BAB I
PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA
PENGARUH HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
A. Proses Masuk dan Berkembangnya Hindu-Budha di
Indonesia
Pada
permulaan tarikh masehi, di Benua Asiaterdapat dua negeri besar yang tingkat
peradabannyadianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Keduanegeri ini
menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas
perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat danlaut. Salah satu
jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka.
Indonesia
yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada
di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:1.Sering dikunjungi
bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,2.Kesempatan
melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,3.Pergaulan dengan
bangsa-bangsa lain semakinluas, dan4.Pengaruh asing masuk ke Indonesia,
sepertiHindu-Budha.Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan
pelayaran internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India
merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam
bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang
proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.1. Hipotesis BrahmanaHipotesis
ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran
budaya Hindu di Indonesia.
Para
brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan
memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah VanLeur.2.Hipotesis
KsatriaPada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu
dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau diIndia
sering terjadi peperangan antar golongan didalam masyarakat. Para prajurit yang
kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya,
diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia.Mereka inilah yang
kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di
tempat itu pulaterjadi proses penyebaran agama dan budayaHindu. F.D.K. Bosch
adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.3. Hipotesis Waisya Menurut
para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok
pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu Kenusantara.
Para pedagang
banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu
telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J.Krom
adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya 4.
Hipotesis
SudraVon van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah
menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan.Mereka kemudian meninggalkan
India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan
sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain
pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang
belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan
organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak,mereka kembali
untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
1.
Agama Hindu
Agama Hindu
berkembang di India pada ± tahun 1500SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam
kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu:1.Reg
Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.2.Sama Weda, berisi
nyanyian-nyanyian suci.3.Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara
keselamatan.4.Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.Di
samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:1.Kitab
Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.2.Kitab Upanishad, berisi ajaran
ketuhanan danmakna hidup.Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak
dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi”
yaitu:1.Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta.2.Dewa Wisnu, sebagai dewa
pemelihara dan pelindung.3.Dewa Siwa, sebagai dewa perusak.
Selain Dewa
Trimurti, ada pula dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa hujan yang
sangat penting untuk pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk
memasak dan upacara-upacara keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat dibedakan
menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut Catur warna yaitu:1.Kasta Brahmana,
terdiri dari para pendeta.2.Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja,
dan bangsawan.3.Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, danburuh
menengah.4.Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil,dan budak.Selain
4 kasta tersebut terdapat pula golongan pharia atau candala, yaitu orang di luar
kasta yang telahmelanggar aturan-aturan kasta.Orang-orang Hindu memilih tempat
yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa
serta Sungai Ganggayang airnya dapat mensucikan dosa umat Hindu,sehingga bisa
mencapai puncak nirwana.
2.
Agama Buddha
Agama Buddha
diajarkan oleh Sidharta Gautama diIndia pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang
raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah
sadar dan ingin melepaskandiri dari samsara.Kitab suci agama Buddha yaitu
Tripittaka artinya “TigaKeranjang” yang ditulis dengan bahasa Poli. Adapunyang
dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:1.Winayapittaka : Berisi
peraturan-peraturan danhukum yang harus dijalankan oleh umat
Buddha.2.Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang
Buddha.3.Abhidarma pittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal
keagamaan.Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau“Tiga Kebaktian”
yaitu:
a) Buddha yaitu
berbakti kepada Buddha.
b) Dharma yaitu
berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
c) Sangga yaitu
berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping
itu agar orang dapat mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan
kebenaran atau Astavidha yaitu:1.Pandangan yang benar.2.Niat yang
benar.3.Perkataan yang benar.4.Perbuatan yang benar.5.Penghidupan yang
benar.6.Usaha yang benar.7.Perhatian yang benar.8.Bersemedi yang benar. Karena
munculnya berbagai penafsiran dari ajaranBuddha, akhirnya menumbuhkan dua
aliran dalam agama Buddha yaitu:1.Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai
nirwana atas usahanya sendiri.2.Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai
nirwana dengan usaha bersama dan saling membantu.Pemeluk Buddha juga memiliki
tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu :1.Kapilawastu, yaitu tempat
lahirnya Sang Buddha.2.Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan
memperoleh Bodhi.3.Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan
ajarannya pertama kali.4.Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.
B. Pengaruh Hindu Budha Di Indonesia
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan
Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambahk hasanah budaya Indonesia
dalam beberapa aspek kehidupan.Tersebarnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di
Indonesia berpengaruh luas dalamkehidupan masyarakat Indonesia, diantaranya dalam
bidang berikut ini :
1. Kepercayaan
Bangsa
Indonesia mulai menganut agama Hindudan Budha walaupun tidak meninggalkan
kepercayaan aslinya, seperti pemujaan terhadap roh nenek moyang.
2. Sosial
Dalam bidang
sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat.
Misalnya dalam masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta.
3. Ekonomi
Dalam bidang
ekonomi, tidak begitu besar pengaruh dan perubahannya, karena masyarakat
Indonesia telah mengenal aktifitas perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan
jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha.
4. Kebudayaan
Pengaruh
kebudayaan Hindu-budha terlihat dari hasil-hasil kebudayaan seperti bangunan
candi, senisastra, berupa cerita-cerita epos diantaranya Epos Mahabharata dan
Epos Ramayana. Pengaruh lainnya adalah sistem tulisan. Kebudayaan Hindu-Budha
amat berperan memperkenalkan sistemtulisan di masyarakat Indonesia.
5. Agama
Ketika
memasuki zaman sejarah, masyarakat diIndonesia telah menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru,
yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya
baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal
tata krama,upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.
6. Pemerintahan
Sistem
pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini
kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang
luas. Kepala suku yangterbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan
kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan,seperti Kutai, Tarumanegara,
dan Sriwijaya.
7.
Arsitektur
Salah satu
tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut
berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita
memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas
yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya
India-Indonesia.
8.
Bahasa
Kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar
berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.Dalam perkembangan selanjutnya bahkan
hinggasaat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu.
Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari
bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya
Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
9.
Sastra
Berkembangnya
pengaruh India di Indonesiamembawa kemajuan besar dalam bidang sastra.Karya
sastra terkenal yang mereka bawa adalahkitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya
kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya
sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah 1.Arjuna wiwaha,
karya Mpu Kanwa, 2.Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan 3.Negarakertagama, karya
Mpu Prapanca.
C.
Teori
Masuknya Agama Hindu -Budha
1.
Teori
Brahmana
Di kemukakan oleh J.C Van Leur. Menurutnyapara
Brahmana sangat berperan dalam penyebaran agaman Hindu di Indonesia. Para
Brahmana diundang oleh penguasa nusantara untuk menobatkan raja, memimpin
upacara-upacara keagamaan, dan mengajarkan ilmu pengetahuan.
2. Teori Ksatria
Dikemukakan oleh C.C Berg. Menurutnya agama Hindu
disebarkan oleh para prajurit perang yang kalah dan melakukan migrasi
kenusantara.
3. Teori Waisya
Dikemukakan
oleh N.J Krom. Menurutnya agama Hindu disebarkan oleh para pedagang yang datang
ke nusantara.
4. Teori Arus Balik
Dikemukakan
oleh F.D.K Bosch. Menurutnya agama Hindu Budha dibawa oleh para pemuda yang
khusus belajar agama di India.
D.
Sejarah
Perkembangan Hindu – Budha Di Indonesia
Perspektif
masuknya agama Hindu di Indonesia ada 4 teori:
1. Teori Sudra (golongan orang biasa)
Sesuai dengan namanya, teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke nusantara dibawa oleh orang-orang India berkasta Sudra.
2. Teori Waisya (golongan pedagang)
Menurut teori ini, kelompok yang berperan besar dalam penyebaran agama Hindu adalah golongan Waisya. Teori ini dikemukakan oleh Prof. N.J. Krom.
3. Teori Ksatria (golongan raja)
Menurut teori ini, kelompok yang berperan besar dalam penyebaran agama Hindu di nusantara adalah golongan ksatria. Proses penyebaran agama tersebut dilakukan dengan cara pendudukan (kolonisasi). Teori yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Ir. J.L. Mouens.
4. Teori Brahmana (golongan ulama / tokoh agama)
Menurut teori ini, faktor utama penyebaran agama Hindu di nusantara adalah dari kaum Brahmana. Teori yang dikemukakan oleh J.C. Ban Leur.
Penyebaran Agama Budha
1. Teori Sudra (golongan orang biasa)
Sesuai dengan namanya, teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke nusantara dibawa oleh orang-orang India berkasta Sudra.
2. Teori Waisya (golongan pedagang)
Menurut teori ini, kelompok yang berperan besar dalam penyebaran agama Hindu adalah golongan Waisya. Teori ini dikemukakan oleh Prof. N.J. Krom.
3. Teori Ksatria (golongan raja)
Menurut teori ini, kelompok yang berperan besar dalam penyebaran agama Hindu di nusantara adalah golongan ksatria. Proses penyebaran agama tersebut dilakukan dengan cara pendudukan (kolonisasi). Teori yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Ir. J.L. Mouens.
4. Teori Brahmana (golongan ulama / tokoh agama)
Menurut teori ini, faktor utama penyebaran agama Hindu di nusantara adalah dari kaum Brahmana. Teori yang dikemukakan oleh J.C. Ban Leur.
Penyebaran Agama Budha
Melihat
bukti-bukti antropologi yang ada, agama Budha diperkirakan masuk ke nusantara
sejak abad ke-2 Masehi. Hal tersebut dapat dinyatakan dengan penemuan patung
Budha dari perunggu di Jember dan Sulawesi Selatan. Patung-patung itu
menunjukkan gaya seni Amarawati.
Agama Budha di nusantara berasal dari laporan seorang pengelana Cina bernama Fa Hien pada awal abad ke-5 Masehi. Dalam laporan tersebut, Fa Hien menceritakan bahwa selama bermukim di Jawa, ia mencatat adanya komunitas Budha yang tidak begitu besar di antara penduduk pribumi. Seorang Biksu Budha bernama Gunawarman, putera dari seorang raja Kashmir di India, yang datang ke negeri Cho-Po untuk menyebarkan agama Budha Hinayana. Negeri Cho-Po mungkin terletak di Jawa atau Sumatera.
Agama Budha di nusantara berasal dari laporan seorang pengelana Cina bernama Fa Hien pada awal abad ke-5 Masehi. Dalam laporan tersebut, Fa Hien menceritakan bahwa selama bermukim di Jawa, ia mencatat adanya komunitas Budha yang tidak begitu besar di antara penduduk pribumi. Seorang Biksu Budha bernama Gunawarman, putera dari seorang raja Kashmir di India, yang datang ke negeri Cho-Po untuk menyebarkan agama Budha Hinayana. Negeri Cho-Po mungkin terletak di Jawa atau Sumatera.
E. Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha
1. Kutai
Di daerah
Kutai, Kalimantan Timur, bukti itu berupa tujuh buah prasasti berbentuk yupa.
Yupa ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Prasasti itu dibuat
kira-kira pada abad ke-5 Masehi. Kerajaan Kutai di Hulu sungai Mahakam. Pendiri
kerajaan itu bernama Kudungga, dipastikan bukanlah sebuah nama Hindu, namun
asli nusantara. Prasasti-prasasti itu sendiri dibuat untuk memuliakan Raja
Kutai yang ketiga, Mulawarman. Prasasti yang menyebutkan bahwa raja tersebut
telah memberikan sumbangan berupa 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
2. Tarumanegara
Kerajaan
Hindu pertama di Jawa Barat dan kedua di nusantara ialah Tarumanegara. Kerajaan
ini terletak di antara sungai Cisadane dan sungai Citarum pada abad ke-5
Masehi. Catatan para pengelana Cina yang singgah di Jawa seperti kisah Fa-Shien
mengenai sebuah kerajaan yang bernama To-lo-mo (Tarumanegara). Tang dan Sung
menyebutkan bahwa kerajaan tersebut beberapa kali mengirimkan utusannnya ke
Cina.
3.
Kalingga
Dalam sebuah
berita Cina yang berasal dari seorang biksu Budha bernama I-Tsing, pada
pertengahan abad ke-7 terdapat sebuah kerajaan bernama Holing atau Kalingga di
daerah Jawa Tengah. Kerajaan Kalingga diperintah oleh seorang ratu bernama
Sima. Pemerintahannya sangat keras, namun adil dan bijaksana.
4.
Melayu
Melayu
merupakan salah satu kerajaan terkuat di nusantara. Banyak ahli sejarah yang memperkirakan
bahwa kerajaan tersebut terletak di daerah Sungai Batanghari, Jambi. Banyaknya
peninggalan kuno seperti candi dan arca yang ditemukan di sana.
Pada masa pemerintahan dinasti Tang, dilaporkan bahwa pada tahun 644 dan 645 utusan dari negeri Moloyeu (Melayu) membawa hasil bumi. Pengelana Cina I-Tsing kemudian melaporkan bahwa pada abad ke-7 kerajaan tersebut ditaklukkan oleh Sriwijaya. Nama Melayu baru muncul kembali pada abad ke-12 ketika kerajaan Singasari melancarkan ekspedisi. Pemelayu. Melayu mengalami masa kejayaan pada pemerintahan raja Adityawarman. Menurut catatan pada arca Manjusti di Candi Jago, Jawa Timur, bahwa Adityawarman membantu Gajah Mada menaklukkan pulau Bali.
Pada masa pemerintahan dinasti Tang, dilaporkan bahwa pada tahun 644 dan 645 utusan dari negeri Moloyeu (Melayu) membawa hasil bumi. Pengelana Cina I-Tsing kemudian melaporkan bahwa pada abad ke-7 kerajaan tersebut ditaklukkan oleh Sriwijaya. Nama Melayu baru muncul kembali pada abad ke-12 ketika kerajaan Singasari melancarkan ekspedisi. Pemelayu. Melayu mengalami masa kejayaan pada pemerintahan raja Adityawarman. Menurut catatan pada arca Manjusti di Candi Jago, Jawa Timur, bahwa Adityawarman membantu Gajah Mada menaklukkan pulau Bali.
5.
Sriwijaya
Sriwijaya
pertama kali dijumpai di dalam Prasasti Kota Kapur dari pulau Bangka. Sriwijaya
merupakan sebuah kerajaan di Sumatera Selatan yang berpusat di Palembang. Pada
tahun 671, seorang biksu Budha bernama I-Tsing menceritakan bahwa ketika ia
pergi dari Kanton ke India, ia singgah terlebih dahulu di Sriwijaya selama enam
bulan untuk belajar tata bahasa Sansekerta. Kerajaan Sriwijaya juga diperkuat
oleh penemuan beberapa prasasti yang semuanya ditulis dengan Pallawa dalam
bahasa Melayu Kuno. Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota
Kapur, dan Karang Berahi.
6.
Mataram Kuno
Kerajaan
Mataram berada di wilayah Sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di
Jawa Tengah. Kerajaan ini dapat diketahui dari prasasti Canggal. Prasasti
Belangka tahun 732 M menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh
Sana, diteruskan oleh keponakannya, Sanjaya. Kerajaan Mataram Kuno terkenal
keunggulannya dalam pembangunan candi Agama Budha dan Hindu. Candi yang
diperuntukkan bagi Agama Budha antara lain candi Borobudur yang dibangun oleh
Samaratungga dari dinasti Syailendra. Candi
Hindu yang dibangun antara lain candi Roro Jongrang di Prambanan yang dibangun
oleh Raja Pikatan.
7. Wangsa Warmadewa di Bali
Keluarga
Raja Warmadewa muncul pertama kali pada tahun 914. Hal itu diketahui dalam
prasasti dari Sanur yang dikeluarkan oleh Sri Kesariwarmedewa.
8. Medang Kamulan
Kerajaan
Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas di Jawa Timur. Kerajaan ini
dibangun oleh Mpu Sendok yang sebelumnya memerintah kerajaan Mataram Kuno di
Jawa Tengah. Di tempat barunya ini Mpu Sendok mendirikan sebuah dinasti yang
bernama Isyana.
9.
Kediri
Keputusan
Airlangga untuk membagi dua kerajaannya menghasilkan pembentukan dua kerajaan,
Jenggala dan Panjalu (Kediri). Panjalu berhasil mendesak Jenggala.
Sebagai gantinya, 60 tahun kemudian muncullah kerajaan Kediri. Pada tahun 1116, Kediri diperintah oleh Sri Kameswara (1116-1135). Kemudian ia digantikan oleh Jayabaya. Jayabaya memerintah antara tahun 1135 hingga 1157, ia memakai lambang Garudamukha untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan sah Airlangga.
Sebagai gantinya, 60 tahun kemudian muncullah kerajaan Kediri. Pada tahun 1116, Kediri diperintah oleh Sri Kameswara (1116-1135). Kemudian ia digantikan oleh Jayabaya. Jayabaya memerintah antara tahun 1135 hingga 1157, ia memakai lambang Garudamukha untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan sah Airlangga.
10. Singasari
Kerajaan
Singasari didirikan oleh Ken Arok setelah dia berhasil mengalahkan Kediri.
Riwayat Ken Arok sendiri tidak banyak diketahui karena namanya tidak dikenal
dalam prasasti. Dalam kitab Pararaton dan Negarakertagama, ia dikatakan berasal
dari sebuah keluarga biasa dari desa Pungkur. Melalui bantuan pendeta bernama
Danghyang Lohgawe, ia kemudian berhasil bekerja pada Akuwu Tumapel bernama
Tunggul Ametung.
Tertarik oleh isteri sang akuwu yang cantik bernama Ken Dedes, Ken Arok kemudian membunuh Tunggul Ametung dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring. Setelah itu ia menikahi Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung.
Tertarik oleh isteri sang akuwu yang cantik bernama Ken Dedes, Ken Arok kemudian membunuh Tunggul Ametung dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring. Setelah itu ia menikahi Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung.
Kisah
tragedi Anusapati, anak yang dikandung Ken Dedes dari Tunggul Ametung,
mengetahui tragedi yang menimpa ayahnya. Ia kemudian membunuh ayah tirinya itu
dengan keris yang telah membunuh ayah kandungnya dan mengambil alih tahta
kerajaan.
Pemerintahan Anusapati berlangsung selama 21 tahun (1227 – 1248). Masa pemerintahannya tidak banyak diketahui selain dia gemar mengabung ayam, dia dibunuh oleh Tohjaya, seorang anak Ken Arok dari istri lainnya yang bernama Ken Umang. Pada gilirannya, Tohjaya kemudian dibunuh oleh anak Anusapati yang bernama Ranggawuni. Ranggawuni naik tahta pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana. Ia merupakan raja Singasari pertama yang namanya diabadikan dalam prasasti Narasingharmuti. Perluasan pengaruh Kemaharajaan Cina – Mongol di bawah Khubilai Khan menimbulkan tantangan terhadap kekuasaan Kertanegara.
Pemerintahan Anusapati berlangsung selama 21 tahun (1227 – 1248). Masa pemerintahannya tidak banyak diketahui selain dia gemar mengabung ayam, dia dibunuh oleh Tohjaya, seorang anak Ken Arok dari istri lainnya yang bernama Ken Umang. Pada gilirannya, Tohjaya kemudian dibunuh oleh anak Anusapati yang bernama Ranggawuni. Ranggawuni naik tahta pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana. Ia merupakan raja Singasari pertama yang namanya diabadikan dalam prasasti Narasingharmuti. Perluasan pengaruh Kemaharajaan Cina – Mongol di bawah Khubilai Khan menimbulkan tantangan terhadap kekuasaan Kertanegara.
Ketika sang
kaisar mengirimkan utusan yang menuntut agar Singasari tunduk kepada Cina.
Kertanegara melukai wajah sang utusan yang bernama Mengki Khubilai Khan murka
dan mengirimkan pasukan untuk menyerang Jawa pada tahun 1292. Akan tetapi,
keruntuhan Kertanegara ternyata datang dari jurusan lain. Seorang keturunan
raja-raja Kediri bernama Jayakatwang memberontak terhadap kekuasaan Singasari
untuk memulihkan kembali kejayaan Kediri yang diruntuhkan oleh leluhur
Kertanegara. Jayakatwang berhasil membunuh Kertanegara meskipun menantunya yang
bernama Raden Wijaya berhasil lolos.
11. Majapahit
Pendiri
Majapahit ialah Raden Wijaya. Raden Wijaya merupakan menantu Kertanegara yang
berhasil meloloskan diri ke Madura setelah kematian mertuanya. Dengan bantuan
penguasa Madura bernama Arya Wirajaya, ia menawarkan diri untuk bekerjasama
dengan Jayakatwang di Kediri.
Jayakatwang
kemudian memberikan daerah Hutan Tarik (sekarang Trowulan) kepada Raden Wijaya.
Raden Wijaya diam-diam memperkuat diri sambil menunggu saat yang tepat untuk
membalas dendam. Pada awal tahun 1293 tentara Cina – Mongol yang dikirim untuk
menghukum Kertanegara tiba di Pulau Jawa. Raden Wijaya berhasil membunuh
Jayakatwang.
Setelah
berhasil mengalahkan Kediri, Raden Wijaya berbalik menyerang tentara Mongol dan
memaksa mereka lari meninggalkan pulau Jawa. Ia dinobatkan menjadi Raja
Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jaya Wardhana pada 12 November 1293.
Para pengikut Kertarajasa yang berjasa dalam mendirikan Majapahit kemudian diangkat menjadi pejabat tinggi kerajaan. Di antara mereka terdapat tokoh-tokoh, yaitu Arya Wiraraja.
Para pengikut Kertarajasa yang berjasa dalam mendirikan Majapahit kemudian diangkat menjadi pejabat tinggi kerajaan. Di antara mereka terdapat tokoh-tokoh, yaitu Arya Wiraraja.
Pu Tambi
(Nambi), dan Ronggo Lawe. Pengangkatan tersebut menimbulkan rasa tidak puas
bagi jabatan yang lebih tinggi. Timbullah serangkaian pemberontakan seperti
yang dilakukan Ronggo Lawe pada tahun 1295 serta Pu Sora dan Juru Demung antara
tahun 1298 – 1300. Di tengah-tengah kekacauan ini, Raden Wijaya wafat pada
tahun 1309. Pengganti Raden Wijaya
adalah Jayanegara yang bergelar Sri Jayanegara.
Pemberontakan Nambi tahun 1316 dapat
dipadamkan oleh Mahapati. Kemudian menyusul pemberontakan Semi pada tahun 1318
dan Kuti 1319. Setelah peristiwa itu, raja Jayanegara sadar kalau Mahapati
ternyata tukang fitnah. Akhirnya, ia ditangkap dan di hukum mati. Ketika
terjadi pemberontakan Kuti inilah muncul nama Gajah Mada. Pada tahun 1328,
Jayanegara tewas dibunuh oleh Tanca. Tahta kerajaan kemudian diwakilkan kepada
puterinya, Tribhuwanatunggadewi (Bhre Kahuripan). Selama pemerintahan ratu
tersebut, kemelut politik masih muncul. Hal tersebut terlihat dengan adanya
pemberontakan Sadeng pada tahun 1331.
Pemberontakan
tersebut berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada. Sebagai balasan atas jasanya,
Gajah Mada diangkat menjadi Mangkubumi (Perdana Menteri).
Pada saat dilantik, Gajah Mada mengucapkan suatu sumpah terkenal yang disebut sebagai Sumpah Palapa. Dalam sumpahnya itu, Gajah Mada bertekad untuk tidak berhenti beristirahat sampai seluruh nusantara dipersatukan di bawah panji Majapahit. Tribhuwanatunggadewi menduduki tahta selama 22 tahun dan kemudian menyerahkan tahta Majapahit kepada puteranya Hayam Wuruk. Hayam Wuruk menjadi raja dengan gelar Sri Rajasanegara.
Pada saat dilantik, Gajah Mada mengucapkan suatu sumpah terkenal yang disebut sebagai Sumpah Palapa. Dalam sumpahnya itu, Gajah Mada bertekad untuk tidak berhenti beristirahat sampai seluruh nusantara dipersatukan di bawah panji Majapahit. Tribhuwanatunggadewi menduduki tahta selama 22 tahun dan kemudian menyerahkan tahta Majapahit kepada puteranya Hayam Wuruk. Hayam Wuruk menjadi raja dengan gelar Sri Rajasanegara.
Pemerintahannya
berlangsung selama 39 tahun, ia didampingi oleh Gajah Mada sebagai patihnya. Di
bawah duet Sri Rajasanegara dan Gajah Mada, persatuan nusantara perlahan-lahan
dapat diwujudkan meskipun sempat diwarnai keributan dengan adanya peristiwa
Bubat. Peristiwa yang menewaskan Maharaja Sunda Padjajaran yang bernama Sri
Bhaduga dan Dyah Pitaloka, puterinya yang menjadi calon permaisuri Hayam Wuruk.
Peristiwa ini meretakkan Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Hayam Wuruk sangat
memperhatikan kehidupan agama. Ia berusaha mempersatukan tiga aliran agama,
yaitu Budha, Siswa dan Wisnu. Kerukunan hidup beragama di Majapahit dilukiskan
oleh Mpu Tantular dalam bukunya Sutasoma dengan kalimat “Bhineka Tunggal Eka”.
Beberapa pujangga besar yang hidup pada masa tersebut adalah Mpu
Prapanca dengan karyanya kitab Negarakertagama dan Mpu Tantular dengan karyanya
Arjuna Wiwaha. Kematian Gajah Mada pada tahun 1364, yang disusul oleh wafatnya
Hayam Wuruk pada tahun 1389 menyebabkan kemunduran besar bagi Majapahit.
F. Pengaruh dan Warisan Kebudayaan Hindu – Budha
1. Pengaruh Kebudayaan Hindu – Budha
Perkembangan
Hindu – Budha di nusantara tidak sekedar membawa perubahan dalam bidang
keagamaan saja melainkan juga berpengaruh pada kehidupan politik, sosial dan
budaya.
2. Perubahan dalam bidang politik
Di bidang
politik yang paling nyata adalah diperkenalkannya sistem kerajaan. Sebelumnya,
kedudukan pemimpin dalam masyarakat nusantara ialah orang yang dituakan oleh
sesamanya.
3. Perubahan
dalam bidang social
Masyarakat
nusantara terbagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan aturan kasta. Akan
tetapi, sistem kasta yang berlaku di nusantara tidaklah seketat di negara
asalnya.
4. Perubahan
dalam bidang kebudayaan
Pengaruh di
bidang kebudayaan terutama berkaitan dengan penyelenggaraan upacara keagamaan,
seperti upacara sesajen, pembuatan relief, candi serta penggunaan bahasa
sansekerta.
5. Warisan
kebudayaan Hindu – Budha
a.
Arsitektur
Arsitektur
warisan kebudayaan Hindu – Budha dapat dilihat dari stupa dan candi. Awalnya
stupa dikenal sebagai kuburan kubah atau bukit makam yang sederhana, kemudian
bentuk arsitektur ini menjadi sebagai bangunan suci bagi umat Budha. Gerbangnya
terdapat di empat penjuru mata angin, biasanya dihiasi dengan gambar-gambar
timbul (relief).
Adapun candi merupakan bangunan peninggalan
masa lalu yang digunakan untuk memuliakan orang yang telah meninggal, khusus
bagi para raja dan orang-orang terkemuka.
b.
Seni sastra
Seni sastra
peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu – Budha ialah tampak dalam penulisan
prasasti, kitab dan kakawin. Prasasti biasanya ditulis untuk memberikan
informasi sehubungan dengan adanya peringatan, perintah, atau keberadaan suatu
kerajaan. Pada masa kerajaan Kutai, informasi itu dipahatkan pada Yupa (tugu
batu).
Kitab adalah
sebuah karangan tentang kisah, catatan atau laporan suatu peristiwa. Kitab
ditulis dalam lembaran daun lontar. Isi kitab berupa rangkaian puisi yang
terdiri atas beberapa bait, ditulis dalam bahasa yang indah. Ungkapan dalam
puisi itu disebut kakawin. Beberapa kitab yang ditulis misalnya, Mahabharata,
Arjuna Wiwaha, Negarakertagama, dan Sutasoma.
c.
Seni rupa /
ukir
Karya seni rupa
banyak dijumpai dalam bentuk relief yang dipahatkan pada dinding candi,
biasanya berupa gambar dan hiasan serta ada yang merupakan rangkaian cerita
atau kisah orang-orang tertentu. Relief-relief itu antara lain dapat ditemui
dalam berbagai candi seperti Borobudur, Prambanan dan Panataran.
BAB
II
HASIL
KEBUDAYAAN INDONESA PENGARUH
DARI HINDU BUDAHA
Pengaruh Hindu dan
terhadap kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang kebudayaan, berbarengan dengan datangnya pengaruh dalam bidang agama itu sendiri. Pengaruh tersebut dapat berwujud fisik dan nonfisik. Hasil kebudayaan pada masa Hindu – Buddha di Indonesia yang berwujud fisik di antaranya: arca atau patung, candi (kuil), makara, istana, kitab, stupa, tugu yupa, prasasti, lempengan tembaga, senjata perang, dan lain-lain. Sedangkan peninggalan kebudayaan yang bersifat nonfisik di antaranya: bahasa, upacara keagamaan, seni tari, dan karya sastra.
Kebudayaan merupakan wujud dari peradaban manusia, sebagai hasil akal – budi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik primer, sekunder, atau tersier. Wujud kebudayaan ini cukup beragam, mencakup wilayah bahasa, adat-istiadat, seni (rupa, sastra, arsitektur), ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dan setiap kebudayaan yang lebih maju pasti mendominasi kebudayaan yang berada di bawahnya.
Begitu pula kebudayaan India yang dengan mudah diterima masyarakat Indonesia.
Meskipun budaya India berpengaruh besar, akan tetapi masyarakat Indonesia tidak serta-merta meniru begitu saja kebudayaan
tersebut. Dengan kearifan local masyarakat Indonesia, budaya dari India diterima melalui proses penyaringan (filtrasi) yang natural. Bila dirasakan cocok maka elemen budaya tersebut akan diambil dan dipadukan dengan budaya setempat, dan bila tak cocok maka budaya itu dilepaskan. Proses akulturasi budaya ini dapat dilihat pada model arsitektur, misalnya, punden berundak (budaya asli Indonesia) pada Candi Sukuh di Jawa Tengah; atau pada dinding - dinding.
1.
Bahasa Dan Sistem Aksara
Bahasa merupakan
unsur budaya yang pertama kali diperkenalkan bangsa India kepada masyarakat Indonesia. Bahasalah yang digunakan untuk menjalin komunikasi dalam proses perdagangan antara kedua pihak, tentunya masih dalam taraf lisan. Bahasa yang dipraktikkan pun adalah bahwa Pali, bukan Sansekerta karena kaum pedagang mustahil menggunakan bahasa kitab tersebut.
Bahasa Pali atau Pallawa merupakan aksara turunan dari aksara Brahmi yang dipakai di India selatan dan mengalami kejayaan pada masa Dinasti Pallawa (sekitar Madras, Teluk Benggali) abad ke-4 dan 5 Masehi. Aksara Brahmi juga menurunkan aksara – aksara lain di wilayah India, yaitu Gupta, Siddhamatrka, Pranagari, dan Dewanagari .Aksara Pallawa sendiri kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan tertulis pada prasasti- prasasti berbahasa Melayu Kuno zaman Sriwijaya. Istilah pallawa pertama kali dipakai oleh arkeolog Belanda, N.J. Krom; sarjana lain menyebutnya aksara grantha.bahasa Sansekerta pertama kali di Indonesia bisa dilacak pada yupa – yupa peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Huruf yang dipakai adalah Pallawa. Dikatakan bahwa di kerajaan tersebut terdapat seorang raja bernama Kudungga, memiliki anak yang bernama Aswawarman, dan juga memiliki cucu Mulawarman. Menurut para ahli bahasa, Kudungga dipastikan merupakan nama asli Indonesia, sedangkan Aswawarman dan Mulawarman sudah menggunakan bahasa India. Penggantian nama tersebut biaanya ditandai dengan upacara keagamaan.
Kadang kita tidak menyadari bahwa bahasa yang kita gunakan tersebut merupakan serapan dari bahasa Sansakerta. Perubahan bunyi pada serapan ini terjadi karena logat dan dialek setiap suku – bangsa berbeda. Makna awalnya pun sebagian telah mengalami perubahan: ada yang meluas dan ada yang menyempit. Namun, adapula beberapa kata yang maknanya belum bergeser, contohnya: tirta berarti air; eka, dwi, tri berarti satu, dua, tiga; kala berarti waktu atau bisa juga bencana.
Berikut
ini kata – kata Indonesia serapan dari kata – kata Sansekerta:
(a) sayembara, dari silambara (f)
gembala, dari gopala
(b) bentara, dari avantara (g) karena, dari karana
(c) harta, dari artha (h)
bahagia,
dari
bhagya
(d) istimewa, dari astam eva
(i) manusia, dari manusya
(e) durhaka, dari drohaka (j)
senantiasa,
dari nityasa
2.
Seni Arsitektur dan Teknologi
Sebelum unsure – unsure Hindu – Buddha masuk, masyarakat Indonesia telah mengenal teknologi membuat bangunan dari batu pada masa Megalitikum .Mereka telah pandai membangun menhir, sarkofagus, peti (kuburan) kubur, patung sederhana, dan benda benda dari batu lainnya .Setelah berkenalan dengan seni arsitektur Hindu - Buddha, mereka kemudian mengadopsi teknologinya. Jadilah candi, stupa, keraton, makara yang memiliki seni hias (relief) dan arsitekturnya yang lebih beraneka.
a. Candi
Candi
berasal dari frase candika graham yang berarti kediaman Betari Durga. Durga ini disembah terutama oleh umat Buddha. Dalam dunia pewayangan di Indonesia, Durga merupakan istri Dewa Siwa yang dikutuk dari berwajah cantik menjadi raksasa. Yang pertama mendirikan candi di India diduga adalah umat Buddhis.
Bentuk candi - candi di Jawa Tengah di bagian selatan berbeda dengan yang ada di bagian utara. Namun demikian, secara umum (Soetarno, 2003)
candi-candi yang ada di kedua wilayah tersebut memiliki kesamaan, yaitu:
(1) Bentuk bangunan tampak lebih
gemuk, terbuat dari batu andesit.
(2) Atapnya berbentuk undak-undakan
dan puncaknya berbentuk stupa atau ratna.
(3) Pada pintu dan relung terdapat
hiasan bermotif makara.
(4) Reliefnya timbul agak tinggi dan
lukisannya bercorak naturalis (dua dimensi).
(5) Letak candi utama terletak di
tengah-tengah halaman komplek candi muka candi menghadap ke arah timur.
b. Stupa
Stupa
merupakan tempat penyimpanan abu sang Buddha dan melambangkan perjalanan Sang
Buddha menuju nirvana. Setelah wafat, jasad Buddha dikremasi, lalu
abunya disimpan dalam delapan stupa terpisah di utara India.Pada masa kuno di
India, stupa digunakan sebagai makam penyimpanan abu bangsawan atau tokoh
tertentu.Stupa kemudian dijadikan lambang Buddhisme dan menunjukkan luas
pengaruh Buddhisme di berbagai kawasan.Semasa pemerintahan Ashoka (abad
ke-2 SM) di India dibangun banyak stupa untuk menandakan.
c. Keraton
Keraton (istana) merupakan bangunan tempat tinggal
raja-raja.Peninggalan keraton-keraton pada masa Hindu-Buddha, kini jarang ada
yang utuh.Sebagian tinggal puing-puing dan pondasi dasarnya saja, sebagian lagi
malah tak berbekas.Istana-istana pada masa Hindu-Buddha didirikan dengan
pondasi dari batu atau batu bata.Biasanya dindingnya terbuat dari kayu,
sedangkan atapnya dari daun sirap.Karena itu, kini yang tersisa hanyalah
pondasipondasinya.
3.
Bidang Seni Rupa
Selain pada arsitektur, pengaruh budaya Hindu-Buddha terlihat pada
bidang seni rupa, seperti corak relief, patung atau arca, dan makara pada candi
atau keraton.Dalam hal motif yang pada masa prasejarah berupa motif-motif
budaya Vietnam purba, maka pada masa Hindu-Buddha berkembang dan makin beragama
a. Patung
Arca (patung) dipahat membentuk mahluk tertentu, biasanya manusia
atau binatang dengan tujuan mengabadikan tokoh yang dipatungkan.Patung dibuat
oleh para seniman dan pemahat handal yang termasuk kasta waisya.Biasanya
patung ini disimpan dalam candi sebagai penghormatan terhadap dewa dan raja
yang disembah.Adakalanya sebuah patung raja disimbolkan sebagai patung dewa
atau raja yang dipuja.
b. Relief
Relief
merupakan seni pahat-timbul pada dinding candi yang terbuat dari batu. Pada
candi bercorak Hindu, relief tersebut biasanya melukisan cerita atau kisah yang
diambil dari kitab-kitab suci maupun sastra (bias cerita utuh, bias pula hanya
cuplikan), misalnya Mahabharata, Ramayana, Sudamala, Kresnayana,
Arjuna Wiwaha, berikut tokohtokoh Wayang Punakawan yang tak terdapat di
India. Sedangkan dalam candi Buddha, pada reliefnya terpahat cerita seputar
kisah hidup Siddharta Sang Buddha.Ada pula relief yang menceritakan cerita
legenda dari India dan cerita fabel.
Relief
pada candi di Jawa Tengah tak sama dengan relief di candi di Jawa Timur. Di
Jawa Tengah, karakteristik objek (manusia, hewan, tumbuhan) pada
relief-reliefnya bersifat natural; artinya Bentuk pahatan objek tak jauh beda
dengan bentuk asli dari objek tersebut (dua dimensi). Sedangkan, karakteristik
objek pada relief di Jawa Timur tampak lebih pipih seperti bentuk wayang kulit
(satu dimensi).Menurut para ahli, peralihan karakteristik para relief ini
menunjukkan peralihan dari zaman Hindu-Jawa ke zaman Jawa- Hindu. Artinya:
ketika kekuasaan beralih dari barat (Jawa Tengah) ke timur (Jawa Timur), dengan
sendirinya kebudayaan masyarakat Jawa makin berkembang, makin percaya diri
dengan corak seninya sendiri, tanpa harus terus menyontek budaya India.
c. Makara
Dalam mitologi Hindu-Buddha, makara adalah perwujudan seekor
binatang laut besar yang diidentikkan dengan buaya, hiu, lumba-lumba,
sebagai binatang luar biasa. Binatang “jadi-jadian” ini menjadi salah satu
motif yang lazim dalam arsitektur India dan Jawa.Biasanya patung (bisa pula
berbentuk relief) makara ini dipajang pada pintu gerbang candi atau keraton.
Pada Candi Borobudur, contohnya, makaranya berbentuk binatang paduan: berkepala
gajah, bertelinga sapi, bertanduk domba, dengan singa berukuran kecil di dalam
mulut makara tersebut. Pahatan makara ini biasanya berfungsi sebagai mulut
saluran air mancur.
4.
Bidang Kesusastraan
Dari India, masyarakat Indonesia mengenal sistem tulis.Karyakarya
tulis yang pertama ada di Indonesia ditulis pada batu (prasasti) yang memuat
peristiwa penting seputar raja atau kerajaan tertentu Pada masa berikutnya
penulisan dilakukan di atas daunSetelah menyalin dan menerjemahkan karya-karya
tersebut, mereka lalu mulai menggubah cerita yang asli ke dalam sebuah kitab.
Jadilah karya sastra yang indah dalam segi bahasa, meski sifat-sifat
kesejarahannya samar.
a. Kitab
Kitab merupakan tulisan berupa kisah, cerita, sejarah, dan kadang
campuran antara legenda-mitos-sejarah sekaligus.Pada masa Hindu-Buddha, kitab
ditulis oleh para pujangga (sastrawan) istana raja tertentu.Mereka menulis atas
perintah raja masing-masing. Hidup mereka ditanggung oleh negara dan mereka
harus menaati apa saja yang harus ditulis atas perintah raja. Oleh karena itu,
bisa saja dua kitab yang ditulis oleh dua penulis yang berbeda, membahas tokoh
yang sama namun isinya bertolak belakang.
. Pembuatan kitab pertama kali dirintis pada masa
DinastiIsana pemerintahan Dharmawangsa Teguh.Ia mempelopori penggubahan
epik Mahabharata dalam bahasa Kawi (Jawa Kuno). Arjuna Wiwaha,
karya Mpu Kanwa ditulis pada masa pemerintahan Raja Airlangga abad ke-11 M. Bharatayudha
karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, ditulis pada pemerintahan Raja
Jayabaya dari Kediri pada abad ke-1
b. Prasasti (Batu Bertulis)
Prasasti
merupakan tulisan yang memuat informasi sejarah yang ditulis pada tugu baru
tersendiri atau ditatah di bagian tertentu pada candi.Bahan untuk membuat
prasasti ini biasanya batu atau logam. Informasi sejarah ini biasanya berupa
peringatan terhadap usaha raja dalam menyejahterakan rakyatnya dalam bentuk
memberikan kurban sapi kepada kaum brahmana atau pendirian taman atau
penggalian kanal atau sungai. Bisa pula prasasti berisi usaha raja yang
berhasil menaklukkan kerajaan lain.
c. Pertunjukan Wayang
Budaya
wayang diperkirakan telah hidup pada masa prasejarah.Budaya mana pun ternyata
memiliki seni pertunjukan wayang masing-masing. Di Asia Tenggara karakter
wayang memiliki banyak kesamaan, dalam bentuk, motif,
hiasan, dan cara dipegang oleh dalang. Pada mulanya, zaman prasejarah, pertunjukan
wayang merupakan seni rakyat dan ditujukan untuk menghormati roh
leluhur.Kemudian pada masa Hindu-Buddha, kesenian wayang mulai digemari oleh
kaum bangsawan dan raja. Jadilah, wayang pun menjadi seni keraton yang mengenal
bahasa “halus”, untuk membedakan dengan bahasa rakyat yang “kasar”.
5. Bidang Seni Tari dan Musik
Ketika pengaruh Hindu-Buddha masuk, seni tari masih dipentaskan
dalam rangka keagamaan, perkawinan, pengangkatan raja, dan lain-lain.Alat-alat
bernada mulai dipakai, seperti alat tiup, alat petik, alat gesek. Persembahan
tarian dan musik di kalangan raja dan bangsawan makin berkembang seiring
perkenalan masyarakat Indonesia dengan bangsa-bangsa lain. Hingga sekarang
pengaruh seni musik India di Indonesia masih dapat dinikmati, misalnya musik
dangdut.
6.
Bidang Pemerintahan
Bentuk kesatuan masyarakat Indonesia pra Hindu adalah kesatuan
masyarakat yang dipimpin oleh seorang kepala yang dipilih berdasar prinsip
Prints Inter Pares (yang utama di antara sesama) Namun setelah pengaruh
Hindu-Buddha masuk dan berkembang di Indonesia, muncullah sistem pemerintahan
Kerajaan yang dipimpin berdasarkan sistem Dinasti (turun temurun).
BAB III
PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM di INDONESIA
Islam merupakan salah
satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah
sesuatu yang asing bagi Anda, karena di mass media mungkin Anda sudah sering
mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut
agama Islam terbesar di dunia.Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari
daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama
atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa
pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya.
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan
Kebudayaan IslamdiIndonesia.Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di
Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul
Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori
Persia.Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah
waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau
pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori
tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.
1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa
agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat
(Cambay), India.
Dasar dari teori ini adalah:
a) Kurangnya fakta yang
menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
b) Hubungan dagang
Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur
Tengah – Eropa.
c) Adanya batu nisan Sultan
Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.
d) Pendukung teori Gujarat
adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang
mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya
kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
e) Hal ini juga bersumber
dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak
( Perureula) tahun 1292.
DIa menceritakan bahwa
di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam
dari India yang menyebarkan ajaran Islam. Demikianlah penjelasan tentang teori
Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.
2.
Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan
terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar
teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4.Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra
Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar
pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut
mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra
Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak teori berikutnya.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak teori berikutnya.
3.
Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya
Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram
atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat
di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut
disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan
pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti
Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem
mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun
1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan
Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori
ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat. Ketiga teori
tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka
itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke
Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya
pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa
Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Proses penyebaran Islam
di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang,
mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan
mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan
sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
a) Maulana Malik Ibrahim
dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur..
b) Sunan Ampel dengan nama
asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
c) Sunan Bonang adalah
putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam
di Bonang (Tuban).
d) Sunan Drajat juga putra
dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah
Gresik/Sedayu.
e) Sunan Giri nama aslinya
Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
f) Sunan Kalijaga nama
aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah
Demak.
g) Sunan Muria adalah putra
Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah
Gunung Muria.
h) Sunan Gunung Jati nama
aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon) Demikian
sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian
memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah,
sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi
Allah.
Agama Islam adalah agama
mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat Indonesia. Penyebaran agama Islam
dilakukan oleh para pedagang baik itu Arab, Persia maupun India. Di samping
para pedagang, para Wali Songo memegang peranan penting dalam penyebaran agama
islam di Pulau Jawa. Islam mampu dengan cepat berkembang di Indonesia
dikarenakan banyak hal. Umat islam Indonesia adalah terbesar di dunia.
A.
Masuk dan Berkembangnya Agama Islam
Sumber tentang masuknya
Islam berasal dari sumber dalam negeri dan luar negeri.
1. Sumber luar negeri
a) Berita dari Arab.
Para pedagang Arab berdagang ke Indonesia pada
sekitar abad ke-7 pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya. Orang Arab
menyebut Sriwijaya dengan sebutan Zabag, Zabay atau Sribusa.
b) Berita dari India,
menyatakan bahwa yang berperan dalam penyebaran dalam agama dan kebudayaan
Islam adalah pedagang dari Gujarat (India)
c) Berita dari
Eropa, berita ini ditulis oleh MArcopolo yang menyatakanbawa di Sumatera bagian
utara telah muncul kerajaan Islam yang bernama Samudera pasai (abad ke-13).
Selain itu ada buku “suma oriental” karya Tome Pires yang menceritakan tentang
hancurnya pemerintah Hindu dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam.
d) Berita dari Cina,
ditulis oleh Ma-Huan seorang penulis dalam ekspedisi Laksamana Cheng-Ho
menyatakan sekitar tahun 1400 banyak pedagang Islam yang tinggal di pesisir
Pulau Jawa.
2. Sumber dalam negeri
a) Nisan
Fatimah binti Maimun (1082 M) di leran Gresik. Pada makam tersebut terdapat
tulisan Arab.
b) Makam
Sultan Malikul Saleh (1297 M), di Sumatera Utara, corak makam ini mirip batu
nisan yang dibuat oleh orang-orang Cambay, Gujarat.
c) Makam Syekh Maulana
Mailik Ibrahim (1419), dimana jirat makam didatangkan dari Gujarat.
Berdasarkan banyaknya
pendapat mengenai masuknya islam, dapat
disimpulkan mengenai perkambangan islam di Indonesia
1. Mada kedatangan Islam
kemungkinan abad ke 7 M sampai 8M
2. Masa penyebaran Islam mulai abad ke-13 sampai
dengan 16 M
3. Masa perkembangan Islam
mulai abad ke-15 M melalui kerajaan-kerajaan Islam
Perkembangan agama dan
kebudayaan islam (proses islamisasi) di Indonesia melalui saluran-saluran
sebagai berikut:
1) Saluran perdagangan
2) Saluran perkawinan
3) Saluran tasawuf
(aliran ketuhanan dengan mistik)
4) Saluran Pendidikan
(Pondok Pesantren)
5) Saluran Seni Budaya
contoh melalui Wayang
6) Saluran Dakwah
Proses islamisasi di
Pulau Jawa tidak dapat dilepaskan dari peranan Walisongo. Para walisongo yaitu,
Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik),
Raden Rahmat (Sunan Ampel),
Syarifudin (Sunan Drajat),
Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang),
Raden Paku (Sunan Giri), Raden
Mas Syahid (Sunan Kalijaga),
Raden Umar Said (Sunan Muria), Ja’far
Sodiq (Sunan Kudus) dan
Fatahillah (Sunan Gunung Jati).
Sementara di luar Jawa, penyebar agama islam antara lain Datuk Ribandang dan
Datuk Sulaeman di Sulawesi Selatan, Tuan Tunggang Parangan di Kalimantan,
Penghulu Demak di Kalimantan Selatan, Kiai Gede Ing Suro di Palembang.
Proses penyebaran Islam
berjalan dengan lancar dan cepat. Beberapa factor yang mepengaruhi penyebaran
Ismam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia adalah:
B.
Pengaruh Kebudayaan Islam di Indonesia
1)
Bidang sosial,
Agama islam menjadi agama mayoritas di Indonesia. Dalam agama
islam tidak mengenal system kasta. Penggunaan kosakata Arab baik dalam
kata-kata maupun pemberian nama. Selain itu penggunaan nama hari menggunakan
bahasa Arab. System angka (1,2,3….) juga merupakan budaya Arab.
2)
Bidang politik
Digunakan aturan-aturan islam dalam bidang pemerintahan. Selain
itu juga banyak raja yang menggunakan gelar dari Arab, misalnya Sultan,
Penembahan, Maulana dan Susuhunan/Sunan.
3)
Bidang pendidikan
Salah satu wujud dari pengaruh Islam dalam bidang pendidikan
adalah dikenalnya pendidikan di pondok pesantren. Pesantren adalah asrama bagi
siswa yang menuntut ilmu islam. Pondok pesantren terbagi menjadi dau
yaitu pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama, dan pesantren yang mengajarkan
ilmu agama dan umum.
4)
Bidang seni dan budaya
a. Seni bangunan
(1) Masjid Kuno memiliki
ciri-ciri, atapnya berbentuk tumpang, mimbar berbentuk teratai, terdapat kolam,
memiliki gapura, menghadap alun-alun dan biasanya adalah ukiran-ukiran bermotif
hewan atau tumbuhan. Contoh masji Kuno, Masjid Agung Demak, Masjid Banten,
Masjid Agung Kasepuhan (Cirebon).
(2) Keraton
memiliki ciri atap bertingkat, dan pintu masuk menghadap alun-alun serta
terdapat masjid agung. Contoh Keraton Surakarta dan Yogyakarta.
(3) Pintu Gerbang
Kerajaan mendapatkan pengaruh islam seperti di Keraton Sumenep yang terdapat
tulisan Assalamualaikum.
b. Seni Rupa
(1) Nisan adalah tonggak
dari batu atau kayu yang menandai tempat orang meninggal. Contoh makam Fatimah
binti Maimun.
(2) Kaligrafi adalah
menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan menggunakan huruf Arab. Agam Islam melarang
melukis malhuk hidup.
c. Seni Sastra antara lain
(1) Suluk yaitu karya
sastra yang brisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh Suluk Sukrasa, Suluk Wiji dan
Suluk Sunan Bonang.
(2) Hikayat yaitu
dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebelum masuknya islam, selalu
dikaitkan dengan dengan tokoh sejarah. Cotoh Hiakayat Amir Hamzah, Hikayat Hang
Tuah, dan Hikayat-hikayat raja Pasai.
(3) Babad yaitu kisah
sejarah yang terkadang memuat istilah-istilah raja suatu kerajaan Islam. Contoh
babad tanah Jawi
(4) Syair yaitu karya
sastra yang berupa sajak dan terdiri dari empat baris. Contoh Syair Abdul
Malik, Syair Burung Pingai.
(5) System kalender
Pada masa Sultan Agung
(Raja Mataram) terjadi akulturasi antara kalender Hijriyah dengan Saka.
Kalender tersebut berlaku tanggal 8 Juli 1633 atau tanggal 1 suro 1555 (1
Muharram = 1403 Hijriyah) untuk kemudian disebut tahun jawa.
C.
Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh
Hampir semua ahli
sejarah menyatakan bahwa dearah Indonesia yang mula-mula di masuki Islam ialah
daerah Aceh.(Taufik Abdullah, 1983: 4). Berdasarkan kesimpulan seminar tentang
masuknya Islam ke Indonesia yang berlangsung di Medan pada tanggal 17 – 20
Maret 1963, yaitu:
§ Islam untuk pertama
kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M, dan langsung dari Arab.
§ Daerah yang pertama kali
didatangi oleh Islam adalah pesisir Sumatera, adapun kerajaan Islam yang
pertama adalah di Pasai.
§ Dalam proses pengislaman
selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia ikut aktif mengambil peranan dan
proses penyiaran Islam dilakukan secara damai.
§ Keterangan Islam di
Indonesia, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi dalam
membentuk kepribadian bangsa Indonesia.(Taufik Abdullah, 1983: 5)
Masuknya Islam ke Indonesia ada yang mengatakan dari India, dari Persia,
atau dari Arab. (Musrifah, 2005: 10-11). Dan jalur yang digunakan adalah:
a)
Perdagangan, yang mempergunakan
sarana pelayaran
b) Dakwah, yang dilakukan oleh mubaligh yang berdatangan bersama para
pedagang, para mubaligh itu bisa dikatakan sebagai sufi pengembara.
c) Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang muslim, mubaligh dengan anak
bangsawan Indonesia, yang menyebabkan terbentuknya inti sosial yaitu keluarga muslim
dan masyarakat muslim.
d) Pendidikan. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan
dan penyebaran Islam.
e) Kesenian. Jalur yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama
di Jawa adalah seni.
Bentuk agama Islam itu
sendiri mempercepat penyebaran Islam, apalagi sebelum masuk ke Indonesia telah
tersebar terlebih dahulu ke daerah-daerah Persia dan India, dimana kedua daerah
ini banyak memberi pengaruh kepada perkembangan kebudayaan Indonesia. Dalam perkembangan
agama Islam di daerah Aceh, peranan mubaligh sangat besar, karena mubaligh
tersebut tidak hanya berasal dari Arab, tetapi juga Persia, India, juga dari
Negeri sendiri.
Ada dua faktor penting yang menyebabkan
masyarakat Islam mudah berkembang di Aceh, yaitu:
1. Letaknya sangat strategis dalam hubungannya dengan jalur Timur Tengah dan Tiongkok.
2. Pengaruh Hindu – Budha dari Kerajaan Sriwijaya di Palembang tidak begitu berakar kuat dikalangan rakyat Aceh, karena jarak antara Palembang dan Aceh cukup jauh.(A.Mustofa, Abdullah, 1999: 53) Sedangkan Hasbullah mengutip pendapat Prof. Mahmud Yunus, memperinci faktor-faktor yang menyebabkan Islam dapat cepat tersebar di seluruh Indonesia (Hasbullah, 2001: 19-20), antara lain:
1. Letaknya sangat strategis dalam hubungannya dengan jalur Timur Tengah dan Tiongkok.
2. Pengaruh Hindu – Budha dari Kerajaan Sriwijaya di Palembang tidak begitu berakar kuat dikalangan rakyat Aceh, karena jarak antara Palembang dan Aceh cukup jauh.(A.Mustofa, Abdullah, 1999: 53) Sedangkan Hasbullah mengutip pendapat Prof. Mahmud Yunus, memperinci faktor-faktor yang menyebabkan Islam dapat cepat tersebar di seluruh Indonesia (Hasbullah, 2001: 19-20), antara lain:
a) Agama Islam tidak sempit
dan berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah ditiru oleh segala golongan
umat manusia, bahkan untuk masuk agama Islam saja cukup dengan mengucap dua
kalimah syahadat saja. Sedikit tugas dan kewajiban Islam
b) Penyiaran Islam itu
dilakukan dengan cara berangsur-angsur sedikit demi sedikit.
c) Penyiaran Islam dilakukan
dengan cara bijaksana.
d) Penyiaran Islam
dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh
golongan bawah dan golongan atas.
Konversi massal masyarakat Nusantara kepada Islam pada masa perdagangan
terjadi karena beberapa sebab (Musrifah, 2005: 20-21), yaitu:
a) Portilitas (siap pakai) sistem keimanan Islam.
b) Asosiasi Islam dengan kekayaan. Ketika penduduk pribumi Nusantara bertemu dan
berinteraksi dengan orang muslim pendatang di pelabuhan, mereka adalah pedagang
yang kaya raya. Karena kekayaan dan kekuatan ekonomi, mereka bisa memainkan
peranan penting dalam bidang politik dan diplomatik.
c) Kejayaan militer. Orang muslim dipandang perkasa dan tangguh dalam peperangan.
d) Memperkenalkan tulisan. Agama Islam memperkenalkan tulisan ke berbagai wilayah Asia
Tenggara yang sebagian besar belum mengenal tulisan.
e) Mengajarkan penghapalan Al-Qur’an. Hapalan menjadi sangat
penting bagi penganut baru, khususnya untuk kepentingan ibadah, seperti sholat.
f) Kepandaian dalam penyembuhan. Tradisi tentang konversi kepada Islam
berhubungan dengan kepercayaan bahwa tokoh-tokoh Islam pandai menyembuhkan.
Sebagai contoh, Raja Patani menjadi muslim setelah disembuhkan dari penyakitnya
oleh seorang Syaikh dari Pasai.
g) Pengajaran tentang moral. Islam menawarkan keselamatan dari berbagai kekuatan jahat dan
kebahagiaan di akhirat kelak.
Melalui faktor-faktor dan sebab-sebab tersebut, Islam cepat
tersebar di seluruh Nusantara sehingga pada gilirannya nanti, menjadi agama utama
dan mayoritas negeri ini.
D. Pusat Keunggulan Pengkajian Islam Pada Tiga Kerajaan Islam di
Aceh.
1. Zaman Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Islam pertama
di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M
dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik
Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad
ke-15 H). (Mustofa Abdullah, 1999: 54)
Pada tahun 1345, Ibnu
Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan
Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam ilmu agama dan bermazhab Syafi’i,
mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta
mempraktekkan pola hidup yang sederhana. (Zuhairini,et.al, 2000: 135)
Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang
berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut:
a) Materi pendidikan dan
pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i
b) Sistem pendidikannya
secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh
c) Tokoh pemerintahan
merangkap tokoh agama
d) Biaya pendidikan
bersumber dari negara.(Zuhairini, et.al., 2000: 136)
Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat orang-orang berpendidikan”.(M.Ibrahim,et.al, 1991: 61)
Menurut Ibnu Batutah juga, Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam.
Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat orang-orang berpendidikan”.(M.Ibrahim,et.al, 1991: 61)
Menurut Ibnu Batutah juga, Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam.
Ibnu Batutah menyatakan
bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu
pengetahuan. Bila hari jum’at tiba, Sultan sembahyang di Masjid menggunakan
pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim
pengetahuan agama, antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari
Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut Majlis Ta’lim atau
halaqoh. Sistem halaqoh yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru
duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid
menghadap guru.
2. Kerajaan Perlak
Kerajaan Islam kedua di
Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang pertama Sultan Alaudin (tahun
1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik
sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak. Perlak merupakan
daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka, dan bebas dari
pengaruh Hindu.(Hasbullah, 2001: 29)Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat
pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi,
materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi,
ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan
filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah
ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada akhir abad ke-3 H, abad 10 M.
Inilah pusat pendidikan
pertama. Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin yang
memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai seorang Sultan yang arif
bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan
Tinggi Islam yaitu suatu Majlis Taklim tinggi dihadiri khusus oleh para murid
yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab
agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam
Syafi’i.(A.Mustofa, Abdullah, 1999: 54) Dengan demikian pada kerajaan Perlak
ini proses pendidikan Islam telah berjalan cukup baik.
3. Kerajaan Aceh
Darussalam
Proklamasi kerajaan Aceh
Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di belahan Barat dan
Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsu Syah
diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah (1507-1522
M).Bentuk teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan Kerajaan Aceh
adalah Gampong (Kampung), yang dikepalai oleh seorang Keucik dan Waki (wakil).
Gampong-gampong yang letaknya berdekatan dan yang penduduknya melakukan ibadah
bersama pada hari jum’at di sebuah masjid merupakan suatu kekuasaan wilayah
yang disebut mukim, yang memegang peranan pimpinan mukim disebut Imeum
mukim.(M. Ibrahim, et.al., 1991: 75) Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan
Aceh Darussalam diawali pendidikan terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti
tempat belajar atau sekolah, terdapat di setiap gampong dan mempunyai multi
fungsi antara lain:
a) Sebagai tempat belajar Al-Qur’an
b) Sebagai Sekolah Dasar,
dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu agama,
bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam. Fungsi lainnya adalah sebagai berikut:
a) Sebagai tempat ibadah
sholat 5 waktu untuk kampung itu.
b) Sebagai tempat sholat
tarawih dan tempat membaca Al-Qur’an di bulan puasa.
c) Tempat kenduri Maulud
pada bulan Mauludan.
d) Tempat menyerahkan zakat
fitrah pada hari menjelang Idhul Fitri atau bulan puasa
e) Tempat mengadakan
perdamaian bila terjadi sengketa antara anggota kampung.
f) Tempat bermusyawarah
dalam segala urusan
g) Letak meunasah harus
berbeda dengan letak rumah, supaya orang segera dapat mengetahui mana yang
rumah atau meunasah dan mengetahui arah kiblat sholat. (M. Ibrahim, 1991: 76)
Selanjutnya sistem pendidikan di Dayah (Pesantren) seperti di
Meunasah tetapi materi yang diajarkan adalah kitab Nahu, yang diartikan kitab
yang dalam Bahasa Arab, meskipun arti Nahu sendiri adalah tata bahasa (Arab).
Dayah biasanya dekat masjid, meskipun ada juga di dekat Teungku yang memiliki
dayah itu sendiri, terutama dayah yang tingkat pelajarannya sudah tinggi.
Oleh karena itu orang
yang ingin belajar nahu itu tidak dapat belajar sambilan, untuk itu mereka
harus memilih dayah yang agak jauh sedikit dari kampungnya dan tinggal di dayah
tersebut yang disebut Meudagang. Di dayah telah disediakan pondok-pondok kecil
mamuat dua orang tiap rumah. Dalam buku karangan Hasbullah, Sejarah Pendidikan
Islam di Indonesia, istilah Rangkang merupakan madrasah seringkat Tsanawiyah,
materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung, dan
akhlak. Rangkang juga diselenggarakan disetiap mukim. (Hasbullah, 2001: 32)
Bidang pendidikan di
kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi perhatian. Pada saat itu terdapat
lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu
pengetahuan yaitu:
a) Balai Seutia Hukama,
merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, ahli pikir
dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
b) Balai Seutia Ulama,
merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan
dan pengajaran.
c) Balai Jama’ah Himpunan
Ulama, merupakan kelompok studi tempat para ulama dan sarjana berkumpul untuk
bertukar fikiran membahas persoalan pendidikan dan ilmu pendidikannya.
Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan
sarjana-sarjananya yang terkenal di dalam dan luar negeri. Sehingga banyak
orang luar datang ke Aceh untuk menuntut ilmu, bahkan ibukota Aceh Darussalam
berkembang menjadi kota Internasional dan menjadi pusat pengembangan ilmu
pengetahuan.
Kerajaan Aceh telah menjalin suatu hubungan persahabatan dengan
kerajaan Islam terkemuka di Timur Tengah yaitu kerajaan Turki. Pada masa itu
banyak pula ulama dan pujangga-pujangga dari berbagai negeri Islam yang datang
ke Aceh. Para ulama dan pujangga ini mengajarkan ilmu agama Islam (Theologi
Islam) dan berbagai ilmu pengetahuan serta menulis bermacam-macam kitab berisi
ajaran agama. Karenanya pengajaran agama Islam di Aceh menjadi penting dan Aceh
menjadi kerajaan Islam yang kuat di nusantara. Diantara para ulama dan pijangga
yang pernah datang ke kerajaan Aceh antara lain Muhammad Azhari yang mengajar
ilmu Metafisika, Syekh Abdul Khair Ibn Syekh Hajar ahli dalam bidang pogmatic
dan mistik, Muhammad Yamani ahli dalam bidang ilmu usul fiqh dan Syekh Muhammad
Jailani Ibn Hasan yang mengajar logika. (M.Ibrahim,et.al., 1991: 88)
Tokoh pendidikan agama Islam lainnya yang berada di kerajaan Aceh
adalah Hamzah Fansuri. Ia merupakan seorang pujangga dan guru agama yang
terkenal dengan ajaran tasawuf yang beraliran wujudiyah.
Diantara karya-karya Hamzah Fansuri adalah Asrar Al-Aufin, Syarab
Al-Asyikin, dan Zuiat Al-Nuwahidin. Sebagai seorang pujangga ia menghasilkan
karya-karya, Syair si burung pungguk, syair perahu.
Ulama penting lainnnya adalah Syamsuddin As-Samathrani atau lebih
dikenal dengan Syamsuddin Pasai. Ia adalah murid dari Hamzah Fansuri yang
mengembangkan paham wujudiyah di Aceh. Kitab yang ditulis, Mir’atul al-Qulub,
Miratul Mukmin dan lainnya. Ulama dan pujangga lain yang pernah datang ke
kerajaan Aceh ialah Syekh Nuruddin Ar-Raniri. Ia menentang paham wujudiyah dan
menulis banyak kitab mengenai agama Islam dalam bahasa Arab maupun Melayu
klasik. Kitab yang terbesar dan tertinggi mutu dalam kesustraan Melayu klasik
dan berisi tentang sejarah kerajaan Aceh adalah kitab Bustanul Salatin.
Pada masa kejayaan kerajaan Aceh, masa Sultan Iskandar Muda
(1607-1636) oleh Sultannya banyak didirikan masjid sebagai tempat beribadah
umat Islam, salah satu masjid yang terkenal Masjid Baitul Rahman, yang juga
dijadikan sebagai Perguruan Tinggi dan mempunyai 17 daars (fakultas).
BAB IV
Hasil Kebudayaan
Indonesia Pengaruh dari Kebudayaa Islam
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan
berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda,
karena di masa media mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa
Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia
Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah
pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau
penyebar ajaran Islam.
Para wali / ulama yang dikenal dengan sebutan walisongo di Pulau
Jawa terdiri dari :
Sunan Ampel, dengan nama asli Raden
Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
Sunan Bonang, adalah putra Sunan Ampel
memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
Sunan Drajat, juga putra dari Sunan Ampel
nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
Sunan Giri, nama aslinya Raden Paku
menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik).
Sunan Kudus, nama aslinya Syeikh Ja’far
Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
Sunan Kalijaga, nama aslinya Raden Mas Syahid
atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
Sunan Muria, adalah putra Sunan Kalijaga
nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
Sunan Gunung Jati, nama aslinya Syarif
Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon).
Sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa
sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat
dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang
dikasihi Allah.
A. Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan
berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh
agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya.
Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses
bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling
mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha
hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak
hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat
Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan
masjid, makam, istana. Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai
berikut:
a) Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke
atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya
ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan
akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
b) Tidak dilengkapi dengan menara,
seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada
sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan
atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
c)
Letak masjid
biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan
didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan
Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya.
Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat
pada bangunan makam. Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam
terlihat dari:
a)
makam-makam kuno dibangun di
atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
b)
makamnya terbuat dari bangunan
batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,nisannya juga terbuat dari batu.
c)
di atas jirat biasanya
didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
d)
dilengkapi dengan tembok atau
gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok
makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan
berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak
berpintu).
e)
Di dekat makam biasanya
dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah
makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur di Tuban.
Bangunan istana arsitektur
yang dibangun pada awal perkembangan Islam, juga memperlihatkan adanya unsur
akulturasi dari segi arsitektur ataupun ragam hias, maupun dari seni patungnya
contohnya istana Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan patung penjaga
Dwarapala (Hindu).
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia
atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran
tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan
dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, ditengah ragam hias suluran
terdapat bentuk kera yang distilir.
Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan di masjid
juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang. Untuk hiasan pada
gapura.
3. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya
agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan,
yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab
Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang
dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a,
i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang
menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan
ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada
awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh
Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan
demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/
aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan
isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman
Hindu.
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng
yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk
peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan
bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam,
Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan pujangga
keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi
(Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab yang
membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk
Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra yang
sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan,
keajaiban dan penentuan hari baik/buruk. Bentuk seni sastra tersebut di atas,
banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum
Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu
ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan
yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang
bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya
para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan
dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat
Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai
tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti
legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Apakah sebelumnya Anda pernah
mengetahui/mengenal hari-hari pasaran? Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung
dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan
peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan
perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan
diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari
sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga
dipergunakan.
Kalender
Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1
Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
BAB V
PENGARUH
BUDAYA BARAT TERHADAP INDONESIA
A. Masuknya
Budaya Barat ke Indonesia
Pada awalnya,
budaya asing telah masuk ke Indonesia sejak mereka menjajah bangsa indonesia.
Selain itu budaya asing juga masuk melalui perdagangan yang memang berkembang
pada saat itu, namun pada saat ini perkembangan teknologi yang sangat pesat memudahkan
kita untuk mengakses informasi dibidang apapun. Perkembangan teknologi ini
jugalah yang merupakan faktor utama pemicu mudahnya budaya asing masuk ke
Indonesia. Selain itu usia remaja merupakan usia yang sangat kritis, apa yang
menarik dan menyenangkan baginya dengan mudah akan ditiru.
Budaya tersebut masuk melalui media komunikasi
yang semakin lama semakin canggih seperti televisi, dalam bentuk film, video
klip, dll. Bukan hanya media elektronik tetapi juga media cetak yang memuat
informasi seputar budaya barat tersebut. Selain itu, internet bukanlah sesuatu
yang langka pada saat sekarang ini. Para remaja dapat dengan mudah mengakses
sesuatu hal yang baru melalui internet, baik hal yang positif maupun negatif.
Setelah mereka melihat gaya hidup dan kebiasaan orang barat mereka mulai meniru
dan merubah gaya hidupnya menjadi kebarat-baratan. Contohnya saja dalam hal
penampilan, banyak remaja sekarang yang meniru gaya dan penampilan orang barat
yaitu dengan mewarnai rambut mereka, memberi warna pada mata mereka agar
terlihat seperti orang barat yang memiliki warna rambut dan mata berbeda dengan
orang Indonesia. Selain itu dalam hal etika pun remaja Indonesia memakai etika
barat yang tidak seperti di Indonesia, mereka tidak punya aturan hukum mengenai
kesopanan, agama, dan sosial.
Disamping itu kondisi lingkungan turut memicu faktor berkembangnya budaya barat
di Indonesia. Dimana di kota-kota besar yang akses informasinya sangat cepat
dan remajanya yang terbuka dalam hal-hal yang berbau barat membuat
masyarakatnya lebih mudah terpengaruh dibandingkan dengan remaja yang berada di
pedesaan. Teman sepergaulan juga dapat memberikan pengaruh kepada kita, jika
teman kita memiliki budaya yang kebarat-baratan otomatis kita akan
mengikutinya. Masalah perekonomian juga merupakan faktor pemicu suksesnya
budaya barat tersebut berkembang di Indonesia. Remaja yang merasa mampu
mengikuti budaya barat tersebut berusaha membeli barang-barang yang dapat
mendukung penampilannya yang kebarat-baratan, seperti pakaian, model rambut,
dll.
Pengaruh negatif dari budaya asing ini sangat merugikan dan meresahkan, karena
dapat merusak moral bangsa. Namun, disamping budaya asing membawa pengaruh
negatif terhadap moral remaja indonesia, kita sebenarnya juga dapat meniru hal
yang positif dari Bangsa asing. Pengaruh positifnya adalah kita bisa melihat
betapa orang barat itu sangat maju dalam bidang pendidikan dan teknologi
sehingga menjadikan negaranya menjadi negara maju. Selain itu dapat merubah
tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur.
Seperti yang kita ketahui bahwa para remaja sifatnya terbuka terhadap
informasi yang datang dari luar, dan mereka juga suka meniru. Sehingga mereka
merubah gaya hidup mereka yang metropolis, dimana mereka terbiasa dengan
kehidupan malam, pergaulan bebas, narkotika dsb. Secara otomatis, hal itu dapat
menghilangkan norma kesopanan dalam diri remaja indonesia yang seharusnya ada
pada mereka sebagai ciri khas masyarakat indonesia yang berbudi pekerti. Yang
lebih parahnya lagi, gaya hidup seks bebas yang sepertinya sudah lazim
dikalangan para remaja. Awalnya, mereka hanya menonton film porno yang didapat
dari internet, kemudian timbul rasa mereka ingin mencoba hal itu dan akhirnya
terjadi berbagai kemungkinan yang berbahaya, diantaranya hamil diluar nikah,
tertularnya virus HIV/AIDS. Usia muda diibaratkan bagai bunga yang baru mekar,
sehingga pikiran mereka masih labil. Mereka hanya memikirkan nafsu sementara
saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nantinya.
Disamping itu,
ada juga pengaruh positif yang dapat kiata ambil dari bangsa asing, yaitu
kegigihan, kedisiplinan, kemajuan, dan perkembangan negara barat yang
menjadikan mereka maju dalam bidang perekonomian. Kita bangsa indonesia jauh
tertinggal dari bangsa barat dalam segi perekonomian dan politik. Hal itu bisa
kita contoh dan kita pelajari dari bangsa barat sehingga kita bisa selangkah
lebih maju dibandingkan sekarang.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif
dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti
kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan
mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.
1.
Dampak
Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan
sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah
dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya
industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih
merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
2.
Dampak Negatif
a.
Pola
Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan
barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik
untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b.
Sikap
Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa
mereka adalah makhluk sosial.
c.
Gaya
Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di
Indonesia.Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang
tua, kehidupan bebas remaja,
remaja lebih menyukai dance dan lagu barat dibandingkan tarian dari Indonesia
dan lagu-lagu Indonesia, dan lainnya. Hal ini terjadi karena kita sebagai
penerus bangsa tidak bangga terhadap sesutu milik bangsa.
d.
Kesenjangan
Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya
ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara
individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan
kesenjangan sosial. Kesenjangan social menyebabkan adanya jarak antara
si kaya dan si miskin sehingga sangat mungkin bias merusak kebhinekaan dan
ketunggalikaan Bangsa Indonesia.
B. Faktor-faktor
yang mempengaruhi masuknya budaya Barat
1.
Kurangnya
Penjagaan yang ketat di wilayah gerbang Indonesia
Dalam gerbang wilayah
Indonesia, sepertinya kurang adanya badan seleksi khusus yang bisa menyeleksi budaya-budaya
asing negatif yang masuk ke Indonesia. Seperti masih banyaknya gambar serta
video porno yang didatangkan dari luar.
2.
Lifestyle
yang berkiblat pada barat
Saat ini banyak
masyarakat Indonesia yang meniru gaya hidup atau lifestyle orang-orang bule
atau lebih berkiblat kebarat-baratan, yakni melakukan sex bebas, berpakaian
mini, ataupun kumpul kebo. Istilah ini digunakan kepada pasangan yang bukan
muhrimnya tetapi tinggal seatap tidak dalam tali pernikahan. Di Indonesia gaya
hidup ini tidak dibenarkan karena menyalahi beberapa norma yakni norma agama,
norma kesusilaan, norma kesopanan. Sanksi yang diberikan bagi yang melanggar
juga cukup berat terutama pada lingkungan sekitarnya. Orang-orang yang
melakukan “kumpul kebo” atau tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan ini akan
dipandang kurang pantas oleh warga sekitar. Sanksi yang diberikan masyarakat
tidak berat tetapi cukup menyakitkan karena bisa-bisa akan mengucilkan orang
yang melakukan kegiatan ini.
3.
Menyalagunakan
Tekhnologi
Seperti sempat kita bahas
diatas bahwa pemanfaatan tekhnologi yang salah dapat mempermudah arus budaya
asinya negatif yang masuk. Seperti Internet sekarang ini internet banyak
disalahgunakan untuk hal-hal negatif, seperti ada situs porno, melakukan hal
penipuan, dll. Orang-orang menyalahgunakan pemanfaatan tekhnologi ini denga
cara yang tidak benar. Orang-orang bisa mengakses dengan mudah situs-situs
porno yang mereka inginkan. Hal ini membawa dampak buruk bagi yang
menikmatinya.
C. Antisipasi
Budaya Barat Negatif yang Masuk
Bangsa Indonesia adalah bangsa
yang memiliki martabat serta harga diri bangsa yang tinggi sehingga jangan
sampai bangsa ini rusak hanya karena pengaruh-pengaruh negatif dari pihak asing
yang ingin menghancurkan mental generasi penerus bangsa kita. Ada beberapa
tindakan antisipasi yang perlu dilakukan oleh generasi muda terhadap pengaruh
asing yang sifatnya negatif diantaranya :
1. Bersikap kritis dan teliti
Sebagai penerus bangsa,kita harus bersikap kritis dan
teliti terhadap hal-hal yang baru didatangkan dari luar, bagaimana kita bisa
memfilter apakah hal ini bisa membawa dampak baik atau buruk bagi kita.
Bersikaplah kritis terhadap sesuatu yang baru, banyak bertanya pada orang-orang
yang berkompeten dibidangnya dan teliti apakah inovasi tersebut bisa sesuai dengan
iklim indonesia dan pastikan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di
Indonesia.
2. Perluas Ilmu pengetahuan (IPTEK)
Sebelum budaya asing itu masuk sebaiknya kita telah
mengetahui apa inovasi- inovasi yang masuk itu secara jelas dan rinci. Kita
bisa mengetahui keguanaan hal itu secara keilmuannya, seperti situs jaringan
facebook. Facebook saat ini sedang menjamur dikalangan masyarakat, dari
berbagai usia semua menggunakan situs ini untuk menjalin tali silaturahmi yang
telah lama terputus. Tetapi ada beberapa orang yang menyalahgunakan facebook
sebagai ajang caci maki dan hina dina. Jika kita mengetahui fungsi awal
facebook itu sendiri adalah untuk menjalin tali silaturahmi, kita tidak akan
menyalahgunakan situs ini untuk berbuat yang tidak-tidak. Sehingga kita harus
mengetahui terlebih dahulu fungsinya untuk apa dan manfaatnya seperti apa.
3. Harus sesuai dengan Norma-norma yang berlaku di
Indonesia
Pengaruh budaya asing yang masuk terkadang tidak
sesuai dengan noram-norma yang berlaku di Indonesia. Jika kita menyaksikan
film-film luar, mereka menganut gaya hidup yang bebas dan jika diterapkan
disini melanggar beberapa norma yang ada di Indonesia. Misalnya saja berciuman
dimuka umum. Kita sering menyaksikan film-film barat yang melakukan
adegan-adegan mesra di muka umum, hal itu tidak bisa diterapkan di Indonesia
karena melanggar norma kesopanan. Biasanya di film-film barat, wanitanya
berpesta dengan menggunakan pakaian mini sambil bermabuk-mabukan jika hal itu
diterapkan di Indonesia, adat seperti itu tetntu tidak sesuai jika kita
terapkan di Indonesia.
Indonesia masih memegang adat ketimuran yang sangat
kental sehingga masyarakat di sini hidup dengan aturan-aturan yang berlaku dan
tentunya pantas sesuai dengan adat kesopanan. Walaupun Indonesia memiliki beriburibu
pulau tetapi adat istiadat mereka selalu mengajarkan kebaikan dan tidak
menganjurkan perbuatan buruk untuk dilakukan.
4. Tanamkan “Aku Cinta Indonesia”
Maksud dari simbol ini adalah bahwa adat istiadat yang
ditularkan oleh nenek moyang kita adalah benar adanya dan dapat membawa manfaat
yang baik bagi diri kita sendiri untuk masa kini dan kedepannya. Sehingga kita
tidak mudah terbawa arus budaya asing yang membawa kita kepada dampak yang
negatif.
5. Meningkatkan Keimanan dan ketakwaan
Seperti telah
kita bahas bahwa agama merupakan pondasi utama dalam diri yang bisa mengontrol
diri kita kepada hawa napsu yang akan mengganggu kita kedalam jurang kenistaan.
Agama sangat penting bagi kelangsungan umatnya. Apabila sesorang sudah terbawa
kedalam kesesatan, agamalah yang menjadi penolong umatnya agar berubah kembali
menjadi lebih baik.
Generasi muda
yang pintar pasti bisa memilih mana sesuatu yang baik bagi dirinya mana yang
tidak baik bagi dirinya. Terlihat didalam lingkungan sosialnya, keika ia terjun
didalam lingkungan sosialnya ia menjadi individu yang bebas dan hanya dia yang
bisa memilih ia ingin bergaul dengan siapa. Pribadi yang supel akan bisa
membawa dirinya kepada siapa saja tetapi perlu diingat menyeleksi teman itu
harus, karena pengaruh negatif dari pihak asing bisa datang dari siapa saja,
baik dari teman, tekhnologi canggih ataupun apa saja . Sehingga kita sebagai
orang timur wajib menjunjung tinggi norma dan adat ketimuran kita.
D. Memupuk
Kesadaran Remaja terhadap budaya Indonesia
Langkah-langkah untuk menimbulkan
kesadaran remaja akan pentingnya budaya indonesia adalah : Menumbuhkan semangat
nasionalisme yang tangguh, misalnya dengan mencintai produk dalam negeri.
a.
Menanamkan
dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dengan sebaik-baiknya
b.
Melalui
acara memperingati hari besar nasional
c.
Memberikan
pendidikan moral
d.
Memperkenalkan
budaya indonesia
e.
Menanamkan
dan mengamalkan nilai-nilai agama dengan sebaik-baiknya
f.
Mewujudkan
supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-benarnya
dan seadil-adilnya.
g.
Selektif
terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, dan sosial
budaya bangsa
Dengan adanya langkah-langkah
antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis dan memfilter pengaruh budaya
asing yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa, sehingga kita
tidak kehilangan kepribadian bangsa.
BAB VI
hasil kebudayaan indonesia pengaruh dari kebudayaan barat
A.
Definisi Kebudayaan
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika,
“keselarasan individu dengan alam” di
Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
B. Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut
Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
C.
Unsur Budaya
1. Menurut Koentjroningrat, unsur-unsur budaya
terdiri atas:
a) Sistem
religi dan upacara keagamaan
b) Sistem
dan organisasi kemasyarakatan
c) Sistem
pengetahuan
d) Bahasa
e) Kesenian
f)
Sistem mata pencaharian hidup
g) Sistem
teknologi dan peralatan
2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur
pokok budaya yang meliputi:
a) Sistem
norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
b) Organisasi
ekonomi
c) Alat-alat
dan lembaga-lembaga
d) Organisasi
kekuatan (politik)
D.
Macam-macam Kebudayaan
1. Nilai
Budaya Timur
Berbicara tentang nilai budaya
timur yang pada intinya banyak bersumber dari agama. Inti kepribadian manusia
timur terletak pada hatinya. Dengan hatinya mereka menyatukan akal budi,
intuisi, intelegansi dan perasaan.
Pemikiran timur lebih
menekankan unsur terdalam dalam jiwa. Macam-macam kebudayaan yang memiliki
nilai timur lebih menekankan disiplin mengendalikan diri, sederhana, tidak
mementingkan dunia. Sesuatu yang baik menurut budaya timur tidak hanya dalam
dunia benda, tidak dengan memanipulasi alam, atau mengubah masyarakat mencari kesenangan dirinya.Sesuatu yang baik menurut budaya timur adalah
sesuatu yang diperoleh melalui pencarian zat yang satu, didalam diri kita atau
di luarnya. Jalan untuk memperoleh hikmah keselamatan dan kebebasan diri dari
penderitaan dunia tidak terletak pada akal budi, tetapi melalui meditasi,
beribadah, atau tirakat.
Indonesia sebagai bagian dari
wilayah timur yang menganut kebudayaan timur, harus mementingkan kerohanian,
perasaan, gotong-royong dan menjaga keharmonisan antara manusia dengan manusia,
manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Itulah sebabnya macam-macam
kebudayaan yang dimiliki indonesia
memiliiki cerita yang sama dengan nilai-nilai
budaya timur.Permasalahannya yang kemudian muncul adalah pengaruh budaya barat
yang mulai mengena. Unsur budaya barat hendaknya diserap secara selektif dan
hati-hati. Kemajuan barat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi patut kita
tiru. Adapun bentuk budaya barat berupa sikap gayahidup mewah, individualisme, dan jauh dari kehidupan agama tidak patut untuk dicontoh.
2. Nilai
Budaya Barat
Macam-macam kebudayaan yang
dimiliki oleh budaya barat cenderung merupakan sisi kebalikan dari nilai-nilai
budaya timur. Budaya barat lebih menekankan dunia
objektif dibandingkan perasaan sehingga hasil olah
pemikirannya membuahkan sains dan teknologi. Nilai budaya barat lebih
ditekankan pada pikiran. Barat hanya meyakini sesuatu yang masuk akal saja,
sehingga ritual keagamaan dipandang sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.
Kehidupan barat lebih terpikat pada kemajuan
material dan hidup. Barat hidup dalam dunia teknis dan ilmiah sehingga mereka
menganggap pikiran nilai-nilai hidup yang meminta kepekaan hati sebagai sesuatu
yang tidak bermutu. Nilai-nilai seperti itu sebagian besar memang tampak pada
macam-macam kebudayaan barat.
E.
Dampak Masuknya Budaya Asing ke Indonesia
Masuknya budaya asing ke
indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang
meracuni indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut
berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan
dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya
pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture
shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mamapu menahan berbagai
pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi
ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Adanya penyerapan unsur budaya
luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi
yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di
tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut
ketimpangan budaya. Teknologi yang berkembang pada
era globasisasi ini mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan
sosial . Menurut Soerjono Soekanto(1990) masuknya budaya asing ke indonesia
mempunyai pengaruh yang sangat peka serta memiliki dampak positif dan
negatif.
1. Dampak Positif
Modernisasi yang terjadi di
Indonesia yaitu pembangunan yang terus berkembang di Indonesia dapat merubah
perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil,
maju, dan makmur. Hal tersebut dihaarapkan akan mewujudkan kehidupan masyarakat
yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani.
2. Dampak Negatif
Budaya yang masuk ke Indonesia
seperti cara berpakaian, etika, pergaulan dan yang lainnya sering menimbulkan
berbagai masalah sosial diantaranya; kesenjangan sosial ekonomi, kerusakan
lingkungan hidup, kriminalitas, dan kenakalan remaja.
a) Kesenjangan Sosial Ekonomi
Kesenjangan sosial ekonomi
adalah suatu keadaan yang tidak seimbang di bidang sosial dan ekonomi dalam
kehidupan masyarakat. Artinya ada jurang pemisah yang lebar antara si kaya dan
si miskin, akibat tidak meratanya pembangunan.
Apabila jurang pemisah ini
tidak segera ditanggulangi dan menimbulkan kecemburuan masyarakat sosial yang
dapat menyebabkan keresahan dalam massyarakat. Kesenjangan sosial itu sendiri
akan mengakibatkan hal- hal berikut ini:
Lahirnya kelompok kelompok
sosial tertentu seperti adanya pengamen yang banyak berkeliaran di jalanan
yang menyebabkan masyarakat terganggu dan keberadaan pengamen tersebut
sering menimbulkan masalah yang dapat meresahkan masyarakat sekitar disamping
itu juga terdapat kelompok pengangguran yang semakin hari semakin meningkat
jumlahnya dan jika tidak ditanggulangi secara cepat maka akan menimbulkan
kasus atau kriminalitas.
b)
Kerusakan Lingkungan Hidup
Pencemaran yang terjadi di lingkungan masyarakat menimbulkan dampak sebagaiberikut:
a)
Polusi udara, menyebabkan sesak nafas,mata
pedih, dan pandangan mata kabur.
b)
Polusi tanah, menyebabkan lahan pertanian
menjadi rusak.
c)
Polusi air, menyebabkan air tidak bersih dan
tidak sehat isi.
c) Masalah Kriminalitas
Kriminalitas adalah perbuatan
yang melanggar hukum atau hal- hal yang bersifat kejahatan, seperti korupsi,
pencurian, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan dan lainnya. Dalam kriminologi
kejahatan disebabkan karena adanya kondisi dan proses- proses sosial yang sama
yang menghasilkan perilaku sosial lainnya. Artinya, terdapat hubungan antara
variasi angka kejahatan dan variasi organisasi – organisasi sosial dimana kejahatan
tersebut terjadi.sebagaimana dikatakan E.H. Sutherland ( dalam Soejono
Soekamto, 1990: 367) kriminalitas (perilaku jahat) merupakan proses asosiasi
diferensial, karena apa yang dipelajari dalam proses tersebut sebagai akibat
interaksi dalam pola dan perilaku yang jahat.
d) Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah
penyimpangan perilaku yang dilakukan generasi muda (sekelompok remaja).
Misalnya tawuran, perusakan barang milik masyarakat, penyimpangan seksual, dan
penyalahgunaan narkotika serta obat-obatan terlarang. Kenakalan remaja dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan internal.
1.
Faktor
internal
Faktor Internal yaitu
faktor yang berasal dari remaja atau keadaan pribadi remaja itu sendiri.
Misalnya, pembawaan sikap negatif dan suka dikendalikan yang juga mengarah pada
perbuatan nakal. Selain itu,kenakalan remaja dapat disebabkan karena adanya
pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja sehingga
menimbulkan konflik pada dirinya dan kurang mampunya si remaja itu menyesuaikan
diri dengan lingkungan.
2.
Faktor
eksternal
Faktor Eksternal yaitu faktor
yang berasal dari luar diri remaja itu artinya,berasal dari lingkungan hidup
remaja tersebut.Misalnya kehidupan keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan,
dan media massa. Seseorangyang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis
cenderung akan mempunyai
perilaku yang kurang baik dan menyimpang dari norma dan nilai yang berada pada
masyarakat. Misalnya seorang anak yang sering melihat orang
tuanya bertengkar dapat melarikan diri pada obat-obatan karena dia tidak tahan melihat pertengkaran orang
tuanya
F. Pengaruh Budaya Asing terhadap Budaya
Indonesia
Budaya merupakan suatu cerminan hidup suatu
negara. Setiap negara mempunyai cerminan atau budaya tersendiri dalam lika liku
di kehidupannya masing masing. Budaya juga merupakan warisan dari generasi ke
generasi. Di setiap negara pasti mempertahankan budayanya dari budaya asing.
Indonesia sudah berakulturasi dengan kebudayaan asing sejak lama. Terletaknya
Indonesia di pertengahan benua Asia dan Australia yang menjadikan jalur
perdagangan pada masa lampau. Sehingga menjadikan budaya Indonesia bercampur
dengan budaya asing.
Fakta yang terjadi sekarang, Indonesia sudah
pudar dengan budaya pribumi, yang sudah tertindas budaya asing. Budaya barat
yang menjadi modernitas dan cerminan trendsetter di Indonesia. Pengaruh budaya
asing mempunyai efek positif dan negatifnya.
Tetapi, dilihat dari minoritas,cenderung
menyerap hal negatif. Sayangnya, masyarakat Indonesia lebih mengamini
kebudayaan Barat sebagai bentuk kebebasan yang sebebas-bebasnya. Sudah banyak
masyarakat yang menganggap budaya Barat merupakan budaya yang peling benar. Hal
inilah yang tampak keliru karena budaya Barat tidak hanya melahirkan
kebebasan.Seharusnya masyarakat mencontohkan
budaya
barat untuk kemajuan negara Indonesia sendiri, contohnya seperti teknologi yang
maju di budaya asing.
Kecenderungan masyarakat Indonesia yang lupa
dan melalaikan budaya dalam negeri sendiri mengakibatkan banyak budaya asli
Indoensia tidak lagi diakui bangsa lain. Sebagai negara berkembang, masyarakat
indonesia seharusnya meniru motivasi Barat untuk menjadi negara yang maju bukan
malah melalaikan budaya sendiri.
1.
Dampak Positif Kebudayaan Barat
a)
Pola pikir dan sikap masyarakat yang berubah
seiringnya dengan globalisasi dan modernisasi yang berkembang di Barat.
Mengubah masyarakat menjadi berpikir rasional yang sebelumnya berpikir
irasional
b)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari
barat yang memberikan kemudahan bagi masyarakat sekaligus memotivasi masyarakat
untuk maju dalam segala hal di kehidupan bermasyarakat.
c)
Perkembangan industri barat dalam memproduksi
berbagai alat transportasi dan komunikasi yang canggih yang meningkatkan taraf
hifup masyarakat dan mengurangi pengangguran.
2.
Dampak Negatif
Selain
dampak positif,budaya barat juga berdampak negatif bagi kebudayaan Indonesia
a)
Banyaknya produk impor yang menjadikan produk
dalam negeri terpinggirkan.
b)
Adanya kesenjangan sosial di masyarakat.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat masyarakat menjadi individu
atau sudah tidak lagi butuh pertolongan antar masyarakat. Hal ini memacu adanya
individualisme.
c)
Berkembangnya gaya hidup ke barat-baratan,
menjadikan hidup bebas. Hal ini yang menyebabkan sudah hilangnya moral atau
perilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, dan malah menjadikan
masyarakat menganut gaya hidup hedonisme.
Mengatasi dampak pengaruh kebudayan asing
dibutuhkan dukungan pemerintah dan tokoh masyarakat serta masyarakat itu
sendiri untuk mengendalikan kondisi moral agar teteap berada pada nilai leluhur
bangsa Indonesia
BAB VII
AKULTURASI
KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DENGAN KEBUDAYAAN INDONESIA
A.
Pengertian Akulturasi:
Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang
akulturasi, antara lain menurut pendapat Harsoyo.
Akulturasi
adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia
yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak
secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam
pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya (Harsoyo).
Dari definisi
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya
yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan
kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan
aslinya.
Dengan adanya
kontak dagang antara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak
budaya atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi
tidak melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri.
Hal ini berarti
kebudayaan Hindu – Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa
adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki
penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli
Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu – Budha.
Wujud
akulturasi tersebut dapat diamati pada uraian materi unsur-unsur budaya
berikut ini:
1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan
bahasa sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
tersebut memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti
(batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Budha pada abad 5 – 7 M,
Contohnya: prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan
Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di
gantikan oleh bahasa Melayu Kuno
seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13
M.
Sedangkan untuk aksara, dapat dibuktikan dengan adanya penggunaan huruf
Pallawa,tetapi kemudian huruf Pallawa tersebut juga berkembang menjadi
huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat
dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf
Jawa Kuno.
2.
Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum
agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada
Animisme dan Dinamisme.
Dengan masuknya
agama Hindu – Budha ke Indonesia, maka masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai
agama-agama tersebut. Tetapi agama
Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan
kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lainmengalami Sinkritisme.
Sinkritisme adalah bagian
dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda
menjadi satu.
Untuk itu agama
Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu –
Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut misalnya
dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha
yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat
Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
Demikianlah
penjelasan tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang
religi/kepercayaan,untuk lebih memahaminya dapat Anda meminta penjelasan atau
mencari contoh-contoh lain kepada Guru bina Anda. Selanjutnya simak uraian
materi berikutnya.
3. Organisasi
Sosial Kemasyarakatan
Wujud
akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam
organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia
setelah masuknya pengaruh India.
Dengan adanya
pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di
Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun
temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau
dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja
tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari
seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja
Majapahit diwujudkan sebagai Harihari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Permerintahan
Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India
dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan
terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi
pada masa berlangsungnya kerajaan Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana.
Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem
pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan
masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta
:
- kastaBrahmana (golongan Pendeta),
- kasta Ksatria (golongan Prajurit,
Bangsawan),
- kasta Waisya (golongan pedagang)
dan
- kasta Sudra (golongan rakyat
jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh
umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di
India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan,
sedangkan di Indonesia tidak demikian,karena di Indonesia kasta hanya
diterapkan untuk upacara keagamaan.
4. Sistem
Pengetahuan
Wujud
akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari
dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh
misalnya tahun saka 654,maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang
kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan
Candrasangkala. Candrasangkala
adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka.
Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang
ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu
Contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila
diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1,maka kalimat
tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan
1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit .
5. Peralatan
Hidup dan Teknologi
Salah satu
wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni
bangunan Candi. Seni bangunan
Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan
candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India,karena
Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar
teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab
pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan
bangunan.
Untuk itu
dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan
dimana bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden
berundak-undak,yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum
yang berfungsi sebagai tempat pemujaan.
Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia
sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata
Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga
candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya
raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu
juga dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan.
Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah
melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja
yangdisebut dengan Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah
untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang
sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan
fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi
yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
Gambar 1.2. adalah (Candi Jago ) salah satu peninggalan kerajaan
Singosari yang merupakan tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang
memerintah tahun 1248 – 1268.
Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak-
undak dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat
sumuran candi,di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih
(lambang jasmaniah raja Wisnuwardhana).
Dari penjelasan tersebut di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda
sudah paham, simaklah urutan materi berikutnya.
Untuk candi yang bercorak Budha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk
memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa, maka untuk
memperjelas pemahaman candi Budha berikut ini .
Gambar 1.3. candi Borobudur adalah candi Budha yang terbesar sehingga
merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan
kerajaan Mataram, dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas
terdapat patung Dyani Budha.
Patung-patung Dyani Budha inilah yang menjadi tempat
pemujaan umat Budha.
Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap
candi yang berbentuk stupa.
Untuk candi Budha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia
stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Budha. Dengan
demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena
Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar
ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.
6. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni
rupa, seni sastra dan seni pertunjukan .
Dalam seni rupa
contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi
(gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu
kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.
Gambar 1.4. Relief Candi Borobudur
Gambar 1.4 adalah relief dari candi Borobudur yang
menggambarkan Budha sedang digoda oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang,
hal ini menunjukkan bahwa relief tersebut mengambil kisah dalam riwayat hidup
Sang Budha seperti yang terdapat dalam kitab Lalitawistara.
Demikian pula di candi-candi Hindu, relief yang juga
mengambil kisah yang terdapat dalam kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana.
Yang digambarkan melalui relief candi Prambanan ataupun candi Panataran. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut,
ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli ceritera tersebut, tetapi suasana
kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli
keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia.
Dengan demikian
terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu
berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia.
Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan
dengan adanya suatu ceritera/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber
dari
- kitab
Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan
- kitab
Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa.
Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat
Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya
dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, ke
dalam bahasa Jawa kuno. Dan,tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah
dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng.
Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak
menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa,melainkan menceritakan kemenangan
Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.
Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata
diambil sebagai suatu ceritera dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah
satunya pertunjukan Wayang.
Seni
pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman
prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh
masyarakat Jawa.
Untuk itu wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang
tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun
Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan
aslinya karena sudah mengalami perubahan.
Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter
atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi
Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna
adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.
Demikian
penjelasan tentang wujud akulturasi dalam bidang kesenian. Dan yang perlu
dipahami dari seluruh uraian tentang wujud akulturasi tersebut bahwa unsur
budaya India tidak pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka
budaya Indonesia, karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia selalu
bertindak selektif.
Untuk
memudahkan Anda dalam memahami uraian materi wujud akulturasi Kebudayaan
Indonesia dengan Kebudayaan India, maka simaklah ikhtisar dari wujud akulturisasi
tersebut seperti pada tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3. Ikhtisar wujud Akulturasi kebudayaan Indonesia dengan Hindu -Buddha
DAFTAR PUSTAKA
Soekmono,
R. 1973, Pengantar Sejarah Kebudayaan
Indonesia jilid 2, Yogyakarta : Kanisius.
Marwati Djoened Posponegoro, Nugroho
Notosusanto, 1984, Sejarah Nasional
Indonesia jilid II, Jakarta: Balai Pustaka.
I
Wayan Badrika, 2006, Sejarah untuk SMA
Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta: Erlangga
Mohammad
Iskandar dkk, 2007, Sejarah
Indonesia dalam Perkembangan
Zaman, untuk SMA XI IPS, Ganesa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar