BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keberagaman
negara diseluruh dunia ini memang juga mempunyai tradisi dan watak
tersendiri-tersendiri. Adanya beberapa faktor mendasar yang sudah berlangsung
sejak lama dan menyangkut kepercayaan serta menyangkut kemakmuran hidup
bersama, ternyata sangat mudah menimbulkan konflik (peperangan).Hal-hal yang
menyangkut terkait ideologi bangsa, suku, keyakinan, sangat mudah sekali
mengobarkan adanya perselisihan dan
permusuhan dan kemudian menjadi perang. Hal inilah yang terjadi pada Iran dan
Irak yang saling berperang memperebutkan hak-nya yang sudah diklaim
masing-masing. Mereka mempunyai dasar sendiri-sendiri yang dijadikan alat untuk
membela dirinya supaya menjadi miliknya.
Kawasan
Timur Tengah memang terkenal dengan sumber daya alamnya terutama hasil minyaknya
yang mampu menyuplay keseluruh penjuru dunia. Iran sebagai salah satu negara
yang kaya akan minyak, hal tersebut tidak lantas membuat Iran kaya dan tentram
seperti yang diharapkan. Karena kita ketahui bahwa negara-negara lain yang
butuh akan kekayaan minyak tersebut sudah siap untuk merebutnya. Irak adalah
negara tetangga terdekatnya yang memiliki perbatasan dengan Iran. Di perbatasan
itulah yang menjadi sengketa dan menyulutkan perselisihan. Irak mengeklaim
bahwa wilayah itu merupakan miliknya akan tetapi Iran juga tidak mau kalah dan
menanggap bahwa itu juga wilayahnya.
Jika
sudah begitu maka akan sangat sulit sekali untuk menengahinya. Dengan berbagai
faktor baik intern maupun ekstern maka jelas perang antara negara tetangga ini
tak mampu dielakkan lagi. Negara yang berdampingan yang seharusnya damai justru
harus berperang dan mengakibatkan jatuhya korban yang tidak sedikit.
Konflik
antar negara yang sampai sekarang masih terus berlanjut terjadi di Kawasan
Timur Tengah, menjadikan bahan yang menarik untuk terus diulas dan dipelajari
lebih mendalam. Terutama salah satu aktor negara yang sangat mencolok dengan
konfliknya yaitu Irak. Irak terlibat perang dengan Iran negara tetangganya.
Samapi sekarang konflik-konflik di negara-negara tersebut masih terus ada, hal
tersebut disebabkan adanya faktor-faktor tertentu yang sangat mendasar di
tambah lagi faktor-faktor pendukung lainnya. Kekurang pahaman terkait peran
Irak-Iran ini tentunya membuat kita sebagai umat manusia yang sama tinggal di
planet ciptaan Tuhan ini harus saling tahu dan memperhatikan bahkan ikut andil
menjaga kerukunan antar negara. Karena pada dasarnya setiap peperangan pasti
akan mempunyai dampak tidak hanya positif tetapi cenderung negatif terutama
bagi pihak yang kalah.
Perang
merupakan pengalaman tersulit dalam kehidupan yang selalu membawa berbagai
macam masalah baik secara individu, sosial dan bahkan global. Ketika sebuah
bangsa melalui masa-masa perang, fakta dan berbagai peluang yang terkandung di
dalamnya jika kemudian hari kita pikirkan kembali, mungkin tidak dapat
terbayangkan besarnya. Banyak orang yang menolak perang dan menghindarinya
serta sedikit sekali orang yang menerima atau menyukainya. Orang-orang yang
pernah berperang di medan pertempuran dan bangsa-bangsa yang telah merasakan
pahitnya perang, mengetahui dengan baik apa saja yang terjadi dan masalah apa
yang dihadapi satu generasi dan setelahnya.
B.
Rumusan
Masalah
Jadi
berdasarkan latar belakang yang tertulis di atas maka rumusan masalah yang akan
kita bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah
penyebab sehingga terjadinya perang Teluk I ?
2. Bagaimanakah
proses terjadinya Perang Teluk I ?
3. Bagaimanakah
dampak dari terjadinya Perang Teluk I ?
4. Apakah
penyebab sehingga terjadinya perang Teluk II ?
5. Bagaimanakah
proses terjadinya Perang Teluk II ?
6. Bagaimanakah
dampak dari terjadinya Perang Teluk II ?
C.
Tujuan
Jadi
setelah membaca apa yang telah menjadi rumusan masalah di atas, makalah ini
bertujuan :
1. Untuk
mengetahui apakah penyebab sehingga terjadinya
perang Teluk I.
2. Untuk
mengetahui bagaimanakah proses terjadinya Perang Teluk I.
3. Untuk
mengetahui bagaimanakah dampak terjadinya Perang Teluk I.
4. Untuk
mengetahui apakah penyebab sehingga
terjadinya perang Teluk II.
5. Untuk
mengetahui bagaimanakah proses terjadinya Perang Teluk II.
6. Untuk
mengetahui bagaimanakah dampak terjadinya Perang Teluk II.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penyebab
terjadinya perang Teluk I
Ketegangan
hubungan irak iran mulai meningkat ketika irak pada tahun 1975 melanggar
perjanjian perbatasan dengan iran.pejabat irak mengatakan bahwa iran menyerang
instalasi ekonomi irak di sungai Shatt al-Arab.laporan lain mengarakan iran
menembak cadangan minyak irak diwilayah Basra, selatan irak dan membakarnya.
Bagian
selatan sungai Shatt al-Arab ini merupakan perbatasan kedua negara, menuju
teluk dan menjadi jalur passokan utama minyak menuju barat.perbatasan ini pun
tak awal menjadi pemicu peperangan.dasamping juga ada kekhawatiran pemimpin
irak no 1 yaitu Saddam Hussein atass perlawanan syiah yang dibawa imam Khomeini
dalam revousi iran.
Perang
terbuka akhirnya meletus pada tanggal 22 september 1980.sebelumnya selama tiga
minggu telah terjadi pertempuran diperbatasan kedua negara.irak mengebom
pesawat pesawat iran dan pangkalan logistik iran termasuk bandara internasional
Terheran.
Adapun
berbagai penyebab terjadinya perang antara Irak dan Iran antara lain, adalah:
1. Sengketa
antara Irak dan Iran sebenarnya masih terkait dengan sejarah kedua belah negara
yang tak pernah akur.
Berlarut-larutnya
permusuhan yang terjadi antara kerajaan Mesopotamia (terletak di lembah sungai
Tigris-Eufrat, yang kini menjadi sebuah negara Irak modern) dengan kerajaan
Persia atau negara Iran modern. Yang pertama ialah persaingan dsn ketegangan
Bangsa Arab dan Bangsa Parsi, yang satu tidak dapat menerima keunggulan atau
dominasi yang lain. yang kedua ialah masalah minoritas etnis. Pada zaman shah
Iran mendukung perjuangan otonomi suku Kurdi di Irak, sedangkan Irak mendukung
minoritas etnis Arab di Iran yang memperjuangkan kebebasan yang lebih besar
atau pemisah, dan yang ketigaialah perbedaan orientasi politik luar negeri.
Sampai beberapa waktu yang lalu Irak adalah Pro Uni Soviet, dan Iran adalah Pro
Barat.
2. Persengketaan
wilayah yang dianggap penting oleh Irak dan Iran
Pertama,
persengketaan Sungai Shatt Al Arab, sungai tersebut berperan penting bagi Irak
karena merupakan satu-satunya jalan keluar negara tersebut ke laut. Karena
letaknya yang berada di perbatasan dan posisi strategisnya yang mengarah ke
Teluk Persia, sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak dan Iran. Sebelum
perang antara kedua negara meletus, pada tahun 1975 sempat meredakan ketegangan
antara kedua belah pihak karena berkat perjanjian Algiers.
Kedua
adalah Provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini menjadi
wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di
tanah Irak dan wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh
Inggris. Dengan begitu maka mereka saling meng-klaim sebagai wilayah mereka
masing-masing.
3. Munculnya
Revolusi Islam oleh Iran
Pada
masa pemerintahan Khomeini yang berambisi dan juga berusaha mengekspor revolusi
islamnya kenegara-negara lain dan Irak menjadi sasaran yang pertama karena di
Irak minorotas Sunni menguasai dan menindas mayoritas Syiah dan minoritas Kurdi
yang secara etnik linguistic dekat dengan bangsa Persi. Selain itu Khoeini
menaruh dendam terhadap rezim di Bagdad yang pada tahun 1978 mengusirnya dari
Irak karena dia berkampanye melawan pemerintah Shah. Sehubungan dengan itu
pemerintah Iran menghasut umat Syiah dan Suku Kurdi di Irak untuk memberontak
dan merebut kekuasaan serta membentuk suatu republic Islam menurut pola
Republik Islam Iran. Dilain pihak Bagdad menghasut minoritas Kurdi di Irak
untuk mendukung minoritas Arab dalam memperjuangkan otonominya, dan membantu
sejumlah jendral Iran dan pengikut-pengikutnya Bakhtiar di pengasingan untuk
menyusun kekuatan guna menumbangkan kekuasaan Khomeini.
Irak
di bawah kendali Saddam Hussein dan
Partai Baath memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan dominan di wilayah
Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A.
Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran tersebut dianggap sebagai
penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain
untuk mencegah menyebarnya revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil
keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam
untuk merebut wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa dengan Iran dan
menambah sumber minyak Irak.
Dengan
kekhawatiran-kekhawatiran tersebut maka tak heran jika muncul tindakan-tindakan
yang membawa ketegangan dan menimbulkan peperangan pada puncaknya.
4. Percobaan
pembunuhan terhadap pejabat Irak
Pertengahan
tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana menteri Irak,
Tariq Aziz. Irak segera bertindak dengan menangkap sejumlah orang yang diduga
terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut dan
mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar dari Irak. Pemimpin
Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil menyebut ada agen Iran yang
terlibat dalam peristiwa tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor
pendorong meletusnya perang Irak-Iran.
5. Penyebab
khusus terjadinya Perang Teluk I antara lain:
1) Adanya
serangan granat pada tanggal 1 April 1980 terhadap wakil Perdana Menteri Irak
Tariq Aziz yang diduga bertanggung jawab atas aksi-aksi survesi terhadap Iran.
2) Adanya
pengusiran ribuan keturunan Iran oleh Saddam, serta melancarkan serangan yang
sengit terhadap pribadi Khomeini dan membatalkan perjanjian Algiers. Sedangkan
Menlu Iran Shodeh Godzadeh berjanji untuk menumbangkan rezim Baath yang
berkuasa di Irak serta memutuskan hubungan diplomatic.
3) Kedua
negara saling menempatkan pasukan masing – masing di daerah perbatasan dalam
jumlah yang cukup besar.
4) Terjadinya
perang pers dan media masa antar kedua belah negara.
5) Pada
17 September 1980, presiden Saddam Hussein secara sepihak membatalkan Perjanjian
Algiers tahun 1975 karena pada waktu itu Saddam Hussein merasa bahwa Perjanjian
Algiers tidak adil untuk Irak, pada saat pembuatan perjanjian itu kedua belah
negara tidak dalam posisi yang seimbang dimana Irak pada waktu itu sebagai
negara yang kalah dengan Iran. kemudian Iran melihatnya sebagai pernyataan
perang pada 20 September 1980.
Menurut
para pengamat ada dua faktor yang menyebabkan invansi yang dilakukan Saddam ke
Iran, pertama, adanya kekhawatiran dikalangan penguasa negara Arab terhadap
kemungkinan menularnya revolusi Khoehenni kenegara-negara Arab. Dan yang kedua,
ambisi Saddam Hussein untuk bisa tampil sebagai pemimpin Arab.
B.
Proses
terjadinya Perang Teluk 1
Perang
Teluk I tersebut berlangsung selama hampir 8 tahun. Setidaknya ada tiga hal
yang penting yang dapat ditarik dari perang antara Irak dan Iran yang terjadi
pada tahun 1980-1988. Pertama, tidak ada pihak yang menjadi pemenang secara
mutlak dalam perang Irak-Iran. Baik pihak Iran maupun Iran sama-sama menderita
kerugian yang besar. Dapat dikatakan bahwa dalam perang Teluk I, Irak mendapat
separuh kemenangan, sedangkan Irak menderita setengah kealahan. Kedua, prediksi
Irak dalam perang Teluk I sangat meleset. Perang yang diperkirakan hanya
berlangsung singkat ternyata berlarut-larut sampai 8 tahun. Iran yang semula
diremehkan dan dalam waktu singkat dapat segera ditakhlukan, ternyata melakukan
perlawanan yang sengit, sehingga Iran yang semula berada di pihak defensiff
kemudian menjadi ofensib. Ketiga, akibat perang teluk I ternyata membuat dampak
yang luar biasa, terutama bagi Irak, terutama untuk biaya dan ganti rugi
perang. Dampak perang teluk bagi Irak tersebut kemudian memicu dan menjadi
salah satu faktor terjadinya perang teluk II antara Irak dan Kuwait.
Perang
ini terbagi dalam beberapa alur atau periode tahun, dimana setiap periode
tersebut mempunyai makna sendiri bagi masing-masing negara karena menjadi ajang
balas dendam atas serangan-serangan yang saling dilancarkan. Adapun babak-babak
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahun
1980-1982 : Penyerbuan Oleh Irak
Ada
2 sasaran Irak dalam serangannya ke Iran : menguasai wilayah-wilayah strategis
serta kaya minyak di Iran & mencegah tersebarnya revolusi Islam ke
negara-negara sekitarnya. Dalam serangannya, Irak menginginkan kemenangan
cepat atas Iran dengan memanfaatkan
situasi internal Iran yang masih belum stabil pasca revolusi Islam. Irak juga
berharap kalau masyarakat di Iran akan
menyalahkan pemerintahan baru negaranya sehingga sebagian dari mereka terutama
dari golongan Arab Sunni - kemudian akan
membelot kepada Irak.
Tanggal
22 September 1980, jet-jet tempur Irak menyerang 10 pangkalan udara milik Iran
dengan tujuan menghancurkan pesawat
tempur Iran di darat, taktik yang dipelajari dari kemenangan Israel atas
Arab dalam Perang 6 Hari. Serangan dari pasukan udara Irak berhasil
menghancurkan gudang amunisi & jalur transportasi darat, namun sebagian
besar pesawat Iran tetap utuh karena
terlindung dalam hanggar yang terlindungi secara khusus. Kegagalan Irak
menghancurkan pesawat-pesawat tempur
Iran dalam serangan kejutan tersebut
memberi peluang bagi Iran untuk melancarkan serangan udara balasan ke
Irak.
Sehari
kemudian, Irak melakukan serangan darat
ke wilayah Iran dari 3 front
sekaligus. Inti dari serangan tersebut
adalah untuk menguasai Khuzestan & Shat t al-Arab di mana 4 dari 6 divisi pasukan Irak
dalam penyerbuan dikirim untuk menguasai kedua wilayah tersebut. Sisanya
dipecah jadi 2 untuk menguasai front utara (Qasr-e Shirin) & f ront tengah (Mehran) untuk mengantisipasi serangan
balik yang mungkin dilakukan oleh Iran. Hasilnya, usai serangan mendadak itu
Irak berhasil menguasai wilayah Iran seluas 1.000 km persegi.
Bulan
November 1980, pasukan Irak melancarkan serangan ke 2 kota penting yang
strategis di Iran selatan, Shabadan & Khorramshahr. Dalam penyerbuannya
itu, pasukan Irak mendapat perlawanan
sengit dari pasukan Pasdaran (Garda Revolusi) Iran. Kedua kota tersebut
akhirnya berhasil dikuasai Irak pada tanggal 10 November 1980. Tercatat belasan ribu pasukan dari kedua kubu terbunuh
dalam pertempuran di kedua kota tersebut. Keberhasilan Irak menguasai kedua
kota tersebut sekaligus menjadi
keberhasilan terakhir Irak mencaplok wilayah mayor dari Iran.
Iran
yang tertekan sempat berusaha melakukan
serangan balasan kepada Irak pada awal tahun 1981, namun gagal karena presiden
Iran, Bani Sadr, nekat memimpin langsung
pasukan reguler Iran sekalipun dia hanya memiliki pengetahuan militer yang
minim. Ia mengirimkan 3 resimen pasukan reguler tanpa didukung oleh Pasdaran
& tidak memperhitungkan waktu serangan di saat hujan yang bakal menyulitkan
suplai logistik. Akibatnya, pasukan Iran dikepung pasukan Irak & banyak
dari kendaraan lapis baja Iran yang hancur atau perlu ditinggalkan karena
terjebak dalam lumpur.
Serangan
balasan Iran yang jauh lebih efektif
sebenarnya sudah dilakukan beberapa hari sejak Irak pertama kali
membombardir pangkalan udara milik Iran. Pesawat-pesawat F-4 milik Iran melakukan serangan ke wilayah
Irak & secara efektif berhasil
melumpuhkan sejumlah titik penting di sana. Keberhasilan tersebut membuat pasukan udara Iran terlihat lebih superior dibandingkan pasukan udara
Irak. Namun, kurangnya amunisi & suku cadang yang hanya bisa didapatkan
dari AS negara sekutu Iran yang berbalik
memusuhi Iran pasca revolusi Islam
membuat Iran seiring waktu jadi
lebih banyak memakai helikopter yang dipasangi persenjataan darat sebagai pendukung pasukan dari udara.
2. Tahun
1982 : Titik Balik & Mundurnya Irak
Pasukan
Irak dalam serangan kilatnya berhasil memanfaatkan momentum lemahnya koordinasi
pasukan Iran & problem alutsista milik Iran sehingga para pengamat yakin
bahwa perang akan segera berakhir dengan kemenangan Irak hanya dalam waktu
beberapa minggu. Plus, Irak memang berhasil menguasai wilayah-wilayah strategis
Iran dalam serangannya itu. Namun, Iran enggan menyerah begitu saja & dalam
perkembangannya berhasil memukul balik Irak.
Problem
bagi Iran dalam perang adalah dari segi alutsista atau persenjataan, mereka
kalah superior dibanding Irak yang saat
itu memang merupakan salah satu negara dengan kekuatan militer terbaik
di Timur Tengah selain Israel. Untuk mengantisipasinya, sejak perang meletus
Iran merekrut ratusan ribu milisi sukarela yang disebut Basij (Tentara Rakyat).
Basij tidak memiliki pengalaman militer & persenjataan yang memadai, namun
mereka memiliki keyakinan sangat tinggi akan agamanya & tidak segan-segan
melakukan tindakan berani mati semisal menerobos ladang ranjau atau area yang
dihujani tembakan artileri musuh saat
diperintahkan.
Pasukan
Irak di wilayah Iran dalam perkembangannya tidak bisa bergerak lebih jauh lagi
sejak bulan Maret 1981 setelah pasukan mereka dikalahkan oleh milisi Basij yang
jumlahnya mencapai ribuan di Sungai Kanun. Sejak itu, Irak lebih banyak
melakukan taktik defensif untuk
mempertahankan wilayah taklukan mereka & hanya terjadi sedikit pergeseran di garis depan. Faktor utamanya
adalah kesalahan prediksi di mana Irak memperkirakan warga Arab Sunni di Iran
bakal membantu mereka. Namun faktanya, mereka bersama rakyat Iran lainnya
justru bersatu dan bahu-membahu melawan Irak.
Titik
balik bagi Iran terjadi pada bulan Maret
1982 dalam operasi militernya di bawah kode sandi "Operasi
Kemenangan yang Tak Dapat
Disangkal" (Operation Undeniable Victory). Dalam operasi militer
tersebut , pasukan gabungan Pasdaran-Basij milik Iran berhasil menembus garis
depan pasukan Irak yang sebelumnya dianggap tidak bisa ditembus & memecah
pasukan Irak di utara & selatan Khuzestan sehingga pasukan Irak terpaksa
mundur.
Bulan
Mei 1982, Iran berhasil merebut kembali
wilayah Khorramshahr. Dalam pertempuran memperebutkan wilayah tersebut , Irak
kehilangan 7.000 tentara, sementara Iran 10.000 sehingga menjadikan pertempuran
itu sebagai salah satu pertempuran paling berdarah dalam inisiatif serangan balik Iran. Sejak kemenangan
tersebut , Iran berganti menjadi pihak yang menekan Irak dan pada bulan Juni
berhasil mendapatkan kembali seluruh wilayahnya yang sebelumnya dikuasai oleh
Irak.
Saddan
Hussein yang melihat bahwa moral
pasukannya sudah terlanjur runtuh akibat
serangkaian kekalahan melawan Iran pun menyatakan akan segera menarik
seluruh pasukannya dari Iran & menawarkan gencatan senjata kepada Iran.
Tawaran gencatan senjata itu mencakup pembayaran ganti rugi perang sebesar 70
juta dollar AS oleh negara-negara Arab. Iran menolak tawaran gencatan senjata
tersebut sambil menyatakan bahwa mereka
akan menyerbu Irak & tidak akan berhenti sampai rezim yang berkuasa di Irak
digantikan oleh pemerintahan republik Islam.
3. Tahun
1982-1988 : Penyerbuan Oleh Iran
Bulan
Juli 1982, Iran melancarkan serangannya ke kota Basra, Irak, di bawah kode
sandi "Operasi Ramadhan". Dalam serangan tersebut, puluhan ribu
anggota Basij & Pasdaran mengorbankan diri mereka dengan berlari melewati
ladang ranjau untuk memberi jalan bagi tank-tank di belakangnya di mana selain
menghadapi bahaya ranjau, mereka juga dihujani tembakan artileri pasukan Irak.
Irak berhasil mencegah Iran merengsek lebih jauh berkat ketangguhan
persenjataannya di garis pertahanan, namun Irak juga harus kehilangan sejumlah
kecil wilayah karena dikuasai Iran.
Keberhasilan
Iran memukul balik Irak & berbalik menjadi negara penyerbu membawa kekhawat
iran tersendiri bagi AS yang kemudian memutuskan untuk membantu Irak sejak
tahun 1982. Presiden AS, Ronald Reagan, menyatakan bahwa negaranya akan
berusaha membantu dengan cara apapun untuk mencegah Irak kalah. Selain dari AS,
dukungan untuk Irak juga datang dari Uni Soviet
& Liga Arab. Di lain pihak, Iran sendiri selama perang hanya
mendapat dukungan secara terbuka dari Suriah & Libya.
Karena
keberpihakan terang-terangan AS ke Irak, maka cukup mengejutkan ketika AS
diketahui juga membantu Iran dengan jalan menjual persenjataan ke Iran secara
diam-diam (dikenal sebagai skandal Iran-Contra). Henry Kissinger, salah satu
tokoh penting Gedung Putih, menyatakan
bahwa AS merasa baik Irak & Iran sama-sama tidak boleh kalah untuk mencegah
dominasi dari pihak pemenang di kawasan tersebut. Israel juga dikabarkan
menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam kendati kedua negara tidak lagi
menjalin hubungan diplomatik pasca Revolusi Islam di Iran, namun Iran sendiri
hingga sekarang selalu membantah kabar tersebut.
Kembali
ke medan perang, Iran berpikir bahwa Irak bisa direbut dengan melacarkan serangan besar-besaran dari
berbagai front. Maka pada tahun 1983, Iran melakukan 3 penyerbuan besar yang
disusul 2 penyerbuan lainnya dengan mengerahkan ratusan ribu personil
tentaranya. Iran sempat berhasil
menembus garis pertahanan Irak, namun Irak berhasil memukul balik Iran dengan
melakukan serangan udara mendadak secara besar-besaran. Hingga akhir tahun
1983, tercatat 120.000 personil Iran
& 60.000 personil Irak tewas dalam peperangan.
Irak
berusaha memaksa Iran menghentikan perang & menuju meja perundingan dengan
berbagai cara. Di awal tahun 1984, Irak membeli sejumlah alutsista baru dari
Uni Soviet & Prancis. Tak lama
kemudian, Irak melakukan serangan udara ke sejumlah kota dengan persenjataan
barunya itu. Irak berharap Iran merasa tertekan & kemudian menerima tawaran
dari Irak untuk berunding di tempat
netral, namun nyatanya Iran tetap menolak tawaran berunding dari Irak.
Iran
yang kehilangan begitu banyak personilnya akibat sejumlah penyerbuan yang gagal sebelumnya
belum mengendurkan serangan. Bulan Februari 1984, Iran menggelar "Operasi
Fajar" (Operation Dawn) yang ditargetkan ke kota Kut al-Amara dengan tujuan memotong jalur
perairan yang menghubungkan Baghdad & Basra. Dalam operasi militer itu,
Iran mengerahkan 500.000 personil Basij & Pasdaran.
Pertempuran
dalam Operasi Fajar sekaligus menjadi seperti head-to-head kekuatan militer
yang dominan di masing-masing negara. Iran unggul jumlah tentara tapi
kekurangan alutsista pendukung macam pasukan udara & artileri sehingga Iran
banyak menjalankan taktik mengerubungi pertahanan musuh dengan tentara (human
wave attack), sementara Irak kalah jauh dalam hal jumlah tentara tapi unggul
dalam hal alutsista. Periode antara tanggal 29 Februari hingga 1 Maret merupakan salah satu episode pertempuran
terbesar dalam Perang Irak-Iran di mana dalam pertempuran itu, masing-masing
pihak kehilangan 20.000 tentaranya.
Iran
kembali melancarkan agresi militer antara akhir Februari hingga Maret 1984 di bawah kode sandi "Operasi
Khaibar" dengan memakai sejumlah serangan pendobrak ke Kota Basra. Agresi
militer tersebut berujung keberhasilan pasukan Iran merebut Pulau Majnun yang kaya minyak. Irak
sempat melancarkan serangan balik untuk
merebut wilayah tersebut , termasuk
dengan memakai senjata kimia. Namun pasukan Iran tetap berhasil mempertahankan
pulau tersebut hingga menjelang akhir
perang.
Walaupun
berada pada posisi tertekan, pada tahun 1985 Irak masih sempat melakukan penyerbuan balik ke Iran dengan
menyerang Tehran & kota-kota pent ing lainnya di Iran usai mendapatkan
bantuan finansial dari negara-negara Arab sekutunya & bantuan alutsista
terbaru dari Uni Soviet, Cina, & Perancis. Serangan Irak tersebut tidak
membawa perubahan yang signifikan dalam alur peperangan karena sekalipun
wilayahnya diserang, di tahun yang sama Iran tetap melakukan penyerbuan ke
wilayah Irak di bawah kode sandi "Operasi Badar".
4. Tahun
1984-1988 : Perang Taker
Tahun
1984, Irak yang baru mendapat bantuan
pesawat tempur Super Etentard terbaru
dari Perancis melakukan operasi militer di laut
mulai dari muara Shat t’ el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr.
Target dari operasi militer
tersebut adalah semua kapal yang bukan
berbendera Irak di wilayah operasi militer, baik itu kapal berbendera Iran
maupun kapal netral yang dari atau menuju Tehran. Tujuannya adalah untuk
memblokade ekpsor minyak Iran & mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau
berunding dengan Irak. Kebijakan militer Irak tersebut lalu mengawali babak baru dalam perang yang
dikenal sebagai "perang tanker".
Jika
ditelusuri, sebenarnya perang tanker sudah dimulai sejak tahun 1981 di mana
pasukan laut Irak saat itu menargetkan titik- titik penting milik
Iran di laut seperti pelabuhan & kilang minyak. Dalam operasi militernya di
laut tersebut, Irak lebih banyak memakai
angkatan udaranya untuk melakukan serangan. "Perang tanker fase I"
tersebut berlangsung selama 2 tahun
setelah baik Irak maupun Iran kekurangan armada kapal untuk meneruskan operasi
militernya. Baru pada tahun 1984, Irak memutuskan untuk kembali melakukan
operasi militer di laut sekaligus
mengawali babak baru "perang tanker fase II"
Perang
tanker fase II dimulai ketika Irak menyerang kapal berbendera Yunani di sebelah
selatan Kepulauan Khark pada bulan Maret
1984. Iran lantas membalasnya dengan menyerang kapal-kapal berbendera
Kuwait di dekat Bahrain & Arab Saudi di perairan Arab Saudi sendiri.
Serangan tersebut sekaligus menjadi peringatan dari Iran bahwa jika Irak tetap
nekat melanjutkan perang tanker, tak akan ada kapal milik negara Teluk yang
bakal selamat. Suatu ancaman yang dampaknya tidak ringan karena berpotensi
melumpuhkan aktivitas pengangkutan minyak mentah di kawasan tersebut.
Upaya
Irak untuk memblokade jalur transportasi minyak Iran gagal melumpuhkan ekonomi
Iran karena ketika Irak memblokade kawasan teluk, Iran hanya memindahkan
pelabuhannya ke Kepulauan Larak di dekat
Selat Hormuz sehingga aktivitas
ekspor minyaknya relatif tidak
terganggu. Di lain pihak, justru Irak yang perekonomiannya terancam setelah
Suriah, sekutu Iran saat itu memblokade pipa minyak Irak ke Mediterania sejak
tahun 1982. Sebagai antisipasinya, Irak pun mengalihkan aktivitas ekspor
minyaknya lewat Kuwait dan jalur pipa minyak baru dibangun melewati Laut Merah serta Turki.
5. Tahun
1987-1988 : Ikut Campurnya Amerika Serikat (AS)
Situasi
perang tanker yang semakin membabi buta karena ikut menargetkan kapal-kapal tanker dari
negara-negara yang netral membuat
Kuwait meminta bantuan pihak
internasional pada tahun 1986. Uni Soviet adalah negara pertama yang merespon
dengan mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk mengawal kapal tanker Kuwait.
Kebijakan Uni Soviet lalu diikuti oleh
AS pada tahun 1987 yang sebenarnya sudah didekati Kuwait lebih dulu.
Ikut
campurnya AS dalam Perang Irak- Iran sebenarnya disebabkan karena kapal
perangnya, USS Stark, tertembak oleh pesawat
tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Irak meminta maaf kepada AS sambil mengatakan bahwa itu adalah
kecelakaan. Ironisnya, AS justru malah menyalahkan Iran dengan alasan Iranlah
yang menyebabkan peperangan semakin berkobar & kemudian diikuti dengan
tindakan AS untuk mengirim armada lautnya untuk mengawal kapal-kapal tanker
milik Kuwait yang mengibarkan bendera AS.
Tujuan
utama AS dalam penerjunan armada lautnya di sekitar Teluk adalah untuk
mengisolasi Iran & menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana. AS baru
melancarkan serangan langsung ke Iran dengan menghancurkan kilang minyak Iran
di ladang minyak Rostam setelah pasukan Iran menenggelamkan kapal tanker
Kuwait berbendera AS, Sea Isle City.
Setahun kemudian, tepatnya bulan April 1988, AS kembali menyerang kilang minyak
& kapal-kapal perang Iran setelah kapal perangnya, USS Samuel B. Roberts,
tenggelam akibat ranjau laut Iran.
Tanggal
3 Juli 1988, kapal perang AS, USS Vincennes, menembak jatuh pesawat sipil Iran
sehingga seluruh penumpang & awak pesawatnya tewas. AS berdalih kalau
pasukannya salah mengira bahwa pesawat sipil tersebut adalah pesawat tempur
Iran karena tidak mengidentifikasikan dirinya ke kapal perang sebagai pesawat
sipil. Namun, klaim AS tersebut dibantah
oleh Iran dan sumber independen lainnya seperti bandara Dubai yang menyatakan
kalau pesawat tersebut sudah mengidentifikasikan dirinya ke kapal AS sebagai
pesawat sipil melalui radio.
6. Tahun
1988 : Gencatan Senjata dan Pasca Perang
Antara
bulan April hingga bulan Agustus 1988, arah pertempuran mulai kembali
menguntungkan Irak setelah Irak berhasil meraih beberapa kemenangan penting
atas Iran. Dalam pertempuran pada kurun waktu tersebut, Irak juga berhasil
merebut sejumlah besar alutsista milik Iran & menguasai kembali Semenanjung
Al-Faw serta Kepulauan Majnun yang kaya minyak. Iran yang mulai terdesak
akhirnya mau menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 sehingga Perang Irak-
Iran yang sudah berlangsung selama 8 tahun pun berakhir pada tanggal 20 Agustus
1988.
Perang
Iran- Irak membawa kerugian besar bagi kedua belah pihak, baik dari segi
material dan korban jiwa. Jumlah kerugian material bagi masing-masing negara
diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS. Sebagai akibatnya, pembangunan
ekonomi menjadi terhambat dan ekspor minyak kedua negara terganggu. Jumlah
kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang selama perang memangaktif
mencari pinjaman uang untuk menambah alutsista.
Tidak
diketahui secara pasti berapa jumlah korban tewas dalam Perang Irak-Iran.
Beberapa sumber memperkirakan bahwa jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai
200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari
taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan
langsung dengan moncong senjata musuh. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian
akibat luka parah dan penyakit, termasuk
akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang.
Selain
kerugian material dan korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca perang.
Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum
perang dan batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah
perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara dengan
batasnya adalah titik terdalam pada perairan. Pasca perang, kedua negara juga
melakukan perbaikan hubungan bilateral.
C.
Dampak
Konflik Teluk 1
a. Dampak
Negatif yang Ditimbulkan :
1. Dalam
Bidang Ekonomi :
1) Perekonomian
Irak mengalami kehancuran serta terkena blokade ekonomi dan sanksi dari PBB
2) Kerugian
besar bagi kedua belah pihak, dari segi material jumlah kerugian material bagi
masing-masing negara diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS.
3) Jumlah
kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang selama perang memang aktif
mencari pinjaman uang untuk menambah persenjataan.
4) Pembangunan
ekonomi di kedua negara menjadi terhambat dan ekspor minyak kedua negara
terganggu.
5) Produksi
minyak yang menurun drastis mempenagruhi perekonomian dunia, khususnya bagi
industri-indstri di dunia Barat dan Jepang.
6) Ladang
minyak dari kedua negara mengalami kerusakan, untuk Irak di daerah Kirkuk,
Basra dan Fao, sedangkan untuk Iran mengalami kerusakan di pulau Kharg dan
Abadan.
2. Dalam
Bidang Sosial :
1) Jumlah
korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih,
sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran
yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan langsung dengan
moncong senjata musuh. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal
kemudian akibat luka parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata
kimia Irak yang berdampak jangka panjang.
2) Perpecahan
di negara Arab menimbulkan rasa tidak nyaman dan suasana kehidupan sehari-hari
yang tegang dan tercekang yang disebabkan adanya perperangan.
3) Irak
yang menuduh Iran terlibat dalam percobaan pembunuhan terhadap Deputi Perdana
Menteri Irak sehingga langsung mendeportasi ribuan warga Syi’ah berdarah Iran
keluar dari Irak.
3. Dampak
Bidang Politik :
1) Amerika
Serikat semakin kuat pengaruhnya di Timur Tengah.
2) Adanya
sikap anti USA dari pihak Irak (Amerika Serikat).
3) Proses
jalannya pemerintahan di kedua negara menjadi kurang efisien dan terhambat
karena adanya perang ini.
4. Dampak
Bidang Kemiliteran :
1) Banyak
korban peperangan ini tidak hanya dari non sipil namun juga dari kemiliteran di
kedua negara yang banyak tewas dan luka-luka serta cacat fisik dalam peperangan
ini.
2) Banyak
persenjataan dan alat-alat kemiliteran yang digunakan pada peperangan ini rusak
berat atau bahkan tidak dapat digunakan lagi.
b. Dampak
Positif yang Ditimbulkan :
1) Selain
kerugian materi dan korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca perang.
Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum
perang dan batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah
perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara
dengan batasnya adalah titik terdalam pada perairan.
2) Teknologi
persenjataan perang yang canggih di antara kedua negara yang meningkat pesat sehingga
berpengaruh positif bagi peningkatan persenjataan kemiliteran masing-masing
negara.
D.
Penyebab
terjadinya Perang Teluk II
Perang teluk II dimulai ketika Irak
melakukan Invasi ke Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990. Irak dengan strategi
gerak cepat langsung menguasai Kuwait. Invasi yang dilakukan Irak ke Kuwait ini
disababkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah terjadiya Perang Delapan Tahun
dengan Iran dalam Perang Irak – Iran. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta
bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB
menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990. Amerika Serikat mengirimkan
bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik
negara-negara Arab kecuali Syria, Libya dan Yordania serta Palestina. Kemudian
datang pula bantuan militer Eropa khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan
Jerman Barat), serta beberapa negara di kawasan Asia.
Selain itu Invasi Irak ke Kuwait ini
juga disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun
dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai
pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan
produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein
sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun
pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai
minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan
perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya
pemerintahan Usmaniyah Turki.
1. Sebab
umum terjadinya perang:
1) Ambisi
Saddam Husein untuk tampil sebagai orang yang dihormati di negara-negara Arab.
2) Kuwait
dituduh Irak mencuri minyak Irak di Padang Rumeila yang terletak di perbatasan
kedua negara (dipersengketakan)
3) Kuwait
menolak tuntutan Saddam untuk membayar ganti rugi dan memberikan daerah
Rumailah dan Pulau Bubiyan.
4) Irak
mengalami kerusakan infrastruktur ekonomi dan membengkaknya utang akibat Perang
Teluk 1.
5) Penguasa
Irak sering mengklaim Kuwait sebagai wilayah kekuasaannya, karena perbatasan
antara kedua negara tersebut tidak jelas.
2. Sebab
Khusus terjadinya perang:
1) Terjadinya
pelanggaran kuota minyak oleh Kuwait, Arab, dan Uni Emirat Arab sehingga
produksi melimpah, akibatnya harga minyak anjlok. Irak yang waktu itu sangat
mengandalkan pendapatan negara dari sektor minyak sangat terpukul dengan peristiwa
ini. Irak waktu itu sedang membangun negaranya yang rusak akibat perang dengan
Iran. Sumber dana diandalkan dari minyak karena irak merupakan negara penghasil
minyak yang diandalkan negara lain
2) Adanya
serangan Irak terhadap Kuwait tanggal 2 Agustus 1990 yang berhasil menduduki
wilayah Kuwait.
E.
Proses
Terjadinya perang Teluk II
Pada awalnya Saddam mengira jika AS
tidak akan menganggu agenda Irak tersebut mengacu pada dukungan sebelumnya pada
Perang Persia I, akan tetapi diluar dugaan, PBB dan AS menuntut Irak untuk
hengkang dari wilayah Kuwait. Presiden Mesir, Hosni Mubarak pun mencoba menjadi
penengah konflik antara Irak-Kuwait namun tidak berhasil. Ketika diplomasi
tidak menemukan hasil, hanya dalam kurun waktu satu minggu AS berhasil
membentuk pasukan koalisi berjumlah ribuan pasukan berpusat di Arab Saudi. 16
Januari 1991, tentara AS beserta koalisi dibawah otoritas PBB menyerang wilayah
Irak dan wilayah Kuwait yang diduduki Irak melalui serangan udara.
Irak menanggapi dengan meluncurkan rudal
Seud menuju pos-pos militer musuh, serta mengarahkan rudal kepada Israel dengan
tujuan Tel Aviv, dengan maksud memancing Israel untuk ikut masuk dalam perang.
Ini adalah taktik Saddam untuk membredel koalisi antara AS dan bangsa Arab.
Dengan asumsi apabila Israel menjawab pancingan tersebut dan menerjunkan
pasukan untuk ikut menggempur Irak, maka negara-negara Arab akan melepaskan
diri dari koalisi akibat perang Arab-Israel yang masih berlarut-larut, sehingga
kekuatan AS akan berkurang sebab hengkangnya bantuan bangsa Arab. Strategi ini
tidak berhasil karena AS menjamin Israel aman dari jangkauan rudal Irak. Israel
tidak menggubris pancingan Irak.
Pada masa ini untuk memojokkan Irak, isu
mengenai senjata biologis yang digunakan Irak untuk menyerang pasukan Iran
kembali digulirkan setelah tidak digubris sama sekali. Sebelumnya kantor berita
Iran, IRNA, menuduh bahwa Irak telah meluncurkan senjata kimia lainnya ke medan
tempur sebelah selatan, dan melukai 600 tentara Iran.
Senjata kimia itu adalah bis-(2-chlorethyl)-sulfide,
atau lebih dikenal dengan sebutan gas mustard dan etil N,
N-dimethylphosphoroamidocyanidate, gas saraf atau dikenal sebagai Tabun. Pada
saat itu Kementrian Luar Negeri AS dalam laporannya tanggal 5 Maret 1984
menyatakan, “Ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Irak menggunakan senjata
kimia yang mematikan.” Akan tetapi Rumsfeld yang berada di Baghdad tidak
membicarakan masalah tersebut meskipun ada laporan dari Kementrian Luar Negeri
AS. Sebaliknya, harian The New York Times pada edisi 29 Maret 1984 dari Baghdad
memberitakan, “para diplomat Amerika menyatakan mereka puas dengan hubungan
antara Irak dan Amerika Serikat dan menyarankan agar hubungan diplomatic secara
formal dipulihkan.” Berita ini kembali diangkat untuk mendesak Irak dan memancing
dukungan dari Iran, namun tidak berhasil.
Setelah itu AS menggempur dengan
serangan darat selama 3 hari dimulai 23 hingga 26 Februari 1991 yang akhirnya
memukul mundur pasukan Irak dari Kuwait. Akibat kelelahan menghadapi musuh yang
tidak diduga, ditambah gejolak internal pemberontakan Syi’ah etnis Kurdi yang
memanas membuat Irak semakin terdesak. Pada 27 February, George W. Bush
memerintahkan gencatan senjata pada Irak. 3 Maret 1991 Irak mematuhi mandate AS
dengan menerima Resolusi DK PBB 660, 662, dan 674 dan perang berakhir.
Setelah kalah dalam perang menginvasi
Kuwait, Irak mengalami beberapa konsekuensi yang haru dihadapi:
1) Sanksi
ekonomi dan perdagangan internasional
2) Jumlah
korban yang besar
3) Pelucutan
persenjataan oleh PBB
4) Menimbulkan
pemberontakan dari Syi’ah dan etnis Kurdi untuk mendapatkan hak-haknya yang
selama ini dikekang oleh Saddam Hussein. Supreme Council of the Islamic
Revolution in Irak (SCIRI) medapatkan dukungan lisan dari AS melalui pidato
George W. Bush lewat radio untuk menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein.
Akan tetapi pada 28 Maret 1991 Saddam mengumumkan pemberontak Syi’ah Irak
selatan dapat dikendalikan, kemudian menyusul 30 maret 1991 pada pemberontak
Kurdi
Sedangkan pihak aliansi yang mendukung
Irak seperti Yaman dan PLO pun mengalami masa sulit setelah kekalahan perang
Irak melawan Kuwait. Hubungan antara Yaman dan Arab Saudi memanas, dan PLO
kurang mendapatkan bantuan kembali dari dunia Arab untuk memperjuangkan
Palestina.
Mengenai dukungan pada agenda perang
Irak kali ini telah jelas menggambarkan bahwa baik AS maupun Liga Arab tidak
mendukung kebjakan Saddam Hussein untuk menginvasi Kuwait. Hal ini didsampaikan
melalui KTT Kairo pada Agustus 1990 dengan hasil musyawarah setuju untuk
membentuk pasukan keamanan guna membantu angkatan bersenjata Arab Saudi dan
negara-negara Teluk lainnya.
F.
Dampak
terjadinya Perang Teluk II
Perang Teluk II yang berlangsung lebih
singkat daripada Perang Teluk I, ternyata membawa akibat yang tidak kalah
hebatnya dengan Perang Teluk I. Akibat-akibat itu sebagai berikut.
1) Ladang-ladang
minyak Kuwait rusak berat karena dibakar oleh Irak.
2) Negara
dan perekonomian Irak rusak berat karena gempuran tentara multinasional dan
blokade ekonomi serta embargo yang diterapkan PBB.
3) Peranan
Amerika Serikat semakin kuat di Timur Tengah.
4) Kekuatan
Israel semakin tidak ada tandingannya.
5) Timbulnya
semangat anti-Amerika.
6) Perpecahan
negara-negara Arab.
7) Irak
membayar ganti rugi.
8) Irak
harus mengizinkan tim inspeksi nuklir PBB memeriksa nuklir Irak.
9) Irak
kena embargo ekonomi.
Setelah beberapa tahun krisis Kuwait
berakhir, memasuki tahun 2002 terjadi konflik antara Irak dengan pihak Amerika
Serikat. Melalui PBB, AS menuduh Irak telah mengembangkan senjata nuklir dan
senjata pemusnahan massal lainnya.
Beberapa penyidik yang dibentuk PBB
diturunkan di Irak untuk membuktikan tuduhan tersebut. Mereka bergabung dalam
United Nations Monitoring Verification Commision (UNMOVIC), yaitu tim inspeksi
senjata PBB yang ditugaskan untuk menyelidiki adanya usaha pengembangan senjata
pemusnah massal Irak. Pemimpin UNMOVIC adalah Hans Blix.
Untuk kepentingan tersebut PBB
mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1441 pada tanggal 18 November
2002. Isi resolusi tersebut adalah menuntut Orak untuk mengizinkan dan
memberikan akses sepenuhnya kepada UNMOVIC dan International Atomic Energy
Agency (IAEA) atau Badan Energi Atom Internasional, untuk meneliti segala hal
yang berkaitan dengan persenjataan yang dimiliki Irak.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perang Teluk I antara irak dan iran ini terjadi
karena adanya Perseteruan historis antara negeri Mesopotamia (sekarang Iraq),
dengan Persia (sekarang Iran). Antara lain yaitu masalah ketegangan akibat
ketatnya persaingan, menoritas etnis, dan juga orientasi politik luar negeri
yang berbeda dan juga Sengketa atas Sungai
Shatt al-Arab dan Khuzestan yang kaya akan hasil minyaknya. Hasil minyak
ini sangat menguntungkan dan menimbulkan daya tarik setiap negara selain itu
Munculnya Revolusi Islam di Iran yang notabene Saddam Hussein ialah Anti Iran
ini juga ikut mempengaruhi terjadinya Perang Teluk I ini serta Percobaan
Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak yang juga ikut mempengaruhi terjadinya perang
Teluk I ini antara iran dan irak.
Kemudian terkait dengan jalannya perang
Teluk I ini, maka di bagi menjadi beberapa periode yaitu yang pertama Periode
Tahun 1980-1982 ( Penyerbuan oleh Irak ) yaitu Irak melakukan berbagai serangan
terhadap Iran guna menguasai wilayah dan mencegah Revolusi Islam Iran.yang
kedua Periode Tahun 1982-1984 ( Titik
Balik Mundurnya Irak ) yaitu Iran tidak
tinggal diam. Iran balas melancarkan berbagai Operasi militer untuk membalas
serangan-serangan dari Irak. Dan hal tersebut telah berhasil memukul mundur
tentara militer Irak.yang ketiga Periode Tahun 1984-1988 ( Perang Tanker ) yaitu Tahun 1984, berkat
bantuan pesawat tempur Super Etentard terbaru dari Perancis, Irak melakukan
operasi militer di laut mulai dari muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di
Bushehr. Target dari operasi militer tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera
Irak di wilayah operasi militer. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor
minyak Iran dan mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan
Irak.yang keempat Periode Tahun 1987-1988 ( Ikut Campurnya AS ).dan yang
terakhir adalah Periode Tahun 1988 (Gencatan Senjata) yaitu Perang akhirnya
berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 dan secara resmi
mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8 tahun pada tanggal 20 Agustus
1988.
Dampak Kerugian Perang Irak-Iran ini,
antara lain Kerugian besar bagi kedua belah pihak, dari segi material jumlah
kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan mencapai 500 juta
dollar AS. Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai
200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari
taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap hadapan
langsung dengan moncong senjata musuh.Jumlah tersebut belum termasuk mereka
yang meninggal kemudian akibat luka parah dan penyakit, termasuk akibat
penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang. Jumlah kerugian
lebih besar harus ditanggung Irak yang selama perang memang aktif mencari
pinjaman uang untuk menambah persenjataan.Pembangunan ekonomi menjadi terhambat
dan ekspor minyak kedua negara terganggu.
Perang Teluk II yaitu Invasi Irak ke
Kuwait ini disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan
Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar
sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat
kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap
Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak
Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan
mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah
perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan
setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.
Proses terjadinya Perang Teluk II yaitu
Tanggal 2 agustus 1990, dibawah komando pemerintahan saddam hussein irak dengan
100.000 tentaranya menyerang kuwait yang saat itu hanya memiliki tentara 20.000
dapat dengan mudah dikuasai tanpa perlawanan yang kuat. Penguasa kuwait Ahmad
El Sabah terpaksa melarikan dirinya ke Arab Saudi untuk meminta pertolongan.Invasi
tersebut benar benar di tentang oleh dunia internasional, terbukti dalam
konferensi di Cairo, Liga Arab mengeluarkan pernyataan bahwa Irak harus segera
menarik mundur pasukannya dari Kuwait. Pada tanggal 8 Agustus 1990, AS,
Inggris, Perancis, Australia dan negara Liga Arab pun melakukan Operasi Perisai
Gurun (Desert Shield Operation). Namun operasi ini belum sampai menyerang irak
yang berada di daerah kuwait, dan operasi ini pun diganti menjadi Operasi Badai
Gurun (Desert Storm Operation) dibawah jendral Norman Schwarzkopf (AS). Operasi
ini membuat Irak dibombardir oleh pesawat-pesawat pasukan koalisi. Dalam perang
tersebut terjadi unjuk persenjataan. Pihak koalisi menjatuhkan rudal Patriot
untuk menangkal rudal-rudal Scud milik Irak. Rudal juga ditembakkan ke ibu kota
Israel, Tel Aviv, karena Irak mencurigai Israel terlibat dalam serangan
kenegaraannya.
Perang Teluk II yang terjadi antara irak
dan kuwait membawa beberapa dampak negatif yaitu Ladang-ladang minyak Kuwait
rusak berat karena dibakar oleh Irak dan Negara dan perekonomian Irak rusak
berat karena gempuran tentara multinasional dan blokade ekonomi serta embargo
yang diterapkan PBB serta Peranan Amerika Serikat semakin kuat di Timur Tengah.Kekuatan
Israel semakin tidak ada tandingannya.Timbulnya semangat
anti-Amerika.Perpecahan negara-negara Arab.Irak membayar ganti rugi.Irak harus
mengizinkan tim inspeksi nuklir PBB memeriksa nuklir Irak dan juga Irak kena
embargo ekonomi.
B.
Saran
Kami
selaku penulis mengharapakan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan kata
dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun akan menjadikan
kami lebih baik ke depannya dalam penulisan makalah.harapan kami dengan
ditulisnya makalah ini bisa berguna bagi kita semua untuk menambah ilmu
pengetahuan terutama dibidang sejarah asia barat baru.kurang dan lebihnya
tentang makalah ini kami selaku penulis meminta maaf yang sebesar besarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Iqbal, Ahmad. (2010). Perang Perang Paling Berpengaruh di Dunia.
Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher
Isawati.
(2012). Sejarah Timur Tengah I (Sejarah
Asia Barat) Dari Peradaban Kuno Sampai Krisis Teluk I. Yogyakarta: Ombak
Cahyo,
Agus. (2012). Perang Perang Paling
Fenomenal. Jogjakarta: Buku Biru
Badrika, Wayan. 2006. Buku Cetak Sejarah untuk SMA Kelas XII
Program Ilmu Sosial. Erlangga
Kirdi Dipoyudo. (1977). Timur Tengah Dalam Pergolakan. Jakarta :
Centre For Strategic And International Studies
Rita, Widyana. Perang Teluk( Irak-Iran ).Angkatan 1999. Sejarah FKIP UNS
Surakarta.
Daliman. (1933). Sejarah Asia Barat Daya. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Surakarta: Universitas sebelas Maret
Riza Shihbudi. (1991). Islam, Dunia Arab, Iran : Bara Timur Tengah.
Jakarta : Mizan
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMampir bentar dong..
BalasHapusbiar kemampuan tipografimu lebih berkembang
https://upgrisemelekete.blogspot.co.id
sangat menyenangkan
BalasHapus