wayang kulit (satu dimensi).Menurut para ahli, peralihan karakteristik para relief ini menunjukkan peralihan dari zaman Hindu-Jawa ke zaman Jawa- Hindu. Artinya: ketika kekuasaan beralih dari barat (Jawa Tengah) ke timur (Jawa Timur), dengan sendirinya kebudayaan masyarakat Jawa makin berkembang, makin percaya diri dengan corak seninya sendiri, tanpa harus terus menyontek budaya India.
c. Makara
Dalam mitologi Hindu-Buddha, makara adalah perwujudan seekor binatang laut besar  yang diidentikkan dengan buaya, hiu, lumba-lumba, sebagai binatang luar biasa. Binatang “jadi-jadian” ini menjadi salah satu motif yang lazim dalam arsitektur India dan Jawa.Biasanya patung (bisa pula berbentuk relief) makara ini dipajang pada pintu gerbang candi atau keraton. Pada Candi Borobudur, contohnya, makaranya berbentuk binatang paduan: berkepala gajah, bertelinga sapi, bertanduk domba, dengan singa berukuran kecil di dalam mulut makara tersebut. Pahatan makara ini biasanya berfungsi sebagai mulut saluran air mancur.
4.     Bidang Kesusastraan
Dari India, masyarakat Indonesia mengenal sistem tulis.Karyakarya tulis yang pertama ada di Indonesia ditulis pada batu (prasasti) yang memuat peristiwa penting seputar raja atau kerajaan tertentu Pada masa berikutnya penulisan dilakukan di atas daunSetelah menyalin dan menerjemahkan karya-karya tersebut, mereka lalu mulai menggubah cerita yang asli ke dalam sebuah kitab. Jadilah karya sastra yang indah dalam segi bahasa, meski sifat-sifat kesejarahannya samar.
a. Kitab
Kitab merupakan tulisan berupa kisah, cerita, sejarah, dan kadang campuran antara legenda-mitos-sejarah sekaligus.Pada masa Hindu-Buddha, kitab ditulis oleh para pujangga (sastrawan) istana raja tertentu.Mereka menulis atas perintah raja masing-masing. Hidup mereka ditanggung oleh negara dan mereka harus menaati apa saja yang harus ditulis atas perintah raja. Oleh karena itu, bisa saja dua kitab yang ditulis oleh dua penulis yang berbeda, membahas tokoh yang sama namun isinya bertolak belakang.
. Pembuatan kitab pertama kali dirintis pada masa DinastiIsana pemerintahan Dharmawangsa Teguh.Ia mempelopori penggubahan epik Mahabharata dalam bahasa Kawi (Jawa Kuno). Arjuna Wiwaha, karya Mpu Kanwa ditulis pada masa pemerintahan Raja Airlangga abad ke-11 M. Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, ditulis pada pemerintahan Raja Jayabaya dari Kediri pada abad ke-1
b. Prasasti (Batu Bertulis)
Prasasti merupakan tulisan yang memuat informasi sejarah yang ditulis pada tugu baru tersendiri atau ditatah di bagian tertentu pada candi.Bahan untuk membuat prasasti ini biasanya batu atau logam. Informasi sejarah ini biasanya berupa peringatan terhadap usaha raja dalam menyejahterakan rakyatnya dalam bentuk memberikan kurban sapi kepada kaum brahmana atau pendirian taman atau penggalian kanal atau sungai. Bisa pula prasasti berisi usaha raja yang berhasil menaklukkan kerajaan lain.
c. Pertunjukan Wayang
Budaya wayang diperkirakan telah hidup pada masa prasejarah.Budaya mana pun ternyata memiliki seni pertunjukan wayang masing-masing. Di Asia Tenggara karakter wayang memiliki banyak kesamaan, dalam bentuk, motif, hiasan, dan cara dipegang oleh dalang. Pada mulanya, zaman prasejarah, pertunjukan wayang merupakan seni rakyat dan ditujukan untuk menghormati roh leluhur.Kemudian pada masa Hindu-Buddha, kesenian wayang mulai digemari oleh kaum bangsawan dan raja. Jadilah, wayang pun menjadi seni keraton yang mengenal bahasa “halus”, untuk membedakan dengan bahasa rakyat yang “kasar”.
5.     Bidang Seni Tari dan Musik
Ketika pengaruh Hindu-Buddha masuk, seni tari masih dipentaskan dalam rangka keagamaan, perkawinan, pengangkatan raja, dan lain-lain.Alat-alat bernada mulai dipakai, seperti alat tiup, alat petik, alat gesek. Persembahan tarian dan musik di kalangan raja dan bangsawan makin berkembang seiring perkenalan masyarakat Indonesia dengan bangsa-bangsa lain. Hingga sekarang pengaruh seni musik India di Indonesia masih dapat dinikmati, misalnya musik dangdut.
6.     Bidang Pemerintahan
Bentuk kesatuan masyarakat Indonesia pra Hindu adalah kesatuan masyarakat yang dipimpin oleh seorang kepala yang dipilih berdasar prinsip Prints Inter Pares (yang utama di antara sesama) Namun setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk dan berkembang di Indonesia, muncullah sistem pemerintahan Kerajaan yang dipimpin berdasarkan sistem Dinasti (turun temurun).



BAB III
PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM di INDONESIA
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di mass media mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia.Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya.
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan IslamdiIndonesia.Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.
1.  Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India.
Dasar dari teori ini adalah:
a)       Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
b)       Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c)       Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.
d)       Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
e)       Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak
 ( Perureula) tahun 1292.
DIa menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam. Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.
2.  Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:

a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4.Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak teori berikutnya.
3.  Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a.     Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b.      Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c.      Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
d.      Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e.     Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat. Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
a)    Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur..
b)    Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
c)     Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
d)    Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
e)    Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
f)      Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
g)    Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
h)    Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon) Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.
Agama Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat Indonesia. Penyebaran agama Islam dilakukan oleh para pedagang baik itu Arab, Persia maupun India. Di samping para pedagang, para Wali Songo memegang peranan penting dalam penyebaran agama islam di Pulau Jawa. Islam mampu dengan cepat berkembang di Indonesia dikarenakan banyak hal. Umat islam Indonesia adalah terbesar di dunia.
A.         Masuk dan Berkembangnya Agama Islam
Sumber tentang masuknya Islam berasal dari sumber dalam negeri dan luar negeri.
1.     Sumber luar negeri
a) Berita dari Arab. Para pedagang Arab berdagang ke Indonesia pada   sekitar abad ke-7 pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya. Orang Arab menyebut Sriwijaya dengan sebutan Zabag, Zabay atau Sribusa.
b) Berita dari India, menyatakan bahwa yang berperan dalam penyebaran dalam agama dan kebudayaan Islam adalah pedagang dari Gujarat (India)
c)  Berita dari Eropa, berita ini ditulis oleh MArcopolo yang menyatakanbawa di Sumatera bagian utara telah muncul kerajaan Islam yang bernama Samudera pasai (abad ke-13). Selain itu ada buku “suma oriental” karya Tome Pires yang menceritakan tentang hancurnya pemerintah Hindu dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam.
d) Berita dari Cina, ditulis oleh Ma-Huan seorang penulis dalam ekspedisi Laksamana Cheng-Ho menyatakan sekitar tahun 1400 banyak pedagang Islam yang tinggal di pesisir Pulau Jawa.       

2.   Sumber dalam negeri
a)  Nisan Fatimah binti Maimun (1082 M) di leran Gresik. Pada makam tersebut terdapat tulisan Arab.
b)  Makam Sultan Malikul Saleh (1297 M), di Sumatera Utara, corak makam ini mirip batu nisan yang dibuat oleh orang-orang Cambay, Gujarat.
c)  Makam Syekh Maulana Mailik Ibrahim (1419), dimana jirat makam didatangkan dari Gujarat.
Berdasarkan banyaknya pendapat mengenai masuknya islam,  dapat disimpulkan mengenai perkambangan islam di Indonesia
1.     Mada kedatangan Islam kemungkinan abad ke 7 M sampai 8M
2.      Masa penyebaran Islam mulai abad ke-13 sampai dengan 16 M
3.     Masa perkembangan Islam mulai abad ke-15 M melalui kerajaan-kerajaan Islam
Perkembangan agama dan kebudayaan islam (proses islamisasi) di Indonesia melalui saluran-saluran sebagai berikut:
1) Saluran perdagangan
2) Saluran perkawinan
3) Saluran tasawuf (aliran ketuhanan dengan mistik)
4) Saluran Pendidikan (Pondok Pesantren)
5) Saluran Seni Budaya contoh melalui Wayang
6) Saluran Dakwah
Proses islamisasi di Pulau Jawa tidak dapat dilepaskan dari peranan Walisongo. Para walisongo yaitu, Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), Raden Rahmat (Sunan Ampel), Syarifudin (Sunan Drajat), Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Paku (Sunan Giri), Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga), Raden Umar Said (Sunan Muria), Ja’far Sodiq (Sunan Kudus) dan Fatahillah (Sunan Gunung Jati). Sementara di luar Jawa, penyebar agama islam antara lain Datuk Ribandang dan Datuk Sulaeman di Sulawesi Selatan, Tuan Tunggang Parangan di Kalimantan, Penghulu Demak di Kalimantan Selatan, Kiai Gede Ing Suro di Palembang.
Proses penyebaran Islam berjalan dengan lancar dan cepat. Beberapa factor yang mepengaruhi penyebaran Ismam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia adalah:
B.    Pengaruh Kebudayaan Islam di Indonesia
1)    Bidang sosial,
Agama islam menjadi agama mayoritas di Indonesia. Dalam agama islam tidak mengenal system kasta. Penggunaan kosakata Arab baik dalam kata-kata maupun pemberian nama. Selain itu penggunaan nama hari menggunakan bahasa Arab. System angka (1,2,3….) juga merupakan budaya Arab.
2)    Bidang politik
Digunakan aturan-aturan islam dalam bidang pemerintahan. Selain itu juga banyak raja yang menggunakan gelar dari Arab, misalnya Sultan, Penembahan, Maulana dan Susuhunan/Sunan. 
3)    Bidang pendidikan
Salah satu wujud dari pengaruh Islam dalam bidang pendidikan adalah dikenalnya pendidikan di pondok pesantren. Pesantren adalah asrama bagi siswa yang menuntut ilmu islam. Pondok pesantren terbagi menjadi dau  yaitu pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama, dan pesantren yang mengajarkan ilmu agama dan umum.
4)    Bidang seni dan budaya
a.     Seni bangunan
(1) Masjid Kuno memiliki ciri-ciri, atapnya berbentuk tumpang, mimbar berbentuk teratai, terdapat kolam, memiliki gapura, menghadap alun-alun dan biasanya adalah ukiran-ukiran bermotif hewan atau tumbuhan. Contoh masji Kuno, Masjid Agung Demak, Masjid Banten, Masjid Agung Kasepuhan (Cirebon).
(2) Keraton memiliki ciri atap bertingkat, dan pintu masuk menghadap alun-alun serta terdapat masjid agung. Contoh Keraton Surakarta dan Yogyakarta.
(3) Pintu Gerbang Kerajaan mendapatkan pengaruh islam seperti di Keraton Sumenep yang terdapat tulisan Assalamualaikum.
b.     Seni Rupa
(1) Nisan adalah tonggak dari batu atau kayu yang menandai tempat orang meninggal. Contoh makam Fatimah binti Maimun.
(2) Kaligrafi adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan   menggunakan huruf Arab. Agam Islam melarang melukis malhuk hidup.
c.     Seni Sastra antara lain
(1) Suluk yaitu karya sastra yang brisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh Suluk Sukrasa, Suluk Wiji dan Suluk Sunan Bonang.
(2) Hikayat yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebelum masuknya islam, selalu dikaitkan dengan dengan tokoh sejarah. Cotoh Hiakayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat-hikayat raja Pasai.
(3) Babad yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat istilah-istilah raja suatu kerajaan Islam. Contoh babad tanah Jawi
(4) Syair yaitu karya sastra yang berupa sajak dan terdiri dari empat baris. Contoh Syair Abdul Malik, Syair Burung Pingai.
(5)  System kalender
Pada masa Sultan Agung (Raja Mataram) terjadi akulturasi antara kalender Hijriyah dengan Saka. Kalender tersebut berlaku tanggal 8 Juli 1633 atau tanggal 1 suro 1555 (1 Muharram = 1403 Hijriyah) untuk kemudian disebut tahun jawa.

C.    Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh
Hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa dearah Indonesia yang mula-mula di masuki Islam ialah daerah Aceh.(Taufik Abdullah, 1983: 4). Berdasarkan kesimpulan seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia yang berlangsung di Medan pada tanggal 17 – 20 Maret 1963, yaitu:
§  Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M, dan langsung dari Arab.
§  Daerah yang pertama kali didatangi oleh Islam adalah pesisir Sumatera, adapun kerajaan Islam yang pertama adalah di Pasai.
§  Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia ikut aktif mengambil peranan dan proses penyiaran Islam dilakukan secara damai.
§  Keterangan Islam di Indonesia, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.(Taufik Abdullah, 1983: 5)

Masuknya Islam ke Indonesia ada yang mengatakan dari India, dari Persia, atau dari Arab. (Musrifah, 2005: 10-11). Dan jalur yang digunakan adalah:
a)    Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran
b)    Dakwah, yang dilakukan oleh mubaligh yang berdatangan bersama para pedagang, para mubaligh itu bisa dikatakan sebagai sufi pengembara.
c)     Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang muslim, mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia, yang menyebabkan terbentuknya inti sosial yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim.
d)    Pendidikan. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam.
e)    Kesenian. Jalur yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.
Bentuk agama Islam itu sendiri mempercepat penyebaran Islam, apalagi sebelum masuk ke Indonesia telah tersebar terlebih dahulu ke daerah-daerah Persia dan India, dimana kedua daerah ini banyak memberi pengaruh kepada perkembangan kebudayaan Indonesia. Dalam perkembangan agama Islam di daerah Aceh, peranan mubaligh sangat besar, karena mubaligh tersebut tidak hanya berasal dari Arab, tetapi juga Persia, India, juga dari Negeri sendiri.
Ada dua faktor penting yang menyebabkan masyarakat Islam mudah berkembang di Aceh, yaitu:
1. Letaknya sangat strategis dalam hubungannya dengan jalur Timur Tengah dan Tiongkok.
2. Pengaruh Hindu – Budha dari Kerajaan Sriwijaya di Palembang tidak begitu berakar kuat dikalangan rakyat Aceh, karena jarak antara Palembang dan Aceh cukup jauh.(A.Mustofa, Abdullah, 1999: 53) Sedangkan Hasbullah mengutip pendapat Prof. Mahmud Yunus, memperinci faktor-faktor yang menyebabkan Islam dapat cepat tersebar di seluruh Indonesia (Hasbullah, 2001: 19-20), antara lain:
a)    Agama Islam tidak sempit dan berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah ditiru oleh segala golongan umat manusia, bahkan untuk masuk agama Islam saja cukup dengan mengucap dua kalimah syahadat saja. Sedikit tugas dan kewajiban Islam
b)    Penyiaran Islam itu dilakukan dengan cara berangsur-angsur sedikit demi sedikit.
c)     Penyiaran Islam dilakukan dengan cara bijaksana.
d)    Penyiaran Islam dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah dan golongan atas.
Konversi massal masyarakat Nusantara kepada Islam pada masa perdagangan terjadi karena beberapa sebab (Musrifah, 2005: 20-21), yaitu:
a)    Portilitas (siap pakai) sistem keimanan Islam.
b)    Asosiasi Islam dengan kekayaan. Ketika penduduk pribumi Nusantara bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim pendatang di pelabuhan, mereka adalah pedagang yang kaya raya. Karena kekayaan dan kekuatan ekonomi, mereka bisa memainkan peranan penting dalam bidang politik dan diplomatik.
c)     Kejayaan militer. Orang muslim dipandang perkasa dan tangguh dalam peperangan.
d)    Memperkenalkan tulisan. Agama Islam memperkenalkan tulisan ke berbagai wilayah Asia Tenggara yang sebagian besar belum mengenal tulisan.
e)    Mengajarkan penghapalan Al-Qur’an. Hapalan menjadi sangat penting bagi penganut baru, khususnya untuk kepentingan ibadah, seperti sholat.
f)      Kepandaian dalam penyembuhan. Tradisi tentang konversi kepada Islam berhubungan dengan kepercayaan bahwa tokoh-tokoh Islam pandai menyembuhkan. Sebagai contoh, Raja Patani menjadi muslim setelah disembuhkan dari penyakitnya oleh seorang Syaikh dari Pasai.
g)    Pengajaran tentang moral. Islam menawarkan keselamatan dari berbagai kekuatan jahat dan kebahagiaan di akhirat kelak.
Melalui faktor-faktor dan sebab-sebab tersebut, Islam cepat tersebar di seluruh Nusantara sehingga pada gilirannya nanti, menjadi agama utama dan mayoritas negeri ini.
D. Pusat Keunggulan Pengkajian Islam Pada Tiga Kerajaan Islam di Aceh.
1. Zaman Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H). (Mustofa Abdullah, 1999: 54)
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam ilmu agama dan bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang sederhana. (Zuhairini,et.al, 2000: 135) Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut:
a)    Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i
b)    Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh
c)     Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama
d)    Biaya pendidikan bersumber dari negara.(Zuhairini, et.al., 2000: 136)
Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat orang-orang berpendidikan”.(M.Ibrahim,et.al, 1991: 61)
Menurut Ibnu Batutah juga, Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam.
 Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba, Sultan sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim pengetahuan agama, antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut Majlis Ta’lim atau halaqoh. Sistem halaqoh yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap guru.
2. Kerajaan Perlak
Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang pertama Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak. Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka, dan bebas dari pengaruh Hindu.(Hasbullah, 2001: 29)Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada akhir abad ke-3 H, abad 10 M.
Inilah pusat pendidikan pertama. Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai seorang Sultan yang arif bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam yaitu suatu Majlis Taklim tinggi dihadiri khusus oleh para murid yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam Syafi’i.(A.Mustofa, Abdullah, 1999: 54) Dengan demikian pada kerajaan Perlak ini proses pendidikan Islam telah berjalan cukup baik.
3. Kerajaan Aceh Darussalam
Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah (1507-1522 M).Bentuk teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan Kerajaan Aceh adalah Gampong (Kampung), yang dikepalai oleh seorang Keucik dan Waki (wakil). Gampong-gampong yang letaknya berdekatan dan yang penduduknya melakukan ibadah bersama pada hari jum’at di sebuah masjid merupakan suatu kekuasaan wilayah yang disebut mukim, yang memegang peranan pimpinan mukim disebut Imeum mukim.(M. Ibrahim, et.al., 1991: 75) Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat di setiap gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:
a)    Sebagai tempat belajar Al-Qur’an
b)    Sebagai Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu agama, bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam. Fungsi lainnya adalah sebagai berikut:
a)    Sebagai tempat ibadah sholat 5 waktu untuk kampung itu.
b)    Sebagai tempat sholat tarawih dan tempat membaca Al-Qur’an di bulan puasa.
c)     Tempat kenduri Maulud pada bulan Mauludan.
d)    Tempat menyerahkan zakat fitrah pada hari menjelang Idhul Fitri atau bulan puasa
e)    Tempat mengadakan perdamaian bila terjadi sengketa antara anggota kampung.
f)      Tempat bermusyawarah dalam segala urusan
g)    Letak meunasah harus berbeda dengan letak rumah, supaya orang segera dapat mengetahui mana yang rumah atau meunasah dan mengetahui arah kiblat sholat. (M. Ibrahim, 1991: 76)

Selanjutnya sistem pendidikan di Dayah (Pesantren) seperti di Meunasah tetapi materi yang diajarkan adalah kitab Nahu, yang diartikan kitab yang dalam Bahasa Arab, meskipun arti Nahu sendiri adalah tata bahasa (Arab). Dayah biasanya dekat masjid, meskipun ada juga di dekat Teungku yang memiliki dayah itu sendiri, terutama dayah yang tingkat pelajarannya sudah tinggi.
Oleh karena itu orang yang ingin belajar nahu itu tidak dapat belajar sambilan, untuk itu mereka harus memilih dayah yang agak jauh sedikit dari kampungnya dan tinggal di dayah tersebut yang disebut Meudagang. Di dayah telah disediakan pondok-pondok kecil mamuat dua orang tiap rumah. Dalam buku karangan Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, istilah Rangkang merupakan madrasah seringkat Tsanawiyah, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung, dan akhlak. Rangkang juga diselenggarakan disetiap mukim. (Hasbullah, 2001: 32)
Bidang pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu:
a)    Balai Seutia Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
b)    Balai Seutia Ulama, merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.
c)     Balai Jama’ah Himpunan Ulama, merupakan kelompok studi tempat para ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar fikiran membahas persoalan pendidikan dan ilmu pendidikannya.

Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan sarjana-sarjananya yang terkenal di dalam dan luar negeri. Sehingga banyak orang luar datang ke Aceh untuk menuntut ilmu, bahkan ibukota Aceh Darussalam berkembang menjadi kota Internasional dan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
Kerajaan Aceh telah menjalin suatu hubungan persahabatan dengan kerajaan Islam terkemuka di Timur Tengah yaitu kerajaan Turki. Pada masa itu banyak pula ulama dan pujangga-pujangga dari berbagai negeri Islam yang datang ke Aceh. Para ulama dan pujangga ini mengajarkan ilmu agama Islam (Theologi Islam) dan berbagai ilmu pengetahuan serta menulis bermacam-macam kitab berisi ajaran agama. Karenanya pengajaran agama Islam di Aceh menjadi penting dan Aceh menjadi kerajaan Islam yang kuat di nusantara. Diantara para ulama dan pijangga yang pernah datang ke kerajaan Aceh antara lain Muhammad Azhari yang mengajar ilmu Metafisika, Syekh Abdul Khair Ibn Syekh Hajar ahli dalam bidang pogmatic dan mistik, Muhammad Yamani ahli dalam bidang ilmu usul fiqh dan Syekh Muhammad Jailani Ibn Hasan yang mengajar logika. (M.Ibrahim,et.al., 1991: 88)
Tokoh pendidikan agama Islam lainnya yang berada di kerajaan Aceh adalah Hamzah Fansuri. Ia merupakan seorang pujangga dan guru agama yang terkenal dengan ajaran tasawuf yang beraliran wujudiyah.
Diantara karya-karya Hamzah Fansuri adalah Asrar Al-Aufin, Syarab Al-Asyikin, dan Zuiat Al-Nuwahidin. Sebagai seorang pujangga ia menghasilkan karya-karya, Syair si burung pungguk, syair perahu.
Ulama penting lainnnya adalah Syamsuddin As-Samathrani atau lebih dikenal dengan Syamsuddin Pasai. Ia adalah murid dari Hamzah Fansuri yang mengembangkan paham wujudiyah di Aceh. Kitab yang ditulis, Mir’atul al-Qulub, Miratul Mukmin dan lainnya. Ulama dan pujangga lain yang pernah datang ke kerajaan Aceh ialah Syekh Nuruddin Ar-Raniri. Ia menentang paham wujudiyah dan menulis banyak kitab mengenai agama Islam dalam bahasa Arab maupun Melayu klasik. Kitab yang terbesar dan tertinggi mutu dalam kesustraan Melayu klasik dan berisi tentang sejarah kerajaan Aceh adalah kitab Bustanul Salatin.
Pada masa kejayaan kerajaan Aceh, masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) oleh Sultannya banyak didirikan masjid sebagai tempat beribadah umat Islam, salah satu masjid yang terkenal Masjid Baitul Rahman, yang juga dijadikan sebagai Perguruan Tinggi dan mempunyai 17 daars (fakultas).





















BAB IV
Hasil Kebudayaan Indonesia Pengaruh dari Kebudayaa Islam
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di masa media mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia
Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam.
 Para wali / ulama yang dikenal dengan sebutan walisongo di Pulau Jawa terdiri dari :
http://history1978.files.wordpress.com/2011/09/wali-songo1.jpg?w=604Maulana Malik Ibrahim, dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
Sunan Ampel, dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
Sunan Bonang, adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
Sunan Drajat, juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
Sunan Giri, nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik).
Sunan Kudus, nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
Sunan Kalijaga, nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
Sunan Muria, adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
Sunan Gunung Jati, nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon).
Sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.

A.    Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:
a)  Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
b)   Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
c)     http://history1978.files.wordpress.com/2011/09/masjidagung.jpg?w=604Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
a)    makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
b)    makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,nisannya juga terbuat dari batu.
c)     di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
d)    dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
e)    Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur di Tuban.
Bangunan istana arsitektur yang dibangun pada awal perkembangan Islam, juga memperlihatkan adanya unsur akulturasi dari segi arsitektur ataupun ragam hias, maupun dari seni patungnya contohnya istana Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan patung penjaga Dwarapala (Hindu).
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.
Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang. Untuk hiasan pada gapura.
3. Aksara dan Seni Sastra
http://history1978.files.wordpress.com/2011/09/kaligrafi.jpg?w=226&h=300Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
http://history1978.files.wordpress.com/2011/09/sastra-islam.jpg?w=249&h=300Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk. Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
http://history1978.files.wordpress.com/2011/09/balisaka.jpg?w=97&h=1505. Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Apakah sebelumnya Anda pernah mengetahui/mengenal hari-hari pasaran? Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan.
Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.








BAB V
PENGARUH BUDAYA BARAT TERHADAP INDONESIA

A.    Masuknya Budaya Barat ke Indonesia
Pada awalnya, budaya asing telah masuk ke Indonesia sejak mereka menjajah bangsa indonesia. Selain itu budaya asing juga masuk melalui perdagangan yang memang berkembang pada saat itu, namun pada saat ini perkembangan teknologi yang sangat pesat memudahkan kita untuk mengakses informasi dibidang apapun. Perkembangan teknologi ini jugalah yang merupakan faktor utama pemicu mudahnya budaya asing masuk ke Indonesia. Selain itu usia remaja merupakan usia yang sangat kritis, apa yang menarik dan menyenangkan baginya dengan mudah akan ditiru.
 Budaya tersebut masuk melalui media komunikasi yang semakin lama semakin canggih seperti televisi, dalam bentuk film, video klip, dll. Bukan hanya media elektronik tetapi juga media cetak yang memuat informasi seputar budaya barat tersebut. Selain itu, internet bukanlah sesuatu yang langka pada saat sekarang ini. Para remaja dapat dengan mudah mengakses sesuatu hal yang baru melalui internet, baik hal yang positif maupun negatif. Setelah mereka melihat gaya hidup dan kebiasaan orang barat mereka mulai meniru dan merubah gaya hidupnya menjadi kebarat-baratan. Contohnya saja dalam hal penampilan, banyak remaja sekarang yang meniru gaya dan penampilan orang barat yaitu dengan mewarnai rambut mereka, memberi warna pada mata mereka agar terlihat seperti orang barat yang memiliki warna rambut dan mata berbeda dengan orang Indonesia. Selain itu dalam hal etika pun remaja Indonesia memakai etika barat yang tidak seperti di Indonesia, mereka tidak punya aturan hukum mengenai kesopanan, agama, dan sosial.
            Disamping itu kondisi lingkungan turut memicu faktor berkembangnya budaya barat di Indonesia. Dimana di kota-kota besar yang akses informasinya sangat cepat dan remajanya yang terbuka dalam hal-hal yang berbau barat membuat masyarakatnya lebih mudah terpengaruh dibandingkan dengan remaja yang berada di pedesaan. Teman sepergaulan juga dapat memberikan pengaruh kepada kita, jika teman kita memiliki budaya yang kebarat-baratan otomatis kita akan mengikutinya. Masalah perekonomian juga merupakan faktor pemicu suksesnya budaya barat tersebut berkembang di Indonesia. Remaja yang merasa mampu mengikuti budaya barat tersebut berusaha membeli barang-barang yang dapat mendukung penampilannya yang kebarat-baratan, seperti pakaian, model rambut, dll.
            Pengaruh negatif dari budaya asing ini sangat merugikan dan meresahkan, karena dapat merusak moral bangsa. Namun, disamping budaya asing membawa pengaruh negatif terhadap moral remaja indonesia, kita sebenarnya juga dapat meniru hal yang positif dari Bangsa asing. Pengaruh positifnya adalah kita bisa melihat betapa orang barat itu sangat maju dalam bidang pendidikan dan teknologi sehingga menjadikan negaranya menjadi negara maju. Selain itu dapat merubah tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur.

Seperti yang kita ketahui bahwa para remaja sifatnya terbuka terhadap informasi yang datang dari luar, dan mereka juga suka meniru. Sehingga mereka merubah gaya hidup mereka yang metropolis, dimana mereka terbiasa dengan kehidupan malam, pergaulan bebas, narkotika dsb. Secara otomatis, hal itu dapat menghilangkan norma kesopanan dalam diri remaja indonesia yang seharusnya ada pada mereka sebagai ciri khas masyarakat indonesia yang berbudi pekerti. Yang lebih parahnya lagi, gaya hidup seks bebas yang sepertinya sudah lazim dikalangan para remaja. Awalnya, mereka hanya menonton film porno yang didapat dari internet, kemudian timbul rasa mereka ingin mencoba hal itu dan akhirnya terjadi berbagai kemungkinan yang berbahaya, diantaranya hamil diluar nikah, tertularnya virus HIV/AIDS. Usia muda diibaratkan bagai bunga yang baru mekar, sehingga pikiran mereka masih labil. Mereka hanya memikirkan nafsu sementara saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nantinya.
Disamping itu, ada juga pengaruh positif yang dapat kiata ambil dari bangsa asing, yaitu kegigihan, kedisiplinan, kemajuan, dan perkembangan negara barat yang menjadikan mereka maju dalam bidang perekonomian. Kita bangsa indonesia jauh tertinggal dari bangsa barat dalam segi perekonomian dan politik. Hal itu bisa kita contoh dan kita pelajari dari bangsa barat sehingga kita bisa selangkah lebih maju dibandingkan sekarang.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.
1.     Dampak Positif
a.     Perubahan Tata Nilai dan Sikap
 Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional.

b.     Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.

c.     Tingkat Kehidupan yang lebih Baik

Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2.     Dampak Negatif
a.      Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
     
b.      Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.

c.       Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia.Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, remaja lebih menyukai dance dan lagu barat dibandingkan tarian dari Indonesia dan lagu-lagu Indonesia, dan lainnya. Hal ini terjadi karena kita sebagai penerus bangsa tidak bangga terhadap sesutu milik bangsa.

d.      Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan social menyebabkan adanya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga sangat mungkin bias merusak kebhinekaan dan ketunggalikaan Bangsa Indonesia.
B.    Faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya budaya Barat

1.      Kurangnya Penjagaan yang ketat di wilayah gerbang Indonesia
Dalam gerbang wilayah Indonesia, sepertinya kurang adanya badan seleksi khusus yang bisa menyeleksi budaya-budaya asing negatif yang masuk ke Indonesia. Seperti masih banyaknya gambar serta video porno yang didatangkan dari luar.

2.      Lifestyle yang berkiblat pada barat
Saat ini banyak masyarakat Indonesia yang meniru gaya hidup atau lifestyle orang-orang bule atau lebih berkiblat kebarat-baratan, yakni melakukan sex bebas, berpakaian mini, ataupun kumpul kebo. Istilah ini digunakan kepada pasangan yang bukan muhrimnya tetapi tinggal seatap tidak dalam tali pernikahan. Di Indonesia gaya hidup ini tidak dibenarkan karena menyalahi beberapa norma yakni norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan. Sanksi yang diberikan bagi yang melanggar juga cukup berat terutama pada lingkungan sekitarnya. Orang-orang yang melakukan “kumpul kebo” atau tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan ini akan dipandang kurang pantas oleh warga sekitar. Sanksi yang diberikan masyarakat tidak berat tetapi cukup menyakitkan karena bisa-bisa akan mengucilkan orang yang melakukan kegiatan ini.

3.      Menyalagunakan Tekhnologi
Seperti sempat kita bahas diatas bahwa pemanfaatan tekhnologi yang salah dapat mempermudah arus budaya asinya negatif yang masuk. Seperti Internet sekarang ini internet banyak disalahgunakan untuk hal-hal negatif, seperti ada situs porno, melakukan hal penipuan, dll. Orang-orang menyalahgunakan pemanfaatan tekhnologi ini denga cara yang tidak benar. Orang-orang bisa mengakses dengan mudah situs-situs porno yang mereka inginkan. Hal ini membawa dampak buruk bagi yang menikmatinya.

C.    Antisipasi Budaya Barat Negatif yang Masuk
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki martabat serta harga diri bangsa yang tinggi sehingga jangan sampai bangsa ini rusak hanya karena pengaruh-pengaruh negatif dari pihak asing yang ingin menghancurkan mental generasi penerus bangsa kita. Ada beberapa tindakan antisipasi yang perlu dilakukan oleh generasi muda terhadap pengaruh asing yang sifatnya negatif diantaranya :
1.     Bersikap kritis dan teliti
Sebagai penerus bangsa,kita harus bersikap kritis dan teliti terhadap hal-hal yang baru didatangkan dari luar, bagaimana kita bisa memfilter apakah hal ini bisa membawa dampak baik atau buruk bagi kita. Bersikaplah kritis terhadap sesuatu yang baru, banyak bertanya pada orang-orang yang berkompeten dibidangnya dan teliti apakah inovasi tersebut bisa sesuai dengan iklim indonesia dan pastikan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di Indonesia.
2.     Perluas Ilmu pengetahuan (IPTEK)
Sebelum budaya asing itu masuk sebaiknya kita telah mengetahui apa inovasi- inovasi yang masuk itu secara jelas dan rinci. Kita bisa mengetahui keguanaan hal itu secara keilmuannya, seperti situs jaringan facebook. Facebook saat ini sedang menjamur dikalangan masyarakat, dari berbagai usia semua menggunakan situs ini untuk menjalin tali silaturahmi yang telah lama terputus. Tetapi ada beberapa orang yang menyalahgunakan facebook sebagai ajang caci maki dan hina dina. Jika kita mengetahui fungsi awal facebook itu sendiri adalah untuk menjalin tali silaturahmi, kita tidak akan menyalahgunakan situs ini untuk berbuat yang tidak-tidak. Sehingga kita harus mengetahui terlebih dahulu fungsinya untuk apa dan manfaatnya seperti apa.
3.     Harus sesuai dengan Norma-norma yang berlaku di Indonesia
Pengaruh budaya asing yang masuk terkadang tidak sesuai dengan noram-norma yang berlaku di Indonesia. Jika kita menyaksikan film-film luar, mereka menganut gaya hidup yang bebas dan jika diterapkan disini melanggar beberapa norma yang ada di Indonesia. Misalnya saja berciuman dimuka umum. Kita sering menyaksikan film-film barat yang melakukan adegan-adegan mesra di muka umum, hal itu tidak bisa diterapkan di Indonesia karena melanggar norma kesopanan. Biasanya di film-film barat, wanitanya berpesta dengan menggunakan pakaian mini sambil bermabuk-mabukan jika hal itu diterapkan di Indonesia, adat seperti itu tetntu tidak sesuai jika kita terapkan di Indonesia.
Indonesia masih memegang adat ketimuran yang sangat kental sehingga masyarakat di sini hidup dengan aturan-aturan yang berlaku dan tentunya pantas sesuai dengan adat kesopanan. Walaupun Indonesia memiliki beriburibu pulau tetapi adat istiadat mereka selalu mengajarkan kebaikan dan tidak menganjurkan perbuatan buruk untuk dilakukan.
4.     Tanamkan “Aku Cinta Indonesia”
Maksud dari simbol ini adalah bahwa adat istiadat yang ditularkan oleh nenek moyang kita adalah benar adanya dan dapat membawa manfaat yang baik bagi diri kita sendiri untuk masa kini dan kedepannya. Sehingga kita tidak mudah terbawa arus budaya asing yang membawa kita kepada dampak yang negatif.
5.     Meningkatkan Keimanan dan ketakwaan 
Seperti telah kita bahas bahwa agama merupakan pondasi utama dalam diri yang bisa mengontrol diri kita kepada hawa napsu yang akan mengganggu kita kedalam jurang kenistaan. Agama sangat penting bagi kelangsungan umatnya. Apabila sesorang sudah terbawa kedalam kesesatan, agamalah yang menjadi penolong umatnya agar berubah kembali menjadi lebih baik.
Generasi muda yang pintar pasti bisa memilih mana sesuatu yang baik bagi dirinya mana yang tidak baik bagi dirinya. Terlihat didalam lingkungan sosialnya, keika ia terjun didalam lingkungan sosialnya ia menjadi individu yang bebas dan hanya dia yang bisa memilih ia ingin bergaul dengan siapa. Pribadi yang supel akan bisa membawa dirinya kepada siapa saja tetapi perlu diingat menyeleksi teman itu harus, karena pengaruh negatif dari pihak asing bisa datang dari siapa saja, baik dari teman, tekhnologi canggih ataupun apa saja . Sehingga kita sebagai orang timur wajib menjunjung tinggi norma dan adat ketimuran kita.
D.    Memupuk Kesadaran Remaja terhadap budaya Indonesia
Langkah-langkah untuk menimbulkan kesadaran remaja akan pentingnya budaya indonesia adalah : Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misalnya dengan mencintai produk dalam negeri.
a.          Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dengan sebaik-baiknya
b.          Melalui acara memperingati hari besar nasional
c.           Memberikan pendidikan moral
d.          Memperkenalkan budaya indonesia
e.          Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai agama dengan sebaik-baiknya
f.            Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
g.          Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, dan sosial budaya bangsa
Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis dan memfilter pengaruh budaya asing yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa, sehingga kita tidak kehilangan kepribadian bangsa.














BAB VI
hasil kebudayaan indonesia pengaruh dari kebudayaan barat


A.    Definisi Kebudayaan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.


B.    Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

C.    Unsur Budaya
1.     Menurut Koentjroningrat, unsur-unsur budaya terdiri atas:
a)  Sistem religi dan upacara keagamaan
b)  Sistem dan organisasi kemasyarakatan
c)  Sistem pengetahuan
d)  Bahasa
e)  Kesenian
f)    Sistem mata pencaharian hidup
g)  Sistem teknologi dan peralatan
2.     Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok budaya yang meliputi:
a)  Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
b)  Organisasi ekonomi
c)  Alat-alat dan lembaga-lembaga 
d)  Organisasi kekuatan (politik)

D.    Macam-macam Kebudayaan
1.     Nilai Budaya Timur
Berbicara tentang nilai budaya timur yang pada intinya banyak bersumber dari agama. Inti kepribadian manusia timur terletak pada hatinya. Dengan hatinya mereka menyatukan akal budi, intuisi, intelegansi dan perasaan.

Pemikiran timur lebih menekankan unsur terdalam dalam jiwa. Macam-macam kebudayaan yang memiliki nilai timur lebih menekankan disiplin mengendalikan diri, sederhana, tidak mementingkan dunia. Sesuatu yang baik menurut budaya timur tidak hanya dalam dunia benda, tidak dengan memanipulasi alam, atau mengubah masyarakat mencari kesenangan dirinya.Sesuatu yang baik menurut budaya timur adalah sesuatu yang diperoleh melalui pencarian zat yang satu, didalam diri kita atau di luarnya. Jalan untuk memperoleh hikmah keselamatan dan kebebasan diri dari penderitaan dunia tidak terletak pada akal budi, tetapi melalui meditasi, beribadah, atau tirakat.
Indonesia sebagai bagian dari wilayah timur yang menganut kebudayaan timur, harus mementingkan kerohanian, perasaan, gotong-royong dan menjaga keharmonisan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Itulah sebabnya macam-macam kebudayaan yang dimiliki indonesia memiliiki cerita yang sama dengan nilai-nilai budaya timur.Permasalahannya yang kemudian muncul adalah pengaruh budaya barat yang mulai mengena. Unsur budaya barat hendaknya diserap secara selektif dan hati-hati. Kemajuan barat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi patut kita tiru. Adapun bentuk budaya barat berupa sikap gayahidup mewah, individualisme, dan jauh dari kehidupan agama tidak patut untuk dicontoh.
2.     Nilai Budaya Barat

Macam-macam kebudayaan yang dimiliki oleh budaya barat cenderung merupakan sisi kebalikan dari nilai-nilai budaya timur. Budaya barat lebih menekankan dunia objektif dibandingkan perasaan sehingga hasil olah pemikirannya membuahkan sains dan teknologi. Nilai budaya barat lebih ditekankan pada pikiran. Barat hanya meyakini sesuatu yang masuk akal saja, sehingga ritual keagamaan dipandang sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.

Kehidupan barat lebih terpikat pada kemajuan material dan hidup. Barat hidup dalam dunia teknis dan ilmiah sehingga mereka menganggap pikiran nilai-nilai hidup yang meminta kepekaan hati sebagai sesuatu yang tidak bermutu. Nilai-nilai seperti itu sebagian besar memang tampak pada macam-macam kebudayaan barat.


E.    Dampak Masuknya Budaya Asing ke Indonesia

Masuknya budaya asing ke indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mamapu menahan berbagai pengaruh  kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya. Teknologi yang berkembang pada era globasisasi ini mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan sosial . Menurut Soerjono Soekanto(1990) masuknya budaya asing ke indonesia mempunyai pengaruh yang sangat peka serta memiliki dampak  positif dan negatif.
1.     Dampak Positif
Modernisasi yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus berkembang di Indonesia dapat merubah perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur. Hal tersebut dihaarapkan akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani.

2.  Dampak Negatif
Budaya yang masuk ke Indonesia seperti cara berpakaian, etika, pergaulan dan yang lainnya sering menimbulkan berbagai masalah sosial diantaranya;  kesenjangan sosial ekonomi, kerusakan lingkungan hidup, kriminalitas, dan kenakalan remaja.

a)    Kesenjangan Sosial Ekonomi
Kesenjangan sosial ekonomi adalah suatu keadaan yang tidak seimbang di bidang sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Artinya ada jurang pemisah yang lebar antara si kaya dan si miskin, akibat tidak meratanya pembangunan.  
Apabila jurang pemisah ini tidak segera ditanggulangi dan menimbulkan kecemburuan masyarakat sosial yang dapat menyebabkan keresahan dalam massyarakat. Kesenjangan sosial itu sendiri akan mengakibatkan hal- hal berikut ini:

Lahirnya kelompok kelompok sosial tertentu seperti adanya pengamen yang banyak berkeliaran di jalanan yang menyebabkan masyarakat terganggu dan keberadaan pengamen tersebut sering menimbulkan masalah yang dapat meresahkan masyarakat sekitar disamping itu juga terdapat kelompok pengangguran yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya dan jika tidak ditanggulangi secara cepat maka akan menimbulkan kasus atau kriminalitas.

b)    Kerusakan Lingkungan Hidup

Pencemaran yang terjadi di lingkungan masyarakat menimbulkan dampak sebagaiberikut:
 
a)    Polusi udara, menyebabkan sesak nafas,mata pedih, dan pandangan mata kabur.
b)    Polusi tanah, menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak.
c)     Polusi air, menyebabkan air tidak bersih dan tidak sehat isi.

c)    Masalah Kriminalitas

Kriminalitas adalah perbuatan yang melanggar hukum atau hal- hal yang bersifat kejahatan, seperti korupsi, pencurian, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan dan lainnya. Dalam kriminologi kejahatan disebabkan karena adanya kondisi dan proses- proses sosial yang sama yang menghasilkan perilaku sosial lainnya. Artinya, terdapat hubungan antara variasi angka kejahatan dan variasi organisasi – organisasi sosial dimana kejahatan tersebut terjadi.sebagaimana dikatakan E.H. Sutherland ( dalam Soejono Soekamto, 1990: 367) kriminalitas (perilaku jahat) merupakan proses asosiasi diferensial, karena apa yang dipelajari dalam proses tersebut sebagai akibat interaksi dalam pola dan perilaku yang jahat.

d)    Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah penyimpangan perilaku yang dilakukan generasi muda (sekelompok remaja). Misalnya tawuran, perusakan barang milik masyarakat, penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika serta obat-obatan terlarang. Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan internal.

1.     Faktor internal
Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari remaja atau keadaan pribadi remaja itu sendiri. Misalnya, pembawaan sikap negatif dan suka dikendalikan yang juga mengarah pada perbuatan nakal. Selain itu,kenakalan remaja dapat disebabkan karena adanya pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja sehingga menimbulkan konflik pada dirinya dan kurang mampunya si remaja itu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

2.     Faktor eksternal
Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja itu artinya,berasal dari lingkungan hidup remaja tersebut.Misalnya kehidupan keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan, dan media massa. Seseorangyang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis cenderung akan mempunyai perilaku yang kurang baik dan menyimpang dari norma dan nilai yang berada pada masyarakat. Misalnya seorang anak yang sering melihat orang tuanya bertengkar dapat melarikan diri pada obat-obatan karena dia tidak tahan melihat pertengkaran orang tuanya

F.    Pengaruh Budaya Asing terhadap Budaya Indonesia
Budaya merupakan suatu cerminan hidup suatu negara. Setiap negara mempunyai cerminan atau budaya tersendiri dalam lika liku di kehidupannya masing masing. Budaya juga merupakan warisan dari generasi ke generasi. Di setiap negara pasti mempertahankan budayanya dari budaya asing. Indonesia sudah berakulturasi dengan kebudayaan asing sejak lama. Terletaknya Indonesia di pertengahan benua Asia dan Australia yang menjadikan jalur perdagangan pada masa lampau. Sehingga menjadikan budaya Indonesia bercampur dengan budaya asing.

Fakta yang terjadi sekarang, Indonesia sudah pudar dengan budaya pribumi, yang sudah tertindas budaya asing. Budaya barat yang menjadi modernitas dan cerminan trendsetter di Indonesia. Pengaruh budaya asing mempunyai efek positif dan negatifnya.

Tetapi, dilihat dari minoritas,cenderung menyerap hal negatif. Sayangnya, masyarakat Indonesia lebih mengamini kebudayaan Barat sebagai bentuk kebebasan yang sebebas-bebasnya. Sudah banyak masyarakat yang menganggap budaya Barat merupakan budaya yang peling benar. Hal inilah yang tampak keliru karena budaya Barat tidak hanya melahirkan kebebasan.Seharusnya masyarakat mencontohkan
budaya barat untuk kemajuan negara Indonesia sendiri, contohnya seperti teknologi yang maju di budaya asing.

Kecenderungan masyarakat Indonesia yang lupa dan melalaikan budaya dalam negeri sendiri mengakibatkan banyak budaya asli Indoensia tidak lagi diakui bangsa lain. Sebagai negara berkembang, masyarakat indonesia seharusnya meniru motivasi Barat untuk menjadi negara yang maju bukan malah melalaikan budaya sendiri.

1.     Dampak Positif Kebudayaan Barat

a)    Pola pikir dan sikap masyarakat yang berubah seiringnya dengan globalisasi dan modernisasi yang berkembang di Barat. Mengubah masyarakat menjadi berpikir rasional yang sebelumnya berpikir irasional
b)    Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari barat yang memberikan kemudahan bagi masyarakat sekaligus memotivasi masyarakat untuk maju dalam segala hal di kehidupan bermasyarakat.
c)     Perkembangan industri barat dalam memproduksi berbagai alat transportasi dan komunikasi yang canggih yang meningkatkan taraf hifup masyarakat dan mengurangi pengangguran.

2.     Dampak Negatif

Selain dampak positif,budaya barat juga berdampak negatif bagi kebudayaan Indonesia
a)    Banyaknya produk impor yang menjadikan produk dalam negeri terpinggirkan.
b)    Adanya kesenjangan sosial di masyarakat. Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat masyarakat menjadi individu atau sudah tidak lagi butuh pertolongan antar masyarakat. Hal ini memacu adanya individualisme.
c)     Berkembangnya gaya hidup ke barat-baratan, menjadikan hidup bebas. Hal ini yang menyebabkan sudah hilangnya moral atau perilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, dan malah menjadikan masyarakat menganut gaya hidup hedonisme.
 Mengatasi dampak pengaruh kebudayan asing dibutuhkan dukungan pemerintah dan tokoh masyarakat serta masyarakat itu sendiri untuk mengendalikan kondisi moral agar teteap berada pada nilai leluhur bangsa Indonesia

BAB  VII
AKULTURASI KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DENGAN KEBUDAYAAN INDONESIA
A.    Pengertian Akulturasi:
Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang akulturasi, antara lain menurut pendapat Harsoyo.
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya (Harsoyo).
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.
Dengan adanya kontak dagang antara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri.
Hal ini berarti kebudayaan Hindu – Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu – Budha.
Wujud akulturasi tersebut dapat diamati  pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:http://togapardede.files.wordpress.com/2013/02/akulturasi-228329.jpg?w=476&h=249
1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta tersebut memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Budha pada abad 5 – 7 M,
Contohnya: prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno
seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13 M.
Sedangkan untuk aksara, dapat dibuktikan dengan adanya penggunaan huruf Pallawa,tetapi kemudian huruf Pallawa tersebut juga berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
2. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu – Budha ke Indonesia, maka masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Tetapi agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lainmengalami Sinkritisme.
Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu.
Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut misalnya dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
Demikianlah penjelasan tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang religi/kepercayaan,untuk lebih memahaminya dapat Anda meminta penjelasan atau mencari contoh-contoh lain kepada Guru bina Anda. Selanjutnya simak uraian materi berikutnya.
3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India.
Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harihari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Permerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi pada masa berlangsungnya kerajaan Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana.
Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
 Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta :
  • kastaBrahmana (golongan Pendeta),
  • kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan),
  • kasta Waisya (golongan pedagang) dan
  • kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian,karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
4. Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654,maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka.
Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu
Contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1,maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit .
5. Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India,karena Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. 
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan dimana bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak,yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan.
Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu juga dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yangdisebut dengan Pripih.
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTwLUHPizWHxhW_lSeidlw3HOa2zQE7mQrLIHfAYUvJR29Dc_kfDengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat  pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
Gambar 1.2. adalah (Candi Jago ) salah satu peninggalan kerajaan Singosari yang merupakan tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 – 1268.
Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi,di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja Wisnuwardhana).
Dari penjelasan tersebut di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah paham, simaklah urutan materi berikutnya.
Untuk candi yang bercorak Budha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa, maka untuk memperjelas pemahaman candi Budha berikut ini .
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQlih4ix3gzCcL22Utlo1h95VTtYO4zO2p7iOjXLZ3Kq6Lggd__YgGambar 1.3. candi Borobudur adalah candi Budha yang terbesar sehingga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram, dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Budha.
Patung-patung Dyani Budha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Budha.
Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa.
Untuk candi Budha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Budha. Dengan demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.
6. Kesenian
http://togapardede.files.wordpress.com/2013/02/sej106_08.gif?w=444&h=268Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan . Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.
Gambar 1.4. Relief Candi Borobudur
Gambar 1.4 adalah relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedang digoda oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang, hal ini menunjukkan bahwa relief tersebut mengambil kisah dalam riwayat hidup Sang Budha seperti yang terdapat dalam kitab Lalitawistara.
Demikian pula di candi-candi Hindu, relief yang juga mengambil kisah yang terdapat dalam kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana. Yang digambarkan melalui relief candi Prambanan ataupun candi Panataran. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli ceritera tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia.
Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari
  • kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan
  • kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa.
Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Dan,tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa,melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSUqZyZPRMsHAgHKyMjefYZlbBO57a_LFZbrR8sZWwThgTq9DTD8ADi samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa.
Untuk itu wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan.
Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.
Demikian penjelasan tentang wujud akulturasi dalam bidang kesenian. Dan yang perlu dipahami dari seluruh uraian tentang wujud akulturasi tersebut bahwa unsur budaya India tidak pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka budaya Indonesia, karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia selalu bertindak selektif.
Untuk memudahkan Anda dalam memahami uraian materi wujud akulturasi Kebudayaan Indonesia dengan Kebudayaan India, maka simaklah ikhtisar dari wujud akulturisasi tersebut seperti pada tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3. Ikhtisar wujud Akulturasi kebudayaan Indonesia dengan  Hindu -Buddha

tbl akulturasi

 DAFTAR PUSTAKA

Soekmono, R. 1973, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia jilid 2, Yogyakarta : Kanisius.
 Marwati Djoened Posponegoro, Nugroho Notosusanto, 1984, Sejarah Nasional Indonesia jilid II, Jakarta: Balai Pustaka.
I Wayan Badrika, 2006, Sejarah untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Erlangga
Mohammad Iskandar dkk, 2007, Sejarah Indonesia dalam Perkembangan Zaman, untuk SMA XI IPS, Ganesa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar