Kamis, 06 April 2017

PERANG TELUK I dan PERANG TELUK II

Sejarah adalah mempelajari pengalaman masa lalu untuk dijadikan pelajaran untuk masa depan agar kita tidak jatuh kedalam kesalahan yang sama pada masa depan.



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Keberagaman negara diseluruh dunia ini memang juga mempunyai tradisi dan watak tersendiri-tersendiri. Adanya beberapa faktor mendasar yang sudah berlangsung sejak lama dan menyangkut kepercayaan serta menyangkut kemakmuran hidup bersama, ternyata sangat mudah menimbulkan konflik (peperangan).Hal-hal yang menyangkut terkait ideologi bangsa, suku, keyakinan, sangat mudah sekali mengobarkan  adanya perselisihan dan permusuhan dan kemudian menjadi perang. Hal inilah yang terjadi pada Iran dan Irak yang saling berperang memperebutkan hak-nya yang sudah diklaim masing-masing. Mereka mempunyai dasar sendiri-sendiri yang dijadikan alat untuk membela dirinya supaya menjadi miliknya.
Kawasan Timur Tengah memang terkenal dengan sumber daya alamnya terutama hasil minyaknya yang mampu menyuplay keseluruh penjuru dunia. Iran sebagai salah satu negara yang kaya akan minyak, hal tersebut tidak lantas membuat Iran kaya dan tentram seperti yang diharapkan. Karena kita ketahui bahwa negara-negara lain yang butuh akan kekayaan minyak tersebut sudah siap untuk merebutnya. Irak adalah negara tetangga terdekatnya yang memiliki perbatasan dengan Iran. Di perbatasan itulah yang menjadi sengketa dan menyulutkan perselisihan. Irak mengeklaim bahwa wilayah itu merupakan miliknya akan tetapi Iran juga tidak mau kalah dan menanggap bahwa itu juga wilayahnya.
Jika sudah begitu maka akan sangat sulit sekali untuk menengahinya. Dengan berbagai faktor baik intern maupun ekstern maka jelas perang antara negara tetangga ini tak mampu dielakkan lagi. Negara yang berdampingan yang seharusnya damai justru harus berperang dan mengakibatkan jatuhya korban yang tidak sedikit.

Konflik antar negara yang sampai sekarang masih terus berlanjut terjadi di Kawasan Timur Tengah, menjadikan bahan yang menarik untuk terus diulas dan dipelajari lebih mendalam. Terutama salah satu aktor negara yang sangat mencolok dengan konfliknya yaitu Irak. Irak terlibat perang dengan Iran negara tetangganya. Samapi sekarang konflik-konflik di negara-negara tersebut masih terus ada, hal tersebut disebabkan adanya faktor-faktor tertentu yang sangat mendasar di tambah lagi faktor-faktor pendukung lainnya. Kekurang pahaman terkait peran Irak-Iran ini tentunya membuat kita sebagai umat manusia yang sama tinggal di planet ciptaan Tuhan ini harus saling tahu dan memperhatikan bahkan ikut andil menjaga kerukunan antar negara. Karena pada dasarnya setiap peperangan pasti akan mempunyai dampak tidak hanya positif tetapi cenderung negatif terutama bagi pihak yang kalah.
Perang merupakan pengalaman tersulit dalam kehidupan yang selalu membawa berbagai macam masalah baik secara individu, sosial dan bahkan global. Ketika sebuah bangsa melalui masa-masa perang, fakta dan berbagai peluang yang terkandung di dalamnya jika kemudian hari kita pikirkan kembali, mungkin tidak dapat terbayangkan besarnya. Banyak orang yang menolak perang dan menghindarinya serta sedikit sekali orang yang menerima atau menyukainya. Orang-orang yang pernah berperang di medan pertempuran dan bangsa-bangsa yang telah merasakan pahitnya perang, mengetahui dengan baik apa saja yang terjadi dan masalah apa yang dihadapi satu generasi dan setelahnya.









B.      Rumusan Masalah
Jadi berdasarkan latar belakang yang tertulis di atas maka rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah :
1.   Apakah penyebab sehingga terjadinya perang Teluk I ?
2.   Bagaimanakah proses terjadinya Perang Teluk I ?
3.   Bagaimanakah dampak dari terjadinya Perang Teluk I ?
4.   Apakah penyebab sehingga terjadinya perang Teluk II ?
5.   Bagaimanakah proses terjadinya Perang Teluk II ?
6.   Bagaimanakah dampak dari terjadinya Perang Teluk II ?

C.      Tujuan
Jadi setelah membaca apa yang telah menjadi rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan :
1.     Untuk mengetahui apakah  penyebab sehingga terjadinya perang Teluk I.
2.     Untuk mengetahui bagaimanakah proses terjadinya Perang Teluk I.
3.     Untuk mengetahui bagaimanakah dampak terjadinya Perang Teluk I.
4.     Untuk mengetahui apakah  penyebab sehingga terjadinya perang Teluk II.
5.     Untuk mengetahui bagaimanakah proses terjadinya Perang Teluk II.
6.     Untuk mengetahui bagaimanakah dampak terjadinya Perang Teluk II.







BAB II
PEMBAHASAN
A.      Penyebab terjadinya perang Teluk I
Ketegangan hubungan irak iran mulai meningkat ketika irak pada tahun 1975 melanggar perjanjian perbatasan dengan iran.pejabat irak mengatakan bahwa iran menyerang instalasi ekonomi irak di sungai Shatt al-Arab.laporan lain mengarakan iran menembak cadangan minyak irak diwilayah Basra, selatan irak dan membakarnya.
Bagian selatan sungai Shatt al-Arab ini merupakan perbatasan kedua negara, menuju teluk dan menjadi jalur passokan utama minyak menuju barat.perbatasan ini pun tak awal menjadi pemicu peperangan.dasamping juga ada kekhawatiran pemimpin irak no 1 yaitu Saddam Hussein atass perlawanan syiah yang dibawa imam Khomeini dalam revousi iran.
Perang terbuka akhirnya meletus pada tanggal 22 september 1980.sebelumnya selama tiga minggu telah terjadi pertempuran diperbatasan kedua negara.irak mengebom pesawat pesawat iran dan pangkalan logistik iran termasuk bandara internasional Terheran.
Adapun berbagai penyebab terjadinya perang antara Irak dan Iran antara lain, adalah:
1.   Sengketa antara Irak dan Iran sebenarnya masih terkait dengan sejarah kedua belah negara yang tak pernah akur.
Berlarut-larutnya permusuhan yang terjadi antara kerajaan Mesopotamia (terletak di lembah sungai Tigris-Eufrat, yang kini menjadi sebuah negara Irak modern) dengan kerajaan Persia atau negara Iran modern. Yang pertama ialah persaingan dsn ketegangan Bangsa Arab dan Bangsa Parsi, yang satu tidak dapat menerima keunggulan atau dominasi yang lain. yang kedua ialah masalah minoritas etnis. Pada zaman shah Iran mendukung perjuangan otonomi suku Kurdi di Irak, sedangkan Irak mendukung minoritas etnis Arab di Iran yang memperjuangkan kebebasan yang lebih besar atau pemisah, dan yang ketigaialah perbedaan orientasi politik luar negeri. Sampai beberapa waktu yang lalu Irak adalah Pro Uni Soviet, dan Iran adalah Pro Barat.

2.   Persengketaan wilayah yang dianggap penting oleh Irak dan Iran
Pertama, persengketaan Sungai Shatt Al Arab, sungai tersebut berperan penting bagi Irak karena merupakan satu-satunya jalan keluar negara tersebut ke laut. Karena letaknya yang berada di perbatasan dan posisi strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia, sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak dan Iran. Sebelum perang antara kedua negara meletus, pada tahun 1975 sempat meredakan ketegangan antara kedua belah pihak karena berkat perjanjian Algiers.
Kedua adalah Provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini menjadi wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di tanah Irak dan wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Dengan begitu maka mereka saling meng-klaim sebagai wilayah mereka masing-masing.

3.   Munculnya Revolusi Islam oleh Iran
Pada masa pemerintahan Khomeini yang berambisi dan juga berusaha mengekspor revolusi islamnya kenegara-negara lain dan Irak menjadi sasaran yang pertama karena di Irak minorotas Sunni menguasai dan menindas mayoritas Syiah dan minoritas Kurdi yang secara etnik linguistic dekat dengan bangsa Persi. Selain itu Khoeini menaruh dendam terhadap rezim di Bagdad yang pada tahun 1978 mengusirnya dari Irak karena dia berkampanye melawan pemerintah Shah. Sehubungan dengan itu pemerintah Iran menghasut umat Syiah dan Suku Kurdi di Irak untuk memberontak dan merebut kekuasaan serta membentuk suatu republic Islam menurut pola Republik Islam Iran. Dilain pihak Bagdad menghasut minoritas Kurdi di Irak untuk mendukung minoritas Arab dalam memperjuangkan otonominya, dan membantu sejumlah jendral Iran dan pengikut-pengikutnya Bakhtiar di pengasingan untuk menyusun kekuatan guna menumbangkan kekuasaan Khomeini.
Irak di bawah kendali Saddam Hussein dan  Partai Baath memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan dominan di wilayah Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran tersebut dianggap sebagai penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain untuk mencegah menyebarnya revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam untuk merebut wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa dengan Iran dan menambah sumber minyak Irak.
Dengan kekhawatiran-kekhawatiran tersebut maka tak heran jika muncul tindakan-tindakan yang membawa ketegangan dan menimbulkan peperangan pada puncaknya.

4.   Percobaan pembunuhan terhadap pejabat Irak
Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana menteri Irak, Tariq Aziz. Irak segera bertindak dengan menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut dan  mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar dari Irak. Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil menyebut ada agen Iran yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong meletusnya perang Irak-Iran.

5.   Penyebab khusus terjadinya Perang Teluk I antara lain:
1)   Adanya serangan granat pada tanggal 1 April 1980 terhadap wakil Perdana Menteri Irak Tariq Aziz yang diduga bertanggung jawab atas aksi-aksi survesi terhadap Iran.
2)   Adanya pengusiran ribuan keturunan Iran oleh Saddam, serta melancarkan serangan yang sengit terhadap pribadi Khomeini dan membatalkan perjanjian Algiers. Sedangkan Menlu Iran Shodeh Godzadeh berjanji untuk menumbangkan rezim Baath yang berkuasa di Irak serta memutuskan hubungan diplomatic.
3)   Kedua negara saling menempatkan pasukan masing – masing di daerah perbatasan dalam jumlah yang cukup besar.
4)   Terjadinya perang pers dan media masa antar kedua belah negara.
5)   Pada 17 September 1980, presiden Saddam Hussein secara sepihak membatalkan Perjanjian Algiers tahun 1975 karena pada waktu itu Saddam Hussein merasa bahwa Perjanjian Algiers tidak adil untuk Irak, pada saat pembuatan perjanjian itu kedua belah negara tidak dalam posisi yang seimbang dimana Irak pada waktu itu sebagai negara yang kalah dengan Iran. kemudian Iran melihatnya sebagai pernyataan perang pada 20 September 1980.
Menurut para pengamat ada dua faktor yang menyebabkan invansi yang dilakukan Saddam ke Iran, pertama, adanya kekhawatiran dikalangan penguasa negara Arab terhadap kemungkinan menularnya revolusi Khoehenni kenegara-negara Arab. Dan yang kedua, ambisi Saddam Hussein untuk bisa tampil sebagai pemimpin Arab.

B.      Proses terjadinya Perang Teluk 1
Perang Teluk I tersebut berlangsung selama hampir 8 tahun. Setidaknya ada tiga hal yang penting yang dapat ditarik dari perang antara Irak dan Iran yang terjadi pada tahun 1980-1988. Pertama, tidak ada pihak yang menjadi pemenang secara mutlak dalam perang Irak-Iran. Baik pihak Iran maupun Iran sama-sama menderita kerugian yang besar. Dapat dikatakan bahwa dalam perang Teluk I, Irak mendapat separuh kemenangan, sedangkan Irak menderita setengah kealahan. Kedua, prediksi Irak dalam perang Teluk I sangat meleset. Perang yang diperkirakan hanya berlangsung singkat ternyata berlarut-larut sampai 8 tahun. Iran yang semula diremehkan dan dalam waktu singkat dapat segera ditakhlukan, ternyata melakukan perlawanan yang sengit, sehingga Iran yang semula berada di pihak defensiff kemudian menjadi ofensib. Ketiga, akibat perang teluk I ternyata membuat dampak yang luar biasa, terutama bagi Irak, terutama untuk biaya dan ganti rugi perang. Dampak perang teluk bagi Irak tersebut kemudian memicu dan menjadi salah satu faktor terjadinya perang teluk II antara Irak dan Kuwait.
Perang ini terbagi dalam beberapa alur atau periode tahun, dimana setiap periode tersebut mempunyai makna sendiri bagi masing-masing negara karena menjadi ajang balas dendam atas serangan-serangan yang saling dilancarkan. Adapun babak-babak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.   Tahun 1980-1982 : Penyerbuan Oleh Irak
Ada 2 sasaran Irak dalam serangannya ke Iran : menguasai wilayah-wilayah strategis serta kaya minyak di Iran & mencegah tersebarnya revolusi Islam ke negara-negara sekitarnya. Dalam serangannya, Irak menginginkan kemenangan cepat  atas Iran dengan memanfaatkan situasi internal Iran yang masih belum stabil pasca revolusi Islam. Irak juga berharap kalau masyarakat  di Iran akan menyalahkan pemerintahan baru negaranya sehingga sebagian dari mereka terutama dari golongan Arab Sunni -  kemudian akan membelot  kepada Irak.
Tanggal 22 September 1980, jet-jet tempur Irak menyerang 10 pangkalan udara milik Iran dengan tujuan menghancurkan pesawat  tempur Iran di darat, taktik yang dipelajari dari kemenangan Israel atas Arab dalam Perang 6 Hari. Serangan dari pasukan udara Irak berhasil menghancurkan gudang amunisi & jalur transportasi darat, namun sebagian besar pesawat  Iran tetap utuh karena terlindung dalam hanggar yang terlindungi secara khusus. Kegagalan Irak menghancurkan pesawat-pesawat  tempur Iran dalam serangan kejutan tersebut  memberi peluang bagi Iran untuk melancarkan serangan udara balasan ke Irak.
Sehari kemudian, Irak melakukan serangan darat  ke wilayah Iran dari 3 front  sekaligus. Inti dari serangan tersebut  adalah untuk menguasai Khuzestan & Shat t  al-Arab di mana 4 dari 6 divisi pasukan Irak dalam penyerbuan dikirim untuk menguasai kedua wilayah tersebut. Sisanya dipecah jadi 2 untuk menguasai front utara (Qasr-e Shirin) & f ront  tengah (Mehran) untuk mengantisipasi serangan balik yang mungkin dilakukan oleh Iran. Hasilnya, usai serangan mendadak itu Irak berhasil menguasai wilayah Iran seluas 1.000 km persegi.
Bulan November 1980, pasukan Irak melancarkan serangan ke 2 kota penting yang strategis di Iran selatan, Shabadan & Khorramshahr. Dalam penyerbuannya itu, pasukan Irak mendapat  perlawanan sengit dari pasukan Pasdaran (Garda Revolusi) Iran. Kedua kota tersebut akhirnya berhasil dikuasai Irak pada tanggal 10 November 1980. Tercatat  belasan ribu pasukan dari kedua kubu terbunuh dalam pertempuran di kedua kota tersebut. Keberhasilan Irak menguasai kedua kota tersebut  sekaligus menjadi keberhasilan terakhir Irak mencaplok wilayah mayor dari Iran.
Iran yang tertekan sempat  berusaha melakukan serangan balasan kepada Irak pada awal tahun 1981, namun gagal karena presiden Iran, Bani Sadr, nekat  memimpin langsung pasukan reguler Iran sekalipun dia hanya memiliki pengetahuan militer yang minim. Ia mengirimkan 3 resimen pasukan reguler tanpa didukung oleh Pasdaran & tidak memperhitungkan waktu serangan di saat hujan yang bakal menyulitkan suplai logistik. Akibatnya, pasukan Iran dikepung pasukan Irak & banyak dari kendaraan lapis baja Iran yang hancur atau perlu ditinggalkan karena terjebak dalam lumpur.
Serangan balasan Iran yang jauh lebih efektif  sebenarnya sudah dilakukan beberapa hari sejak Irak pertama kali membombardir pangkalan udara milik Iran. Pesawat-pesawat  F-4 milik Iran melakukan serangan ke wilayah Irak & secara efektif  berhasil melumpuhkan sejumlah titik penting di sana. Keberhasilan tersebut membuat  pasukan udara Iran terlihat  lebih superior dibandingkan pasukan udara Irak. Namun, kurangnya amunisi & suku cadang yang hanya bisa didapatkan dari AS  negara sekutu Iran yang berbalik memusuhi Iran pasca revolusi Islam  membuat  Iran seiring waktu jadi lebih banyak memakai helikopter yang dipasangi persenjataan darat  sebagai pendukung pasukan dari udara.

2.   Tahun 1982 : Titik Balik & Mundurnya Irak
Pasukan Irak dalam serangan kilatnya berhasil memanfaatkan momentum lemahnya koordinasi pasukan Iran & problem alutsista milik Iran sehingga para pengamat yakin bahwa perang akan segera berakhir dengan kemenangan Irak hanya dalam waktu beberapa minggu. Plus, Irak memang berhasil menguasai wilayah-wilayah strategis Iran dalam serangannya itu. Namun, Iran enggan menyerah begitu saja & dalam perkembangannya berhasil memukul balik Irak.
Problem bagi Iran dalam perang adalah dari segi alutsista atau persenjataan, mereka kalah superior dibanding Irak yang saat  itu memang merupakan salah satu negara dengan kekuatan militer terbaik di Timur Tengah selain Israel. Untuk mengantisipasinya, sejak perang meletus Iran merekrut ratusan ribu milisi sukarela yang disebut Basij (Tentara Rakyat). Basij tidak memiliki pengalaman militer & persenjataan yang memadai, namun mereka memiliki keyakinan sangat tinggi akan agamanya & tidak segan-segan melakukan tindakan berani mati semisal menerobos ladang ranjau atau area yang dihujani tembakan artileri musuh saat  diperintahkan.
Pasukan Irak di wilayah Iran dalam perkembangannya tidak bisa bergerak lebih jauh lagi sejak bulan Maret 1981 setelah pasukan mereka dikalahkan oleh milisi Basij yang jumlahnya mencapai ribuan di Sungai Kanun. Sejak itu, Irak lebih banyak melakukan taktik defensif  untuk mempertahankan wilayah taklukan mereka & hanya terjadi sedikit  pergeseran di garis depan. Faktor utamanya adalah kesalahan prediksi di mana Irak memperkirakan warga Arab Sunni di Iran bakal membantu mereka. Namun faktanya, mereka bersama rakyat Iran lainnya justru bersatu dan bahu-membahu melawan Irak.
Titik balik bagi Iran terjadi pada bulan Maret  1982 dalam operasi militernya di bawah kode sandi "Operasi Kemenangan yang Tak Dapat  Disangkal" (Operation Undeniable Victory). Dalam operasi militer tersebut , pasukan gabungan Pasdaran-Basij milik Iran berhasil menembus garis depan pasukan Irak yang sebelumnya dianggap tidak bisa ditembus & memecah pasukan Irak di utara & selatan Khuzestan sehingga pasukan Irak terpaksa mundur.
Bulan Mei 1982, Iran berhasil merebut  kembali wilayah Khorramshahr. Dalam pertempuran memperebutkan wilayah tersebut , Irak kehilangan 7.000 tentara, sementara Iran 10.000 sehingga menjadikan pertempuran itu sebagai salah satu pertempuran paling berdarah dalam inisiatif  serangan balik Iran. Sejak kemenangan tersebut , Iran berganti menjadi pihak yang menekan Irak dan pada bulan Juni berhasil mendapatkan kembali seluruh wilayahnya yang sebelumnya dikuasai oleh Irak.
Saddan Hussein yang melihat  bahwa moral pasukannya sudah terlanjur runtuh akibat  serangkaian kekalahan melawan Iran pun menyatakan akan segera menarik seluruh pasukannya dari Iran & menawarkan gencatan senjata kepada Iran. Tawaran gencatan senjata itu mencakup pembayaran ganti rugi perang sebesar 70 juta dollar AS oleh negara-negara Arab. Iran menolak tawaran gencatan senjata tersebut  sambil menyatakan bahwa mereka akan menyerbu Irak & tidak akan berhenti sampai rezim yang berkuasa di Irak digantikan oleh pemerintahan republik Islam.

3.   Tahun 1982-1988 : Penyerbuan Oleh Iran
Bulan Juli 1982, Iran melancarkan serangannya ke kota Basra, Irak, di bawah kode sandi "Operasi Ramadhan". Dalam serangan tersebut, puluhan ribu anggota Basij & Pasdaran mengorbankan diri mereka dengan berlari melewati ladang ranjau untuk memberi jalan bagi tank-tank di belakangnya di mana selain menghadapi bahaya ranjau, mereka juga dihujani tembakan artileri pasukan Irak. Irak berhasil mencegah Iran merengsek lebih jauh berkat ketangguhan persenjataannya di garis pertahanan, namun Irak juga harus kehilangan sejumlah kecil wilayah karena dikuasai Iran.
Keberhasilan Iran memukul balik Irak & berbalik menjadi negara penyerbu membawa kekhawat iran tersendiri bagi AS yang kemudian memutuskan untuk membantu Irak sejak tahun 1982. Presiden AS, Ronald Reagan, menyatakan bahwa negaranya akan berusaha membantu dengan cara apapun untuk mencegah Irak kalah. Selain dari AS, dukungan untuk Irak juga datang dari Uni Soviet  & Liga Arab. Di lain pihak, Iran sendiri selama perang hanya mendapat dukungan secara terbuka dari Suriah & Libya.
Karena keberpihakan terang-terangan AS ke Irak, maka cukup mengejutkan ketika AS diketahui juga membantu Iran dengan jalan menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam (dikenal sebagai skandal Iran-Contra). Henry Kissinger, salah satu tokoh penting Gedung Putih,  menyatakan bahwa AS merasa baik Irak & Iran sama-sama tidak boleh kalah untuk mencegah dominasi dari pihak pemenang di kawasan tersebut. Israel juga dikabarkan menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam kendati kedua negara tidak lagi menjalin hubungan diplomatik pasca Revolusi Islam di Iran, namun Iran sendiri hingga sekarang selalu membantah kabar tersebut.
Kembali ke medan perang, Iran berpikir bahwa Irak bisa direbut  dengan melacarkan serangan besar-besaran dari berbagai front. Maka pada tahun 1983, Iran melakukan 3 penyerbuan besar yang disusul 2 penyerbuan lainnya dengan mengerahkan ratusan ribu personil tentaranya. Iran sempat  berhasil menembus garis pertahanan Irak, namun Irak berhasil memukul balik Iran dengan melakukan serangan udara mendadak secara besar-besaran. Hingga akhir tahun 1983, tercatat  120.000 personil Iran & 60.000 personil Irak tewas dalam peperangan.
Irak berusaha memaksa Iran menghentikan perang & menuju meja perundingan dengan berbagai cara. Di awal tahun 1984, Irak membeli sejumlah alutsista baru dari Uni Soviet  & Prancis. Tak lama kemudian, Irak melakukan serangan udara ke sejumlah kota dengan persenjataan barunya itu. Irak berharap Iran merasa tertekan & kemudian menerima tawaran dari Irak untuk berunding di tempat  netral, namun nyatanya Iran tetap menolak tawaran berunding dari Irak.
Iran yang kehilangan begitu banyak personilnya akibat  sejumlah penyerbuan yang gagal sebelumnya belum mengendurkan serangan. Bulan Februari 1984, Iran menggelar "Operasi Fajar" (Operation Dawn) yang ditargetkan ke kota Kut  al-Amara dengan tujuan memotong jalur perairan yang menghubungkan Baghdad & Basra. Dalam operasi militer itu, Iran mengerahkan 500.000 personil Basij & Pasdaran.
Pertempuran dalam Operasi Fajar sekaligus menjadi seperti head-to-head kekuatan militer yang dominan di masing-masing negara. Iran unggul jumlah tentara tapi kekurangan alutsista pendukung macam pasukan udara & artileri sehingga Iran banyak menjalankan taktik mengerubungi pertahanan musuh dengan tentara (human wave attack), sementara Irak kalah jauh dalam hal jumlah tentara tapi unggul dalam hal alutsista. Periode antara tanggal 29 Februari hingga 1 Maret  merupakan salah satu episode pertempuran terbesar dalam Perang Irak-Iran di mana dalam pertempuran itu, masing-masing pihak kehilangan 20.000 tentaranya.
Iran kembali melancarkan agresi militer antara akhir Februari hingga Maret  1984 di bawah kode sandi "Operasi Khaibar" dengan memakai sejumlah serangan pendobrak ke Kota Basra. Agresi militer tersebut berujung keberhasilan pasukan Iran merebut  Pulau Majnun yang kaya minyak. Irak sempat  melancarkan serangan balik untuk merebut  wilayah tersebut , termasuk dengan memakai senjata kimia. Namun pasukan Iran tetap berhasil mempertahankan pulau tersebut  hingga menjelang akhir perang.
Walaupun berada pada posisi tertekan, pada tahun 1985 Irak masih sempat  melakukan penyerbuan balik ke Iran dengan menyerang Tehran & kota-kota pent ing lainnya di Iran usai mendapatkan bantuan finansial dari negara-negara Arab sekutunya & bantuan alutsista terbaru dari Uni Soviet, Cina, & Perancis. Serangan Irak tersebut tidak membawa perubahan yang signifikan dalam alur peperangan karena sekalipun wilayahnya diserang, di tahun yang sama Iran tetap melakukan penyerbuan ke wilayah Irak di bawah kode sandi "Operasi Badar".

4.   Tahun 1984-1988 : Perang Taker
Tahun 1984, Irak yang baru mendapat  bantuan pesawat  tempur Super Etentard terbaru dari Perancis melakukan operasi militer di laut  mulai dari muara Shat t’ el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target  dari operasi militer tersebut  adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi militer, baik itu kapal berbendera Iran maupun kapal netral yang dari atau menuju Tehran. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran & mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak. Kebijakan militer Irak tersebut  lalu mengawali babak baru dalam perang yang dikenal sebagai "perang tanker".
Jika ditelusuri, sebenarnya perang tanker sudah dimulai sejak tahun 1981 di mana pasukan laut  Irak saat  itu menargetkan titik- titik penting milik Iran di laut seperti pelabuhan & kilang minyak. Dalam operasi militernya di laut  tersebut, Irak lebih banyak memakai angkatan udaranya untuk melakukan serangan. "Perang tanker fase I" tersebut  berlangsung selama 2 tahun setelah baik Irak maupun Iran kekurangan armada kapal untuk meneruskan operasi militernya. Baru pada tahun 1984, Irak memutuskan untuk kembali melakukan operasi militer di laut  sekaligus mengawali babak baru "perang tanker fase II"

Perang tanker fase II dimulai ketika Irak menyerang kapal berbendera Yunani di sebelah selatan Kepulauan Khark pada bulan Maret  1984. Iran lantas membalasnya dengan menyerang kapal-kapal berbendera Kuwait di dekat Bahrain & Arab Saudi di perairan Arab Saudi sendiri. Serangan tersebut sekaligus menjadi peringatan dari Iran bahwa jika Irak tetap nekat melanjutkan perang tanker, tak akan ada kapal milik negara Teluk yang bakal selamat. Suatu ancaman yang dampaknya tidak ringan karena berpotensi melumpuhkan aktivitas pengangkutan minyak mentah di kawasan tersebut.
Upaya Irak untuk memblokade jalur transportasi minyak Iran gagal melumpuhkan ekonomi Iran karena ketika Irak memblokade kawasan teluk, Iran hanya memindahkan pelabuhannya ke Kepulauan Larak di dekat  Selat  Hormuz sehingga aktivitas ekspor minyaknya relatif  tidak terganggu. Di lain pihak, justru Irak yang perekonomiannya terancam setelah Suriah, sekutu Iran saat itu memblokade pipa minyak Irak ke Mediterania sejak tahun 1982. Sebagai antisipasinya, Irak pun mengalihkan aktivitas ekspor minyaknya lewat Kuwait dan jalur pipa minyak baru dibangun melewati Laut  Merah serta Turki.

5.   Tahun 1987-1988 : Ikut Campurnya Amerika Serikat (AS)
Situasi perang tanker yang semakin membabi buta karena ikut  menargetkan kapal-kapal tanker dari negara-negara yang netral membuat  Kuwait  meminta bantuan pihak internasional pada tahun 1986. Uni Soviet adalah negara pertama yang merespon dengan mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk mengawal kapal tanker Kuwait. Kebijakan Uni Soviet  lalu diikuti oleh AS pada tahun 1987 yang sebenarnya sudah didekati Kuwait  lebih dulu.
Ikut campurnya AS dalam Perang Irak- Iran sebenarnya disebabkan karena kapal perangnya, USS Stark, tertembak oleh pesawat  tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Irak meminta maaf  kepada AS sambil mengatakan bahwa itu adalah kecelakaan. Ironisnya, AS justru malah menyalahkan Iran dengan alasan Iranlah yang menyebabkan peperangan semakin berkobar & kemudian diikuti dengan tindakan AS untuk mengirim armada lautnya untuk mengawal kapal-kapal tanker milik Kuwait yang mengibarkan bendera AS.
Tujuan utama AS dalam penerjunan armada lautnya di sekitar Teluk adalah untuk mengisolasi Iran & menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana. AS baru melancarkan serangan langsung ke Iran dengan menghancurkan kilang minyak Iran di ladang minyak Rostam setelah pasukan Iran menenggelamkan kapal tanker Kuwait  berbendera AS, Sea Isle City. Setahun kemudian, tepatnya bulan April 1988, AS kembali menyerang kilang minyak & kapal-kapal perang Iran setelah kapal perangnya, USS Samuel B. Roberts, tenggelam akibat  ranjau laut  Iran.
Tanggal 3 Juli 1988, kapal perang AS, USS Vincennes, menembak jatuh pesawat sipil Iran sehingga seluruh penumpang & awak pesawatnya tewas. AS berdalih kalau pasukannya salah mengira bahwa pesawat sipil tersebut adalah pesawat tempur Iran karena tidak mengidentifikasikan dirinya ke kapal perang sebagai pesawat sipil. Namun, klaim AS tersebut  dibantah oleh Iran dan sumber independen lainnya seperti bandara Dubai yang menyatakan kalau pesawat tersebut sudah mengidentifikasikan dirinya ke kapal AS sebagai pesawat sipil melalui radio.

6.   Tahun 1988 : Gencatan Senjata dan Pasca Perang
Antara bulan April hingga bulan Agustus 1988, arah pertempuran mulai kembali menguntungkan Irak setelah Irak berhasil meraih beberapa kemenangan penting atas Iran. Dalam pertempuran pada kurun waktu tersebut, Irak juga berhasil merebut sejumlah besar alutsista milik Iran & menguasai kembali Semenanjung Al-Faw serta Kepulauan Majnun yang kaya minyak. Iran yang mulai terdesak akhirnya mau menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 sehingga Perang Irak- Iran yang sudah berlangsung selama 8 tahun pun berakhir pada tanggal 20 Agustus 1988.
Perang Iran- Irak membawa kerugian besar bagi kedua belah pihak, baik dari segi material dan korban jiwa. Jumlah kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS. Sebagai akibatnya, pembangunan ekonomi menjadi terhambat dan ekspor minyak kedua negara terganggu. Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang selama perang memangaktif mencari pinjaman uang untuk menambah alutsista.
Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah korban tewas dalam Perang Irak-Iran. Beberapa sumber memperkirakan bahwa jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan langsung dengan moncong senjata musuh. Jumlah tersebut  belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat  luka parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang.
Selain kerugian material dan korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum perang dan batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam pada perairan. Pasca perang, kedua negara juga melakukan perbaikan hubungan bilateral.

C.      Dampak Konflik Teluk 1
a.    Dampak Negatif yang Ditimbulkan :
1.   Dalam Bidang Ekonomi :
1)     Perekonomian Irak mengalami kehancuran serta terkena blokade ekonomi dan sanksi dari PBB
2)     Kerugian besar bagi kedua belah pihak, dari segi material jumlah kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS.
3)     Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang selama perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk menambah persenjataan.
4)     Pembangunan ekonomi di kedua negara menjadi terhambat dan ekspor minyak kedua negara terganggu.
5)     Produksi minyak yang menurun drastis mempenagruhi perekonomian dunia, khususnya bagi industri-indstri di dunia Barat dan Jepang.
6)     Ladang minyak dari kedua negara mengalami kerusakan, untuk Irak di daerah Kirkuk, Basra dan Fao, sedangkan untuk Iran mengalami kerusakan di pulau Kharg dan Abadan.

2.   Dalam Bidang Sosial :
1)      Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan langsung dengan moncong senjata musuh. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang.
2)      Perpecahan di negara Arab menimbulkan rasa tidak nyaman dan suasana kehidupan sehari-hari yang tegang dan tercekang yang disebabkan adanya perperangan.
3)      Irak yang menuduh Iran terlibat dalam percobaan pembunuhan terhadap Deputi Perdana Menteri Irak sehingga langsung mendeportasi ribuan warga Syi’ah berdarah Iran keluar dari Irak.


3.   Dampak Bidang Politik :
1)      Amerika Serikat semakin kuat pengaruhnya di Timur Tengah.
2)      Adanya sikap anti USA dari pihak Irak (Amerika Serikat).
3)      Proses jalannya pemerintahan di kedua negara menjadi kurang efisien dan terhambat karena adanya perang ini.

4.   Dampak Bidang Kemiliteran :
1)      Banyak korban peperangan ini tidak hanya dari non sipil namun juga dari kemiliteran di kedua negara yang banyak tewas dan luka-luka serta cacat fisik dalam peperangan ini.
2)      Banyak persenjataan dan alat-alat kemiliteran yang digunakan pada peperangan ini rusak berat atau bahkan tidak dapat digunakan lagi.

b.   Dampak Positif yang Ditimbulkan :
1)   Selain kerugian materi dan korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum perang dan batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam pada perairan.
2)   Teknologi persenjataan perang yang canggih di antara kedua negara yang meningkat pesat sehingga berpengaruh positif bagi peningkatan persenjataan kemiliteran masing-masing negara.

D.      Penyebab terjadinya Perang Teluk II
Perang teluk II dimulai ketika Irak melakukan Invasi ke Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990. Irak dengan strategi gerak cepat langsung menguasai Kuwait. Invasi yang dilakukan Irak ke Kuwait ini disababkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah terjadiya Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam Perang Irak – Iran. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990. Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negara-negara Arab kecuali Syria, Libya dan Yordania serta Palestina. Kemudian datang pula bantuan militer Eropa khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan Jerman Barat), serta beberapa negara di kawasan Asia.
Selain itu Invasi Irak ke Kuwait ini juga disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.
1.   Sebab umum terjadinya perang:
1)   Ambisi Saddam Husein untuk tampil sebagai orang yang dihormati di negara-negara Arab.
2)   Kuwait dituduh Irak mencuri minyak Irak di Padang Rumeila yang terletak di perbatasan kedua negara (dipersengketakan)
3)   Kuwait menolak tuntutan Saddam untuk membayar ganti rugi dan memberikan daerah Rumailah dan Pulau Bubiyan.
4)   Irak mengalami kerusakan infrastruktur ekonomi dan membengkaknya utang akibat Perang Teluk 1.
5)   Penguasa Irak sering mengklaim Kuwait sebagai wilayah kekuasaannya, karena perbatasan antara kedua negara tersebut tidak jelas.
2.   Sebab Khusus terjadinya perang:
1)   Terjadinya pelanggaran kuota minyak oleh Kuwait, Arab, dan Uni Emirat Arab sehingga produksi melimpah, akibatnya harga minyak anjlok. Irak yang waktu itu sangat mengandalkan pendapatan negara dari sektor minyak sangat terpukul dengan peristiwa ini. Irak waktu itu sedang membangun negaranya yang rusak akibat perang dengan Iran. Sumber dana diandalkan dari minyak karena irak merupakan negara penghasil minyak yang diandalkan negara lain
2)   Adanya serangan Irak terhadap Kuwait tanggal 2 Agustus 1990 yang berhasil menduduki wilayah Kuwait.

E.      Proses Terjadinya perang Teluk II
Pada awalnya Saddam mengira jika AS tidak akan menganggu agenda Irak tersebut mengacu pada dukungan sebelumnya pada Perang Persia I, akan tetapi diluar dugaan, PBB dan AS menuntut Irak untuk hengkang dari wilayah Kuwait. Presiden Mesir, Hosni Mubarak pun mencoba menjadi penengah konflik antara Irak-Kuwait namun tidak berhasil. Ketika diplomasi tidak menemukan hasil, hanya dalam kurun waktu satu minggu AS berhasil membentuk pasukan koalisi berjumlah ribuan pasukan berpusat di Arab Saudi. 16 Januari 1991, tentara AS beserta koalisi dibawah otoritas PBB menyerang wilayah Irak dan wilayah Kuwait yang diduduki Irak melalui serangan udara.
Irak menanggapi dengan meluncurkan rudal Seud menuju pos-pos militer musuh, serta mengarahkan rudal kepada Israel dengan tujuan Tel Aviv, dengan maksud memancing Israel untuk ikut masuk dalam perang. Ini adalah taktik Saddam untuk membredel koalisi antara AS dan bangsa Arab. Dengan asumsi apabila Israel menjawab pancingan tersebut dan menerjunkan pasukan untuk ikut menggempur Irak, maka negara-negara Arab akan melepaskan diri dari koalisi akibat perang Arab-Israel yang masih berlarut-larut, sehingga kekuatan AS akan berkurang sebab hengkangnya bantuan bangsa Arab. Strategi ini tidak berhasil karena AS menjamin Israel aman dari jangkauan rudal Irak. Israel tidak menggubris pancingan Irak.
Pada masa ini untuk memojokkan Irak, isu mengenai senjata biologis yang digunakan Irak untuk menyerang pasukan Iran kembali digulirkan setelah tidak digubris sama sekali. Sebelumnya kantor berita Iran, IRNA, menuduh bahwa Irak telah meluncurkan senjata kimia lainnya ke medan tempur sebelah selatan, dan melukai 600 tentara Iran.
Senjata kimia itu adalah bis-(2-chlorethyl)-sulfide, atau lebih dikenal dengan sebutan gas mustard dan etil N, N-dimethylphosphoroamidocyanidate, gas saraf atau dikenal sebagai Tabun. Pada saat itu Kementrian Luar Negeri AS dalam laporannya tanggal 5 Maret 1984 menyatakan, “Ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Irak menggunakan senjata kimia yang mematikan.” Akan tetapi Rumsfeld yang berada di Baghdad tidak membicarakan masalah tersebut meskipun ada laporan dari Kementrian Luar Negeri AS. Sebaliknya, harian The New York Times pada edisi 29 Maret 1984 dari Baghdad memberitakan, “para diplomat Amerika menyatakan mereka puas dengan hubungan antara Irak dan Amerika Serikat dan menyarankan agar hubungan diplomatic secara formal dipulihkan.” Berita ini kembali diangkat untuk mendesak Irak dan memancing dukungan dari Iran, namun tidak berhasil.
Setelah itu AS menggempur dengan serangan darat selama 3 hari dimulai 23 hingga 26 Februari 1991 yang akhirnya memukul mundur pasukan Irak dari Kuwait. Akibat kelelahan menghadapi musuh yang tidak diduga, ditambah gejolak internal pemberontakan Syi’ah etnis Kurdi yang memanas membuat Irak semakin terdesak. Pada 27 February, George W. Bush memerintahkan gencatan senjata pada Irak. 3 Maret 1991 Irak mematuhi mandate AS dengan menerima Resolusi DK PBB 660, 662, dan 674 dan perang berakhir.
Setelah kalah dalam perang menginvasi Kuwait, Irak mengalami beberapa konsekuensi yang haru dihadapi:
1)   Sanksi ekonomi dan perdagangan internasional
2)   Jumlah korban yang besar
3)   Pelucutan persenjataan oleh PBB
4)   Menimbulkan pemberontakan dari Syi’ah dan etnis Kurdi untuk mendapatkan hak-haknya yang selama ini dikekang oleh Saddam Hussein. Supreme Council of the Islamic Revolution in Irak (SCIRI) medapatkan dukungan lisan dari AS melalui pidato George W. Bush lewat radio untuk menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein. Akan tetapi pada 28 Maret 1991 Saddam mengumumkan pemberontak Syi’ah Irak selatan dapat dikendalikan, kemudian menyusul 30 maret 1991 pada pemberontak Kurdi
Sedangkan pihak aliansi yang mendukung Irak seperti Yaman dan PLO pun mengalami masa sulit setelah kekalahan perang Irak melawan Kuwait. Hubungan antara Yaman dan Arab Saudi memanas, dan PLO kurang mendapatkan bantuan kembali dari dunia Arab untuk memperjuangkan Palestina.
Mengenai dukungan pada agenda perang Irak kali ini telah jelas menggambarkan bahwa baik AS maupun Liga Arab tidak mendukung kebjakan Saddam Hussein untuk menginvasi Kuwait. Hal ini didsampaikan melalui KTT Kairo pada Agustus 1990 dengan hasil musyawarah setuju untuk membentuk pasukan keamanan guna membantu angkatan bersenjata Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya.

F.       Dampak terjadinya Perang Teluk II
Perang Teluk II yang berlangsung lebih singkat daripada Perang Teluk I, ternyata membawa akibat yang tidak kalah hebatnya dengan Perang Teluk I. Akibat-akibat itu sebagai berikut.
1)   Ladang-ladang minyak Kuwait rusak berat karena dibakar oleh Irak.
2)   Negara dan perekonomian Irak rusak berat karena gempuran tentara multinasional dan blokade ekonomi serta embargo yang diterapkan PBB.
3)   Peranan Amerika Serikat semakin kuat di Timur Tengah.
4)   Kekuatan Israel semakin tidak ada tandingannya.
5)   Timbulnya semangat anti-Amerika.
6)   Perpecahan negara-negara Arab.
7)   Irak membayar ganti rugi.
8)   Irak harus mengizinkan tim inspeksi nuklir PBB memeriksa nuklir Irak.
9)   Irak kena embargo ekonomi.
Setelah beberapa tahun krisis Kuwait berakhir, memasuki tahun 2002 terjadi konflik antara Irak dengan pihak Amerika Serikat. Melalui PBB, AS menuduh Irak telah mengembangkan senjata nuklir dan senjata pemusnahan massal lainnya.
Beberapa penyidik yang dibentuk PBB diturunkan di Irak untuk membuktikan tuduhan tersebut. Mereka bergabung dalam United Nations Monitoring Verification Commision (UNMOVIC), yaitu tim inspeksi senjata PBB yang ditugaskan untuk menyelidiki adanya usaha pengembangan senjata pemusnah massal Irak. Pemimpin UNMOVIC adalah Hans Blix.
Untuk kepentingan tersebut PBB mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1441 pada tanggal 18 November 2002. Isi resolusi tersebut adalah menuntut Orak untuk mengizinkan dan memberikan akses sepenuhnya kepada UNMOVIC dan International Atomic Energy Agency (IAEA) atau Badan Energi Atom Internasional, untuk meneliti segala hal yang berkaitan dengan persenjataan yang dimiliki Irak.






BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Perang Teluk I antara irak dan iran ini terjadi karena adanya Perseteruan historis antara negeri Mesopotamia (sekarang Iraq), dengan Persia (sekarang Iran). Antara lain yaitu masalah ketegangan akibat ketatnya persaingan, menoritas etnis, dan juga orientasi politik luar negeri yang berbeda dan juga Sengketa atas Sungai  Shatt al-Arab dan Khuzestan yang kaya akan hasil minyaknya. Hasil minyak ini sangat menguntungkan dan menimbulkan daya tarik setiap negara selain itu Munculnya Revolusi Islam di Iran yang notabene Saddam Hussein ialah Anti Iran ini juga ikut mempengaruhi terjadinya Perang Teluk I ini serta Percobaan Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak yang juga ikut mempengaruhi terjadinya perang Teluk I ini antara iran dan irak.
Kemudian terkait dengan jalannya perang Teluk I ini, maka di bagi menjadi beberapa periode yaitu yang pertama Periode Tahun 1980-1982 ( Penyerbuan oleh Irak ) yaitu Irak melakukan berbagai serangan terhadap Iran guna menguasai wilayah dan mencegah Revolusi Islam Iran.yang kedua Periode Tahun 1982-1984  ( Titik Balik  Mundurnya Irak ) yaitu Iran tidak tinggal diam. Iran balas melancarkan berbagai Operasi militer untuk membalas serangan-serangan dari Irak. Dan hal tersebut telah berhasil memukul mundur tentara militer Irak.yang ketiga Periode Tahun 1984-1988  ( Perang Tanker ) yaitu Tahun 1984, berkat bantuan pesawat tempur Super Etentard terbaru dari Perancis, Irak melakukan operasi militer di laut mulai dari muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi militer tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi militer. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran dan mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak.yang keempat Periode Tahun 1987-1988 ( Ikut Campurnya AS ).dan yang terakhir adalah Periode Tahun 1988 (Gencatan Senjata) yaitu Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 dan secara resmi mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8 tahun pada tanggal 20 Agustus 1988.
Dampak Kerugian Perang Irak-Iran ini, antara lain Kerugian besar bagi kedua belah pihak, dari segi material jumlah kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS. Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap hadapan langsung dengan moncong senjata musuh.Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang. Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang selama perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk menambah persenjataan.Pembangunan ekonomi menjadi terhambat dan ekspor minyak kedua negara terganggu.
Perang Teluk II yaitu Invasi Irak ke Kuwait ini disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.
Proses terjadinya Perang Teluk II yaitu Tanggal 2 agustus 1990, dibawah komando pemerintahan saddam hussein irak dengan 100.000 tentaranya menyerang kuwait yang saat itu hanya memiliki tentara 20.000 dapat dengan mudah dikuasai tanpa perlawanan yang kuat. Penguasa kuwait Ahmad El Sabah terpaksa melarikan dirinya ke Arab Saudi untuk meminta pertolongan.Invasi tersebut benar benar di tentang oleh dunia internasional, terbukti dalam konferensi di Cairo, Liga Arab mengeluarkan pernyataan bahwa Irak harus segera menarik mundur pasukannya dari Kuwait. Pada tanggal 8 Agustus 1990, AS, Inggris, Perancis, Australia dan negara Liga Arab pun melakukan Operasi Perisai Gurun (Desert Shield Operation). Namun operasi ini belum sampai menyerang irak yang berada di daerah kuwait, dan operasi ini pun diganti menjadi Operasi Badai Gurun (Desert Storm Operation) dibawah jendral Norman Schwarzkopf (AS). Operasi ini membuat Irak dibombardir oleh pesawat-pesawat pasukan koalisi. Dalam perang tersebut terjadi unjuk persenjataan. Pihak koalisi menjatuhkan rudal Patriot untuk menangkal rudal-rudal Scud milik Irak. Rudal juga ditembakkan ke ibu kota Israel, Tel Aviv, karena Irak mencurigai Israel terlibat dalam serangan kenegaraannya.
Perang Teluk II yang terjadi antara irak dan kuwait membawa beberapa dampak negatif yaitu Ladang-ladang minyak Kuwait rusak berat karena dibakar oleh Irak dan Negara dan perekonomian Irak rusak berat karena gempuran tentara multinasional dan blokade ekonomi serta embargo yang diterapkan PBB serta Peranan Amerika Serikat semakin kuat di Timur Tengah.Kekuatan Israel semakin tidak ada tandingannya.Timbulnya semangat anti-Amerika.Perpecahan negara-negara Arab.Irak membayar ganti rugi.Irak harus mengizinkan tim inspeksi nuklir PBB memeriksa nuklir Irak dan juga Irak kena embargo ekonomi.
B.   Saran
Kami selaku penulis mengharapakan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan kata dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun akan menjadikan kami lebih baik ke depannya dalam penulisan makalah.harapan kami dengan ditulisnya makalah ini bisa berguna bagi kita semua untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dibidang sejarah asia barat baru.kurang dan lebihnya tentang makalah ini kami selaku penulis meminta maaf yang sebesar besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal, Ahmad. (2010). Perang Perang Paling Berpengaruh di Dunia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher
Isawati. (2012). Sejarah Timur Tengah I (Sejarah Asia Barat) Dari Peradaban Kuno Sampai Krisis Teluk I. Yogyakarta: Ombak
Cahyo, Agus. (2012). Perang Perang Paling Fenomenal. Jogjakarta: Buku Biru
Badrika, Wayan. 2006. Buku Cetak Sejarah untuk SMA Kelas XII Program Ilmu Sosial. Erlangga
Kirdi Dipoyudo. (1977). Timur Tengah Dalam Pergolakan. Jakarta : Centre For Strategic And International Studies
Rita, Widyana. Perang Teluk( Irak-Iran ).Angkatan 1999. Sejarah FKIP UNS Surakarta.
Daliman. (1933). Sejarah Asia Barat Daya. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Surakarta: Universitas sebelas Maret

Riza Shihbudi. (1991). Islam, Dunia Arab, Iran : Bara Timur Tengah. Jakarta : Mizan

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Mampir bentar dong..
    biar kemampuan tipografimu lebih berkembang
    https://upgrisemelekete.blogspot.co.id

    BalasHapus