BAB I PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Negara
pesemakmuran Australia (commonhwealh of Australia) atau sering kita sebut
dengan nama Australia adalah sebuah Negara yang terdapat dibelahan bumi bagian
selatan yang juga dari nama benua benua terkecil didunia. Wilayahnya mencakup
seluruh benua Australia dan beberapa pulau disekitarnya. Disebelah barat
Australia berbatasan dengan Indonesia dan papua new genea, sedangkan disebelah
timur berbatasan dengan Solomon, Fijji dan Salandia Baru. Meskipun Australia
berada di dekat Asia, namun Negara ini sering disebut juga Negara bagian dari
dunia Barat karena kehidupan dari Australia sama dengan Eropa Barat dan Amerika
Serikat. Pada dasarnya politik luar Negri,atau kadang disebut pula sebagai
kebijakan luar negri. Sangat ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai oleh
Negara tersebut. Sesuai dengan kepentingan Nasionalnya. Tujuan-tujuan yang
dimaksud adalah tujuan politik keamanan dan ekonomi. Kepentingan nasional itu
ditentukan oleh para penentu kebijakan luar negri sebagai dari hasil politik,
kebikajakan politik disuatu Negara termasuk Australia mempengaruhi
faktor-faktor internal dan exsternal Negara tersebut. Secara umum faktor-faktor
internal tersebut antara lain ialah faktor historis, geografs, sistem politik,
struktur politik dan cara pandang actor-aktor (pemberi pengaruh, pembuat, dan
pemutus keputusan) terhadap sistem internasional serta kepentingan dan peran
yang diinginkan oleh Negara tersebut didalam sistem internasional. Faktor
eksternal mempengaruhi beberapa faktor kebijakan yaitu lingkungan reginal dan
internasional.
a. Rumusan
Masalah
-
Bagaimana fase-fase
perkembangan politik Australia?
-
Bagaimana
Hubungan Luar Negeri Australia sebelum Perang Dunia?
-
Bagaimana
Hubungan Luar Negeri Australia ketika PD I sampai dengan PD II?
-
Bagaimana
Hubungan luar negeri Australia sesudah Perang Dunia II?
-
Bagaimana
Hubungan Luar negeri Australia dengan Indonesia?
b. Tujuan
1.1 Bisa
menjelaskan fase-fase perkembangan politik luar negeri Australia sejak
lairnya commonwealth of Australia
1.2
Untuk mengetahui masa sebelum perang dunia I
1.3
Bisa menjelakan masa
dari perang dunia I sampai dengan masa perang dunia II
1.4
Bisa mengetahui masa
setelah perang dunia II
1.5 Menjelaskan
hubungan bilateral Australia-Indonesia
BAB
II PEMBAHASAN
1. Fase-fase perkembangan politik luar negri
Australia sejak lahirnya commonwealth of australia
Australia merupakan
salah satu negara yang memilki sejarah sangat menarik jika kita kaji lebih
mendalam, salah satu yang menarik dalam kajiannya kali ini ialah mengenai
perkembangan politik luar negeri yang telah dilakukan Australia. Pada
kesempatan kali ini kami akan mencoba untuk memaparkan tentang bagaimana
sebenarnya perkembangan yang terjadi dalam hubungan luarnegeri Australia baik
itu dengan Negara tetangga maupun Negara yang jauh letaknya dengan Australia.
Australia bisa maju
seperti sekarang ini tidak terlepas dari peran serta negara maju yang menjadi
negara induknya terdahulu yaitu Inggris. Inggris merupakan negara induk karena
Australia pada awal penguasaannya merupakan daerah koloni milik Inggris. Selain
itu hubungan luar negeri Australia dengan Negara tetangga juga merupakan factor
penting yang menjadikan Australia seperti sekarang ini. Oleh karena itu pada
kesempatan kali ini kami akan coba mengulas mengenai perkembangan hubungan
politik luar negeri Australia.
a)
Hubungan Luar Negeri
Australia sebelum Perang Dunia
Pada awal berdirinya Commonwealth of Australia merupakan tonggak
sejarah baru bagi Australia. Saat itu merupakan suatu era, dimana enam koloni yang
tadinya berdiri sendiri secara terpisah-pisah, bergabung menjadi satu, sehingga
disebut sebagai federasi kolonial. Saat itu satu banga siap untuk lahir.yaitu
Australia. Australia saat itu memiliki wewenang untuk mengatur keadaan
negaranya sendiri dan terbebas dari Inggris , akan tetapi meskipun keadaan
demikian Australia belumlah mampu untuk menjalankan Negara itu sendirian,
Australia masih membutuhkan bantuan dari Negara lain terutama dari negra
Induknya yaitu Inggris.
Untuk urusan dalam negeri, Australia telah diberi kemerdekaan oleh
Inggris, namun untuk urusan luar negeri Australia masih memerlukan pengawasan
dari pemerintah Inggris. Australia belum memiliki kemerdekaan penuh untuk
urusan luar negeri. Keadaan seperti ini berlangsung karena beberapa keadaan
yang mendukung, rakyat dan pemerintah Australia tidak berkeberatan atas
pengendalian Inggris terhadap politik luar negerinya. Malah sebaliknya,
terdapat suatu ikatan perasaan yang kuat dengan Inggris. Bangsa Australia
senang menjadi anggota Inggris Raya.
Sesuai dengan keadaan saat itu, serta hubungan sejarahnya yang
sangat dekat dengan Inggris, maka pada tahun awal berdirinya, politik luar
negeri Australia bersandar pada pemerintah Inggris. Semua hubungan dengan
bangsa lain masih harus diatur oleh pemerintah Inggris, sebagai contoh yaitu
yang melibatkan bidang pertahanan, untuk mempertahankan diri dari serangan
musuh Australia masih bersandar pada angkatan bersenjata milik Inggris yang
saat itu terkenal sangat baik dalam urusan berperang.
Pada saat itu lahirlah sebuah pendapat dari kalangan pemerintah
federal Australia bahwa “tidak ada perbedaan kepentingan antara Australia
dengan Inggris”. Namun akhirnya pendapat ini diuji oleh adanya kepentingan
Australia akan suatu pulau di atas mereka yaitu Irian. Keadaan ini telah lebih
dahulu disadari oleh Quensland. Quensland menyadari akan perlunya dilakukan
pendudukan atas wilayah Irian tersebut guna menghindarkan Australia dari
datangnya serangan musuh. Namun akibat dari letak yang sangat jauh dari negara
Induknya Inggris, Australia tidak banyak mendapatkan dukungan dari Inggris,
meskipun akhirnya Inggris memberikan bantuan sedikit terhadap Australia untuk
mempertahankan ataupun menduduki Quensland. Semua itu karena Inggris
mengannggap bahwa keadaan tersebut tidak terlalu penting. Akibat dari adanya
keadaan yang demikian pemerintah Australia mulai berpikir bagaimana caranya
mereka mempertahankan diri mereka sendiri tanpa harus selalu mengharapkan
bantuan dari Inggris.
Sejak saat itu Australia melakukan inisiatif sendiri untuk
menguasai Irian agar dapat mempertahankan diri mereka dari serangan bangsa
luar, terlebih lagi setelah terdengar kabar bahwa akan diadakannya pendudukan
oleh Jerman di kawasan Irian lainnya yaitu bagian utara Irian dan pulau-pulau
penting lainnya. Kebangunan Asia yang ditimbulkan oleh kemenangan Jepang akan
Rusia, nampaknya samara-samar mulai menyadarkan para politisi Australia. Mereka
mulai menyadari akan kebangkitannya dunia timur. Ketika pada tahun 1906
pemerintah Inggris menyerahkan tanggung jawab pemerintahan British New Guinea
kepada pemerintah Australia.
Pada tahu 1907, bersama-sama dengan koloni yang lain, Australia
diberi status dominion. Dengan demikian, statusnya sebagai koloni Inggris
selama ini mulai ditinggalkan. Status dominion ini memungkinkan Australia mulai
memikirkan untuk melakukan sendiri segala hubungan luar negerinya. Untuk
selanjutnya Australia tidak lagi harus ditangani oleh Inggris dalam melakukan
hubungan luar negerinya, bahkan sebaliknya Inggrislah yang harus berkonsultasi
kepada Australia dalam melaksanakan politik luar negeri, karena terikat oleh
kebersamaan dalam British Commonwealth of Nation.
Dalam tahun 1909 Australia mengeluarkan undang-undang yang disebut
The Defence Act. Australia mulai mengambil inisiatif sendiri pembinaan
pertahanannya. Di Inggris mulai dibangun kapal-kapal perang untuk angkatan laut
Australia. Untuk lebih mempersiapkan diri dalam pertahanan ini, sejak
tahun-tahun 1911 pemerintah Australia mengharuskan warganya yang memenuhi
syarat untuk mengikuti latihan kemiliteran. Angkatan darat pun mulai dibangun,
dan dalam tahun 1911 Akademi Militer dibuka di Duntroom. Dalam tahun 1913
squadron pertama Royal Australian Navy memasuki teluk Sydney. Semuanya ini
merupakan unsure-unsur penting bagi Australia dalam rangka menampilakan diri
sebagai bangsa yang mapu berdiri sendiri, tanpa menyandarkan diri pada Inggris.
Namun sampai dengan PD I meletus Australia belum memiliki kantor perwakilan
Australia di luar Negara anggota British Commonwealth of Nations.
b)
Hubungan Luar Negeri
Australia ketika PD I sampai dengan PD II
Pada masa berlangsungnya Perang Dunia I, Australia selalu berada
di belakang kekuasaan pemerintahan Inggris. Inggris yang senantiasa membantu
Australia terutama dalam bidang militer seperti halnya angkatan perang yang
pada saat itu didukung oleh 2000 pasukan untuk menghantam Jerman di New Guine,
dan pada saat itupula Guinea menyerah (1914). Selama berlangsungnya Perang
Dunia I kurang lebih sebanyak 300.000 pasukan Australia diberangkatkan menuju daerah
Timur Tengah dan kawasan Eropa dengan dalih untuk membantu pasukan Inggris dan
sekutu-sekutunya melawan pasukan Jerman, Austria, dan Turki. Kapal-kapal
Australia berusaha memburu dan menyerang kapal-kapal Perang Jerman yang mana
pada saat itu ditempatkan di Fasifik. Pada saat Angkatan laut Australia
mengetahui bahwa kapal perang Jerman yang bernama Emden berada disekitar pulau
Cocos yang berada di samudera Hindia, dan pada saat itu pulalah kapal perang
Australia yang bernama Sydney dengan kecepatan penuh segera
mengejarnya. Pertempuran laut pun terjadi kurang lebih selama 2 jam, pada
tanggal 9 November 1914, Sedney berhasil menenggelamkan Emden. Hal ini
merupakan pengalaman perang yang pertama kalinya bagi Angkatan laut Australia
yang diakhiri oleh kemenangan.
Tahun 1915, pemerintahan Inggris memutuskan untuk dapat menguasai
Selat Dardanella dengan dalih supaya dapat mengirimkan bantuan kepada Rusia
yang saat itu mengalami tekanan dari pihak Jerman, dan Turki. Untuk itu,
pasukan gabungan Australia dan New Zealand yang dikenal dengan sebutan ANZAC
yaitu Australia and New Zealand Army Corps. Bersama-sdama dengan pasukan
Inggris dan Perancis mendarat di pantai Semenanjung Galipoli. Setelah bertempur
selama kurang lebih delapan bulan, pasukan ini menglami kegagalan dalam
mencapai tujuan., dan dalam bulan Januari 1916 ditari ke Mesir., dimana pada
saat itu terjadi lagi suatu pengelompokan baru.
Pertempuran yang terjadi di Gallipoli ini memakan korban kurang
lebih 146.000 orang. 27.000 orang diantaranya meninggal termasuk hamper 8.000
pasukan perang Australia dan 1.500 orang pasukan New Zealand dalam bulan Mei
1916. selama perang Dunia I Australia banyak kehilangan pasukan perang
kurang yang jumlahnya lebih dari 60.000 orang. Dan setelah Perang Dunia I usai ,
mulai timbul sebuah kesadaran dalam diri rakyat Australia bahwasanya Australia
berhak disejajarkan dengan Negara-negara lain yang sudah lama berdiri.
Pemerintah dan rakyat Australia menuntut pengakuan penuh sebagai Negara yang
berdaulat sepenuhnya. Dalam perundingan-perundingan perdamaian Versailles,
perdana mentri Australia yang William Highes, mendesak supaya Australia diakui
dan memiliki hak yang sama dengan bangsa-bangsa merdeka lainnya. Pada akhirnya
tuntutan dari Hughes tersebut dapat diterima oleh pihak Inggris , dan Australia
bersama dengan Negara-negara dominion lainnya diberi izin untuk mengirimkan
wakilnya sendiri. Perjalanan Vesailles ini merupakan perjanjian dengan
bangsa lain yang merupakan pertama kalinya ditandatangan oleh oleh Australia atas
namanya sendiri. Pada saat liga Bangsa-bangsa dibentuk tidak ketinggalan
Australia bersama dominion lainnya ikut serta menjadi anggota. Australia
menjadapat kepercayaan menerima sebagian bekas daerah jajahan Jerman di Pasifik
sebagai daerah mandate, antara lain kawasan Iran, Timurlaut, dan kepulauan
Bismarck serta bersama New Zealand dan Inggris menjadi wali atas pulau Nauru.
Pada tahun 1931, Atatue of Westminster secara resmi mengakhiri
kekuasaan palemen Inggris atas Negara-negara dominion. Dengan demikian, Inggris
tidak lagi berkuasa untuk mengawasi hubungan luar Negeri Australia. Mulai saat
itu, Australia mendapatkan kemerdekaan yang penuh, dan menyatakan perang serta
membuat perang serta membuat perdamaian dengan Negara lain tanpa harus
berkonsultasi dengan Inggris terlebih dahulu. Namun dibalik semua itu, hubungan
antara Australia dengan Inggris masih tetap rapat. Australia masih tetap
mengandalkan Inggris dalam kepentingan luar negeri dan secara tidak
langsung Pemerintahan Australia masih mengikuti politik Inggris. Sela tahun
1940 Australia belum memiliki perwakilan di Negara lain. Australia masih merasa
yakin akan kemampuan Inggris dengan jumlah angkatan laut serta jaringan kerja
yang pangkalannya mampu untuk melindungi keamanan Australia. Mengadakan
hubungan langsung dengan Negara lain pun belumlah dipandang sebagai hal yang
penting, karena hubungan dengan Inggris sudah dianggap cukup memenuhi
keperluannya.
Perang Dunia II diawali dengan adanya serangan Jerman terhadap
Polandia pada tanggal 1 september 1939. tidak lama kemudia Inggris menyatakan
perang terhadap Jerman. Australia juga segera menyatakan dukungannya terhadap
Inggris. Dalam waktu yang relative singkat hamper seluruh kawasan Eropa telah
digilas oleh Jerman yang melancarkan perang kilat bersama Italia, sehingga
Inggris harus memperjuangkan pertahanan diri. Dua tahun berlalu setelah
meletusnya Perang Dunia II, tepatnya tanggal 7 desember, Jepang menyerang
pangkalan Amerika Serikat di Pearl Harbour. Perang pasifik berkobar, serangan
Jepang inilah yang melibatkan Amerika Serikat secara langsung dalam kancah
Perang dunia II. Jepang berhasil menguasai Malaya , Filipina, dan Indonesia.
Serangan Jepang ini merupakan ancaman langsung bagi Australia. Menyadari bahwa
Inggris tidak mungkin memberi bantuan, dan Australia pun meminta bantuan
Angkatan Laut dan Angkatan Udara kepada Amerika Serikat. Australia pun dapat
menghindari berbagai serbuan dari Jepang. Hal ini berdamapak tersendiri
terhadap pandangan (outlook) Australia sebagai Negara yang berada di pasifik.
c)
Hubungan luar negeri
Australia sesudah Perang Dunia II.
Telah terjadi banyak perubahan dalam bidang politik di seluruh
bagian dunia sesudah Perang Dunia II. Kumunis mulai menguasai bebrapa Negara di
Eropa, sehingga yang pada pertengahan abad ke-19 Eropa lekat dengan faham
nasionalisme saat abad ke-20 berubah menjadi komunis dan nasionalisme berpindah
berkembang di wilayah Asia dan Afrika. Perubahan yang signifikan terlihat dari
banyaknya daerah di Asia dan Afrika yang awalnya dijajah oleh bangsa-bangsa
Eropa telah terlepas dan merdeka sesudah Perang Dunia II, selain itu Indonesia
yang ratusan tahun berada dibawah kekuasaan Belanda, berhasil memproklamasikan
kemerdekaannya. Filipina yang tadinya berada dalam kekuasaan Amerika Serikat
telah memperoleh kemerdekaannya pada tahun . daerah-daerah bekas jajahan
Perancis di Asia danm Afrika juga sebagian berhasil memperoleh kemerdekaannya.
Usainya Perang Dunia II telah membuat Inggris kehilangan koloninya di Asia dan
sebagian besarnya mendapatkan kemerdekaannya. Inggris Raya yang dibangun pada
abad ke-19 mengalami kemunduran total sesudah Perang Dunia II berakhir.
Perubahan politik yang terjadi di hamper seluruh dunia ini
otomatis berpengaruh pada politik luar negeri Australia. Australia yang
pernah diselamatkan oleh Amerika dari serangan Jepang telah membuat lambat laun
Australia terlepas dari Inggris secara tidak langsung. Pada saat itu,
pengaruh dan kekuatan Amerika serikat makin kuat di wilayah Pasifik, sadar akan
keadaan tersebut, Australia yang merupakan Negara yang baru siap berdiri
sendiri seakan mendapatkan sandaran bagi keamanan negaranya. Pada tahun 1951,
Australia mulai mengadakan kerjasama dengan New Zealand dan Amerika Serikat.
Perjanjian tersebut disebut ANZUS (Australia, New Zealand, and United State of
Amerika) TREATY. Perjanjian ini merupakan perjanjian pertama yang
ditandatangani Australia tanpa adanya campur tangan Inggris.
Australia yang merupakan Negara koloni Inggris sehingga dengan
kata lain Inggris merupakan Negara induk Australia. Segala urusan yang
berhubungan dengan Australia haruslah dibawah sepengetahuan Inggris. Namun
dengan berakhirnya Perang Dunia II, Australia telah menyadari bahwa negaranya
berada di wilayah Asia dan terletak di Pasifik. Pada tahun 1950-an faham
komunis telah masuk ke Asia, Australia yang juga berada di Asia merasa terancam
dengan menyebarnya komunisme tersebut, terlebih pada saat itu Indonesia yang
merupakan Negara tetangga Australia telah mualai menyebar. Untuk mengatasi
kekhawatiran tersebut, pada tahun 1954 Australia memutuskan untuk bergabung
dengan organisasi pakta pertahanan bersama regional anti komunis di Asia
Tenggara yang terkenal dengan nama SEATO. Adapun Negara lain yang tergabung
dalam SEATO, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, New Zealand, Pakistan,
Filipina, Thailand, Kamboja, Laos, dan Vietnam Selatan. Karena sama-sama
memiliki ketakutan terhadap komunisme dan keterikatan terhadap Amerika
Serikat, menyebabkan Australia membantu Amerika Serikat dalam perang Korea
(1950-1953), dan juga dalam perang di Vietnam, walaupun dalam perang Vietnam
tersebut Amerika mendapatkan kekalahan yang telak.
Secara geografis, Australia merupakan bagian dari wilayah Asia,
namun secara psikologis Australia menginduk pada Inggris. Namun dengan letak
geografis yang dimilikinya membuat Australia sadar bahwa negaranya bagian dari
Asia, khususnya wilayah Asia Tenggara. Dengan munculnya kesadaran tersebut,
Australia mulai memiliki keinginan untuk menjalin hubungan baik dengan negara
tetangganya yang salam ini tidsak mereka perdulikan keberadaannya. Setelah
tahun 1949, Australi mulai melebarkan sayapnya dengan mengambil bagian dalam
peranan penting di wilayah Samudra Pasifik. Hubungan-hubungan kerjasama dengan
negara tetangganya mulai ditingkatkan baik dalam bidang politik, ekonomi,
sosial dan budaya. Pada tahun 1950 Australia berkeinginan untuk mendirikan
suatu organisasi yang menjadi wadah bagi pengembangan negara-negara Asia ( Asia
Selatan dan Asia Tenggara), wadah tersebut disebut dengan Colombo Plan. Colombo
Plan merupakan usaha pihak Australia dalam membantu negara-negara Asia yang
sedang berkembang terutama dalam bidang perekonomian dan pengembangan
teknik. Colombo Plan dicetuskan di Colombo dalam konfrensi mentri-mentri
luar negeri negara-negara yang tergabung dalam British Commonwealth of Nation.
Walaupun pada awalnya keanggotaan dari Colombo Plan merupakan
daerah-daerah jajahan di Asia Tenggara, namun sejak awal berdirinya telah
disetujui ketetapan mengenai keanggotaan dapat berasal dari non-Commonwealth,
seperti Indonesia, Burma, Nepal, Kamboja, Laos, Vietnam, Thailand dan Filipina.
Untuk pelaksanaan tugas-tugasnya telah dibentuk Consultative Committee yang
telah mengadakan rapat pertamanya di Sydney pada bulan Mei 1950. latar belakang
berdirinya Colombo Plan ini adalah adanya kesadaran bahwa kepentingan penduduk
Asia meliputi kepentingan seperempat penduduk dunia. Wilayah Asia kaya akan
sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan dunia, namun yang sungguh
disayangkan terdapat kekurangan fasilitas untuk memanfaatkannya dan
mengembangkannya. Oleh karena itu, Colombo memiliki 2 program pokok, yaitu
Economic Development Programmed an Technical Cooperation Sceheme. Hasil yang
telah ada dari program tersebut adalah adanya peningkatan dalam bidang produksi
pertanian, pengairan, dan perluasan tanah-tanah yang diolah. Tehnical
Cooperation Scheme disini bertindak sebagai penyedia para ahli untuk memberikan
latihan bagi teknisi-teknisi dan memberi bantuan dalam berbagai proyek
poembangunan, selain itu, bagi para tekniusi memiliki kesempatan untuk
mengikuti pendidikan dan latihan khusus di Australia. Hasil yang signifikan
adalah mempercepat laju pembangunannya.
Walaupun Australia masih terikat oleh Inggris dalam British
Commonwealth of Nations, dan masih mengakui raja dan ratu Inggris sebagai
pemimpin mereka, ikatan Inggris makin lama semakin melonggar. Inggris tidak
lagi menjadi partner dagang utama Australia, karena Australia lebih memilih
Jepang dan negara ASEAN sebagai partner dagangnya. Seperti telah dijelaskan, Perang
Dunia II telah memberikan banyak perubahan besar bagi politik luar negeri
Australia, sebagai negara yang ikut menandatangani piagam PBB, Australia mulai
aktif dalam berbagai kegiatan badan internasional. Semangat bertetangga baikpun
semakin tinggi dengan ikut sertanya dalam ASEAN. Mulai tahun 1972, Australia
mulai menemukan semangat bernafaskan kebebasan (independent spirit) dalam
politik luar negerinya dengan melepaskan diri dari keintiman dan keterikatan
dengan Inggris dan Amerika Serikat.
2. Hubungan Luar negeri
Australia dengan Indonesia
Negara merdeka memiliki tugas utama memberikan kesejahteraan dan
keamanan serta kedamaian terhadap warga negaranya juga penduduk dunia.
Tugas-tugas tersebut hanya bisa diwujudkan salah satunya dengan cara membina hubungan
baik dengan negara lain. Selain itu juga dalam hubungan tersebut harus mampu
memanfaatkan celah-celah tertentu demi kemakmuran bersama.
Sebagai negara yang merdeka, Australia nampaknya menuju kearah hal tersebut
diatas. Salah satu negara yang menjadi sorotan utama kebijakan dan hubungan
luar negeri Australia adalah Indonesia. Hubungan kedua negara memang bukan
sesuatu proses yang sesaat tetapi bukan juga sesuatu yang kekal. Hubungan
tersebut naik dan turun berfluktuasi dipengaruhi oleh keadaan masing-masing
negara dan dunia Internasional.
Indonesia dimata Australia merupakan salah satu negara di Pasifik Selatan yang
tentu saja terletak di bagian Utara Australia. Di bagian Utara ini, Indonesia
terletak pada garis pasar ekonomi Australia di Asia Tenggara bersama dengan
Papua New Guinea (PNG). Artinya Indonesia adalah salah satu tembok besar yang
suatu saat akan menguntungkan Australia, tetapi juga suatu saat bisa menjadi
ancaman bagi Australia.
Untuk lebih memahami bagaimana proses dan jalan hubungan Bilateral kedua
negara, dibawah ini penulis akan menguraikan hal tersebut dalam beberapa
rentang waktu secara umum.
a.
Masa Revolusi
Indonesia
Sebelum Revolusi
Indonesia, hubungan bilateral Indonesia dan Australia belum terlihat dengan
jelas. Hal it mudah dipahami karena kedua negara masih berada dalam kungkungan
kekuasaan negara lain, Australia oleh Inggris dan Indonesia berada dibawah
pemerintahan kolonial Belanda. Pemerintah Inggris memiliki perhatian yang
sedikit terhadap Nusantara atau Hindia-Belanda karena menganggap bahwa daerah
tersebut bukan merupakan ancaman bagi Australia yang memang pada waktu itu
hubungan inggris dengan Belanda sebagai penguasa di Nusantara masih erat.
Pada masa Revolusi, hubungan kedua negara
terlihat lebih nyata. Bila dilakukan pengkajian secara teliti, Australia
memiliki kontribusi yaitu dukungan terhadap Revolusi mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Wujudnya adalah peristiwa penutupan pelabuhan oleh para nelayan
Australia terhadap Kapal Laut Belanda setelah Proklamasi Indonesia. Dukungan
pun terlontar dari Menteri Luar Negeri Australia Evatt yang menyatakan bahwa
“Indonesia adalah kawan atau mitra bagi Australia” . Pada masa Revolusi
hubungan tersebut terlihat pada saat Australia terlibat dalam KTN dan UNCI
dalam perundingan Renville dan KMB.
b.
Masa Pemerintahan
Menzies (1950-1962).
Masa tahun 1950-1962 hubungan Indonesia dengan
Australia memanas dan cukup tegang karena dipengaruhi oleh suasana Perang
Dingin. Suasana tegang tersebut dilandasi oleh pandangan kedua negara terhadap
daerah Irian Barat. Indonesia sebagai negara merdeka tentu saja tetap akan
mempertahankan Irian Barat karena merupakan bagian dari teritorinya. Akan
tetapi Australia memandang bahwa Irian Barat lebih baik dikuasai oleh Belanda
karena Indonesia telah mencerminkan sikap anti Barat dengan bekerjasama dengan
negara-negara timur Komunis-Sosialis. Maka jika Irian Barat dikuasai oleh
Indonesia akan memperbesar pengaruh Komunis di Asia dan mengancam Australia
yang pro-Barat. Selain itu juga Australia memiliki kekhawatiran terhadap Jepang
yang telah mampu menginvasi hingga daerah Papua New Guinea.
c.
Masa Orde Baru (1965).
Pada tahun 1965, bertepatan dengan naiknya
Soeharto sebagai Presiden di Indonesia merupakan fenomena penting dalam sejarah
Indonesia, maka terjadi perubahan secara dramatis mengenai kebijakan luar
negeri Australia terhadap Indonesia. Artinya terjadi perubahan pandangan
Australia terhadap Indonesia. Perubahan yang dimaksud adalah bahwa Australia
kemudian memandang Indonesia bukan merupakan ancaman tetapi merupakan mitra dan
kekuatan besar bagi politik negara-negara Barat di Asia. Hal itu disebabkan
karena Pemerintahan Soeharto mencerminkan sikap Pro-Barat dan anti-Komunis yang
berlebihan. Ini berarti terdapat kesamaan Visi dan Misi antara pemerintah
Indonesia denga Australia yang juga pro-Barat.
Wujud dari dukungan Australia terhadap Indonesia ketika itu adalah
sebagai berikut :
- Australia bergabung kedalam organisasi negara-negara
donor untuk Indonesia (IGGI) dalam membantu pembangunan Indonesia.
- Mendukung ASEAN (1968) demi kestabilan Asia Tenggara.
d.
Masa tahun 1972-1988.
Pada masa ini, hubungan Bilateral antara
Australia dengan Indonesia diwarnai oleh beberapa masalah yaitu :
2.1
Masalah Timor-Timur (1976).
Pemerintah Australia yang didominasi oleh Partai Buruh dan Liberal Nasional
saat itu memandang bahwa prioritas tertinggi dalam masalah tersebut adalah
membina persahabatan dengan Indonesia. Maka jika Timor-Timur merdeka akan
menimbulkan ketidakstabilan di Asia Tenggara tetapi juga jika dipaksakan pun
akan terjadi hal yang sama. Maka Australia menghendaki penyelesaian secepatnya
dengan datangnya Withlam ke Indonesia bertemu dengan Soeharto di Yogyakarta
menyelesaikan masalah Timor Gap.
2.2 Masalah Kebebasan Pers di Australia.
Ada satu masalah pada waktu itu yang sedikit mempengaruhi hubungan kedua negara
yaitu mengenai penghinaan terhadap pribadi dan keluarga Presiden Soeharto oleh
Media cetak Australia. Masalah ini sempat mencuat dan membuat tegang hubungan
kedua negara.
e.
Masa tahun 1988-1996.
Pada masa tahun 1988-1996, hubungan
antara Indonesia dengan Australia membaik. Hubungan tersebut meluas kepada
aspek Sosial-Politik, perdagangan, ekonomi dan budaya. Wujudnya adalah :
-
Persoalan Timur Gap diselesaikan dengan kerjasama eksploitasi tahun 1988.
-
Indonesia menunjuk Australia sebagai peninjau ASEAN
-
Australia meminta Indonesia dalam pelatihan Pertanian (Forum Pasifik Selatan).
f.
Pasca Jejak Pendapat
Timor-Timur 1999.
Pasca jejak pendapat, terjadi perubahan kebijakan Indonesia
terhadap Timor-Timur dengan opsih otonomi luas dan atau merdeka. Hal tersebut
dipengaruhi oleh pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan oleh TNI di
Timor-Timur.
Australia yang merasa berhutang budi kepada Timor-Timur
dalam perang melawan Jepang, kemudian mendukung kemerdekaan Timor-Timur. Ini
adalah sikap pragmatis Australia terhadap ekonomi seperti neraca perdagangan
dan eksplorasi minyak. Hal ini juga memberikan bukti bahwa hubungan politik
tidak begitu berpengaruh terhadap hubungan ekonomi. Walaupun hubungan kedua
negara tetap baik tetapi muncul kini anti pati dari masyarakat Indonesia
terhadap Australia.
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Arah
kebijakan politik luar negri Australia mengalami perubahan seiring periode
pergantian kepemimpinan dinegara kangguru tersebut.
Bukan
hanya pengaruh pemimpin yang mempengaruhi kebijakan luar negri Australia tetapi
juga berbagai faktor seperti letak geografis dan lainya.
DAFTAR PUSKATA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar