Kamis, 06 April 2017

LANDASAN DAN TEEORI TEORI PENDIDIKAN

Sejarah adalah mempelajari pengalaman masa lalu untuk dijadikan pelajaran untuk masa depan agar kita tidak jatuh kedalam kesalahan yang sama pada masa depan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir semua orang dikenali pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya, dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitupula di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh dosen dan para guru. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang membutuhkan pendidikan.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional tentang landasan dan asas pendidikan tersebut selalu diarahkan pula pada upaya dan permasalahan penerapannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Apa sajakah landasan-landasan pendidikan ?
2. Apa sajakah teori-teori pendidikan ?


C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa sajakah landasan-landasan pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa sajakah teori-teori pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Landasan Pendidikan
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, misalnya apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, dan apa tujuan pendidikan itu. Pembahasan mengenai semua ini berkaitan dengan pandangan filosofis tertentu. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal sampai seakar-akarnya, menyeluruh dan konseptual, yang menghasilkan konsep-konsep mengenai kehidupan dan dunia. Landasan filosofis terhadap pendidikan dikaji terutama melalui filsafat pendidikan, yang mengkaji pendidikan dari sudut filsafat. Misalnya mungkinkah pendidikan diberikan kepada manusia, apakah pendidikan bukan merupakan keharusan, mengapa? Kemungkinan pendidikan diberikan kepada manusia bahkan harus diberikan, berkaitan dengan pandangan mengenai hakikat manusia.   Bahasan mengenai hakikat manusia itu, dapat dijawab melalui kajian filosofis. Pendidikan itu mungkin diberikan dan bahkan harus, karena manusia adalah makhluk individualitas, makhluk sosialitas, makhluk moralitas, makhluk personalitas, makhluk budaya, dan makhluk yang belum jadi. Essensialisme, perenialisme, pragmatisme, progresivisme, rekonstruksionalisme, dan pancasila adalah merupakan aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi pandangan, konsep dan praktik pendidikan.
a. Essensialisme
Essensialisme merupakan aliran atau mazab pendidikan yang menerapkan filsafat idealisme dan realisme secara eklektis. Aliran ini mengutamakan gagasan-gagasan yang terpilih, yang pokok-pokok, yang hakiki ( essensial ), yaitu liberal arts. Yang termasuk the liberal arts adalah bahasa, gramatika, kesusasteraan, filsafat, ilmu kealaman, matematika, sejarah dan seni.
Aliran tersebut dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah formal adalah adanya penetapan berbagai mata pelajaran yang disajikan atau dituangkan dalam kurikulum sekolah. Namun demikian hal tersebut tidak berarti memisahkan antar mata pelajaran tetapi semuanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Pembagian dalam berbagai mata pelajaran tersebut dapat memudahkan dan membantu siswa untuk mempelajari dan memahami tahap demi tahap, yang pada akhirnya menyeluruh (holistik). Karena semua mata pelajaran tersebut diperlukan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya sebagai makhluk sosial
b. Perenialisme
Perenialisme hampir sama dengan essensialisme, tetapi lebih menekankan pada keabadian atau ketetapan atau kehikmatan ( perennial = konstan ). Ada persamaan antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang pokok-pokok (subject centered).
Perbedaannya ialah pernialisme menekankan keabadian teori kehikmatan, yaitu:
*    Pengetahuan yang benar (truth).
*    Keindahan (beauty).
*     Kecintaan kepada kebaikan (goodness).
Juga sebaliknya kurikulum bersifat wajib dan berlaku umum, yang harus mencakup
*    Bahasa
*     Matematika
*     Logika
*    Ilmu Pengetahuan Alam
*    Sejarah
          Dalam aliran ini menggambarkan pendidikan menekankan pentingnya penanaman nilai kebenaran, keindahan, kebaikan. Hal ini juga sesuai dengan relaitas kehidupan manusia yang di dalam dirinya selalu condong kepada kebaikan dan kebenaran yang bisa diterima oleh masyarakat umum. Jika hal tersebut tidak tampak dalam penyelenggaraan pendidikan maka akan tidak bisa diterima dan menimbulkan pro dan kontra.
c. Pragmatisme dan Progresivisme
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis. Pragmatisme aliran filsafat yang menekankan pada manfaat atau kegunaan praktis. Penerapan konsep pragmatisme secara eksperimental melalui 5 tahap, yaitu:
*    Situasi tak tentu.
*    Diagnosis.
*    Hipotesis.
*    Pengujian Hipotesis.
*    Evaluasi
Progresivisme (gerakan pendidikan progresif) mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip, antara lain : Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar. Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar. Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar. Sekolah progresif harus merupakan suatu laboratorium untuk melakukan reformasi pedagosis dan eksperimentasi.
Aliran ini pada hakekatnya mengajarkan kepada pendidik dan penyelenggara pendidikan untuk mendidik bagaimana berpikir kritis, sistematis, ilmiah dan mampu menguji kebenaran dalam ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah. Karena kebenaran yang ada itu bisa bersifat relatif bahkan bisa menjadi salah jika ditemukan teori yang baru.
d. Rekonstruksionisme
Aliran rekonstruksionisame merupakan kelanjutan dari progresivisme. Mazab ini berpandangan bahwa pendidikan/ sekolah hendaknya memelopori melakukan pembaharuan kembali atau merekonstruksi kembali masyarakat agar menjadi lebih baik. Karena itu pendidikan/sekolah harus mengembangkan ideologi kemasyarakatan yang demokratis.
e. Pancasila
Bahwa pancasila merupakan aliran filsafat tersendiri yang dijadikan landasan pendidikan, bagi bangsa Indonesia dituangkan dalam Undang-undang pendidikan yang berlaku. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa Pendidikan Nasional bedasarkan Pancasila dan UUD 45. Sedangkan Ketetapan MPR RI No. 11/MPR/1987 tetang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) menegaskan bahwa Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara Republik Indonesia. P4 atau Ekaprasetya Pancakarsa sebagai petunjuk operasional pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang pendidikan . Perlu ditegaskan bahwa Pengamalan Pancasila itu haruslah dalam arti keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam Pancasila itu, sebagai yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 , yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam Buku I Bahan Penataran P4 dikemukakan bahwa Ketetapan MPR RI No. 11/MPR/1989 tersebut diatas memberi petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima sila dari Pancasila.
2. Landasan Sosiologis
Pada bagian depan telah dikemukakan bahwa manusia selalu hidup bersama dengan manusia lain. Kajian-kajian sosiologis telah dikemukakan pada waktu membahas hakikat masyarakat. Masyarakat dengan berbagai karakteristik sosiokultural inilah yang juga dijadikan landasan bagi kegiatan pendidikan pada suatu masyarakat tertentu. Bagi bangsa Indonesia, kondisi sosiokultural bercirikan dua, yaitu secara horisontal ditandai oleh kesatuan-kesatuan sosial sesuai dengan suku, agama adat istiadat dan kedaerahan. Secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas, menengah dan bawah. Fenomena-fenomena sosial dan struktur sosial yang ada pada masyarakat Indonesia sangat berkaitan dengan pendidikan sebagaimana telah diuraikan di muka.
a. Pengertian tentang Landasan Sosiologis
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi 4 bidang, yaitu:
*    Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
*    Hubungan kemanusiaan di sekolah.
*    Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
*    Sekolah dalam komunitas.
Kajian sosiologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan diluar sekolah. Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan Orde Baru, telah mengalami banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik baik secara horizontal maupun vertikal masih dapat ditemukan, demikian pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya.
Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan, utamanya dalam bidang pendidikan politik, maka sisi ketunggalan dari “Bhineka Tunggal Ika” makin mencuat. Berbagai upaya yang dilakukan, baik melalui kegiatan jalur sekolah (misalnya dengan mata pelajaran pendidikan moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa, dll) maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 non penataran, dll) telah mulai menumbuhkan benih-benih persatuan dan kesatuan yang semakin kokoh. Berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia.
3. Landasan Kultural
          Saling pengaruh antara pendidikan dengan kebudayaan juga telah dikemukakan ketika membahas kaitan kebudayaan dengan pendidikan. Kebudayaan tertentu diciptakan oleh orang di masyarakat tertentu tersebut atau dihadirkan dan diambil oper oleh masyarakat tersebut dan diwariskan melalui belajar/pengalaman terhadap generasi berikutnya. Kebudayaan seperti halnya sistem sosial di masyarakat merupakan kondisi esensial bagi perkembangan dan kehidupan orang. Proses dan isi pendidikan akan memberi bentuk kepribadian yang tumbuh dan pribadi-pribadi inilah yang akan menjadi pendukung, pewaris, dan penerus kebudayaan, secara ringkas adalah (1) kebudayaan menjadi kondisi belajar, (2) kebudayaan memiliki daya dorong, daya rangsang adanya respon-respon tertentu, (3) kebudayaan memiliki sistem ganjaran dan hukuman terhadap perilaku tertentu sejalan dengan sistem nilai yang berlaku, dan (4) adanya pengulangan pola perilaku tertentu dalam kebudayaan. Tanpa pendidikan budaya dan manakala pendidikan budaya tersebut terjadi tetapi gagal, yang kita saksikan adalah kematian atau berakhirnya suatu kebudayaan.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan / dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun secara formal. Sebaliknya bentuk ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan itu ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat dimana proses pendidikan itu berlangsung.
a. Pengertian tentang Landasan Kultural
Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk menstranmisi kebudayaan kepada generasi penerus, tetapi pendidikan juga berfungsi untuk menstranformasikan kebudayaan agar sesuai dengan perkembangan dan tujuan zaman. Dengan kata lain, sekolah secara seimbang melaksanakan fungsi ganda pendidikan , yakni sebagai proses sosialisasi dan sebagai agen pembaruan. Dalam bidang pendidikan, kedua fungsi tersebut kadang-kadang dipertentangkan, antara penganut pendidikan sebagai pelestarian (teashing a conserving activity).
b. Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Sistem pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia (UU RI No. 2/1978) pasal 1 ayat 2. Karena masyarakat Indonesia sebagai pendukung kebudayaan itu adalah masyarakat yang majemuk, maka kebudayaan bangsa Indonesia tersebut lebih tepat disebut sebagai Kebudayaan Nusantara yang beragam. Puncak-puncak kebudayaan Nusantara itu dan yang diterima sacara nasional disebut kebudayaan nasional. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa indonesia sesuai dengan asas Bhineka Tunggal Ika.
4. Landasan Psikologis
          Pendidikan selalu terkait dengan aspek kejiwaan manusia, sehingga pendidikan juga menggunakan landasan psikologis, bahkan menjadi landasan yang sangat penting, karena yang digarap oleh pendidikan hampir selalu berkaitan dengan aspek kejiwaan manusia. Ketika membahas hakikat manusiapun ada pandangan-pandangan psikologik, seperti behaviorisme, humanisme dan psikologi terdapat cukup banyak. Contoh, tipe-tipe manusia yang dikemukakan oleh Eduard Spranger, ia menyebut ada enam tipe manusia, yaitu manusia tipe teori, tipe ekonomi, tipe keindahan ( seni ), tipe sosial, tipe politik dan tipe religius. Model-model belajar juga dikemukakan oleh para psikolog seperti Skinner, Watson, dan Thorndike. Bahwa manusia mempunyai macam-macam kebutuhan dikemukakan misalnya oleh Maslow. Perkembangan peserta didik dengan tugas-tugas perkembangan terkait dengan pola pendidikan. Sifat-sifat kepribadian dengan tipe-tipenya masing-masing, juga terkait dengan pendidikan. Karakteristik jiwa manusia Indonesia bisa jadi berbeda dengan bangsa Amerika ( Barat ), maka pendidikan menggunakan landasan psikologis.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologi serta Seni
Pendidikan dan IPTEKS mempunyai kaitan yang sangat erat, karena IPTEKS merupakan salah satu bagian dari sisi pengajaran, jadi pendidikan sangat penting dalam rangka pewarisan atau tranmisi IPTEKS, sementara pendidikan itu sendiri juga menggunakan IPTEKS sebagai media pendidikan. IPTEKS yang selalu berkembang dengan pesat harus diikuti terus oleh pendidikan, sebab kalau tidak maka pendidikan menjadi sangat ketinggalan dengan IPTEKS yang sudah berkembang di masyarakat. Cara-cara memperoleh dan mengembangkan ilmu (epistemologi ) dibahas dalam pendidikan, hingga pemanfaatan ilmu bagi umat manusia, kaitan ilmu dengan moral, politik, dan sosial menjadi tugas pendidikan.
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang sangat erat. Pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera memasukkan hasil pengembangan iptek itu ke dalam isi bahan ajaran. Sebaliknya, pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang iptek, utamanya ilmu-ilmu perilaku (psikologi, sosiologi, antropologi).
a. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pengetahuan (Knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi dan wahyu. Pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi ontologis, epistomologis dan aksiologis secara konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu atau ilmu pengetahuan (science); kata sifatnya ilmiah atau keilmuan, sedangkan ahlinya disebut ilmuwan. Dengan demikian, pengetahuan meliputi berbagai cabang ilmu (ilmu sosial/social sciences dan ilmu-ilmu alam/natural sciences), humaniora (seni, fisafat , bahasa, dsb). Oleh karena itu, istilah ilmu atau ilmu pengetahuan itu dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh informasi serta manfaat daari informasi itu.
b. Perkembangan Iptek sebagai landasan Ilmiah
Pengembangan dan pemanfaatan iptek pada umumnya ditempuh rangkaian kegiatan : Penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi dan penerapan teknologi, serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-religius.
Kemampuan maupun sikap ilmiah sedini mungkin harus dikembangkan dalam diri peserta didik. Pembentukan keterampilan dan sikap ilmiah sedini mungkin tersebut secara serentak akan meletakkan dasar terbentuknya masyarakat yang sadar akan iptek dan calon-calon pakar iptek kelak kemudian hari.
6. Landasan Religi
          Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber  dari religi atau agama yang menjadi titik tolak  dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Seseorang yang tidak memahami agama tidak akan mampu mengembangkan pengetahuan yang mereka dapat. Seperti yang kita ketahui ilmu tanpa agama akan menjadi buta, dan agama tanpa ilmu akan menjadi lumpuh. Dalam mengembangkan ilmu yang kita dapatkan, maka peranan agama sangat berpengaruh.Sehingga ajaran agama dan ilmu yang kita dapatkan harus berjalan dengan seimbang. Selain itu ilmu juga bisa kita dapatkan pada kitab suci, seperti umat Hindu dapat mempelajari kitab suci Weda untuk mendapatkan ilmu, dan dapat mengembangkannya sesuai dengan ajaran – ajaran kitab suci tersebut.
7. Landasan Hukum
Landasan Hukum dapat diartikan peraturan buku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan – aturan buku ini, contohnya aturan cara mengajar, cara membuat persiapan, supervisi, yang sebagian besar dikembangkan sendiri oleh para pendidik.Landasan hukum yang dijadikan peraturan buku dalam kegiatan pendidikan meliputi :
*    Pancasila
*    UUD 1945
Pendidikan juga diatur dalam UUD 1945, Dimana menurut UUD 1945 Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan pasal 32. Pasal 31 mengatur tentang pendidikan kewajiban pemerintah membiayai wajib belajar 9 tahun di SD dan SMP, anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD, dan system pendidikan nasional. Sedangkan pasal 32 mengatur tentang kebudayaan.
a. Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional
Undang – Undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan nasional, juga terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum, dasar, fungsi  dan tujuan pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga Negara, orang tua dan masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa pengantar, standar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan dan lain sebagainya.

b. Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang – Undang ini memuat 84 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum, kedudukan fungsi dan tujuan, prinsip profesionalitas, seluruh peraturan tentang guru dan dosen dari kualifikasi akademik, hak dan kewajiban sampai organisasi profesi dan kode etik, sanksi bagi guru dan dosen yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
8. Landasan Histori Pendidikan
          Landasan Histori Pendidikan dapat diartikan dengan Sejarah Pendidikan Dunia. Usia sejarah pendidikan dunia sudah sangat lama yaitu meliputi :
a. Zaman Realisme
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh penemuan – penemuan ilmiah baru, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan dunia pula, berbeda dengan pendidikan – pendidikan sebelumnya yang banyak berikblat pada dunia ide, dunia surge dan akhirat. Realisme menghendaki pikiran yang praktis. Menurut alilran ini, pengetahuan yang benar diperoleh tidak hanya melalui pengindraan semata tetapi juga melalui persepsi pengindraan.
b. Zaman Rasionalisme
Tokoh pendidikan pada zaman ini yaitu John Locke yang pada abad ke- 18. Aliran ini memberikan kekuasaan pada manusia untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya sendiri. Paham ini muncul karena masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat menumbangkan kekuasaan raja perancis yang memiliki kekuasaan absolute. Teorinya yang terkenal adalah Leon tabularasa, yaitu mendidik seperti menulis diatas kertas putih dan dengan kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya manusia digunakan untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan manusia dapat mengarahkan manusia ke hal-hal yang negative, seperti intelektualisme, individualisme dan materialisme.
c. Zaman Naturalisme
Pada abak ke- 18 muncullah aliran Naturalisme sebagai reaksi terhadap aliran Rasionalisme dengan tokohnya J. J. Rousseau. Aliran ini menentang kehidupan yang tidak wajar sebagai akibat Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus, cara hidup yang dibuat – buat sampai pada korupsi, anak – anak dipandang sebagai manusia dewasa yang kecil. Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati. Naturalisme juga menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan – kebutuhannya, dapat menemukan jalan kebenaran didalam dirinya sendiri.
d. Zaman Developmentalisme
Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19. Aliran ini memandang pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini sering disebut gerakan psikologis dalam pendidikan. Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini meliputi :
*    Mengaktualisasi semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat social manusia.
*    Pendidikan adalah pengembangan pembawaan yang disertai asuhan yang baik.
e. Zaman nasionalisme
Zaman Nasionalisme muncul pada abad ke- 19 sebagai upaya membentuk patriot – patriot bangsa dan mempertahankan bangsa dari kaum imperialis. Konsep pendidikan yang ingin diusung oleh aliran ini adalah :
*    Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan Negara
*    Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan

f. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme
Zaman ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah untuk memperkuat kedudukan penguasa atau pemerintahan yang dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang berkuasa yang kemudian mengarah pada individualism. Sedangkan positivism percaya kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera sehinnga kepercayaan terhadap agama semakin melemah.
g. Zaman Sosialisme
Aliran social dalam pendidikan muncul pada abad ke-20 sebagai reaksi terhadap dampak liberalisme, positivisme, dan individualisme. Menurut aliran ini, masyarakat memiliki arti yang lebih penting daripada individu. Nartorp mengatakan individu ibarat atom – atom yang tidak memiliki arti bila tidak berwujud benda. Begitu pula individu sebenarnya tidak ada, sebab individu adalah suatu abstraksi saja dari masyarakat. Karena itu sekolah harus diabdikan untuk tujuan – tujuan nasional.

9. Landasan Ideologi
Ideologi merupakan istilah yang bisa diartikan sebagai sebuah system berpikir ( yang diyakini oleh sekelompok orang ) yang mendasari setiap langkah dan gerak mereka dalam kehidupan sosialnya. Ideologi dapat diartikan pula sebagai sebuah pemahaman tentang bagaimana memandang dunia ( realitas ). Oleh karena itu ideology merupakan landasan bagi pemaknaan realitas. Kata ideology sendiri berasal dari bahasa Yunani  idea ( idea tau gagasan ) dan logos ( studi tentang atau pengetahuan tentang ).
Jadi ideology adalah system gagasan yang mempelajari keyakinan – keyakinan dan hal – hal ideal, asas haluan, dan pandangan hidup.

B. Teori Teori Pendidikan
A.Nana S. Sukmadinata ( 1997 ) mengemukakan 4 ( empat ) teori pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses
Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
b. Pendidikan pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
c. Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
d. Pendidikan interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta.
Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksisosial.
B. Teori pendidikan Robert M Hutchins
1. Teori Nilai
Pengetahuan dan keterampilan belajar apa yang berharga ? apa tujuan pendidikan ? salah saatu ciri pendidikan ideal adalah mengembangkan daya intelektual siswa.hal ini bukan salah satu kebutuhanmendesak, bukan sebuah pendidikan khusus,atau pendidikan profesionalisme, dan bukan juga pendidikan utilitarian.ini adalah pendidikan untuk mengembangkan pikiran.Robert M. Hutchins memiliki prangsaka kuno mendukung 3R ( membaca, menulis, berhitung ) dan seni budaya (liberal art) yang mencoba mendukung pemahaman atas karya terbesar, bawa ras manusia telah dihasilkan.pendidikan harus berkonsentrasi pada pengembangan kemampuan rasional, dimana anak anak harus menerima mata kuliah dasar tertentu yang akan memperkenalkan mereka dengan subtansinya ,baik spritual dan fisik.tujuan utama pendidikan adalah untuk menumbuhkan penalaran manusia.
2. Teori Hakikat Manusia
Fungsi manusia sebagai manusia adalah sama disetiap masyarakat, karena tampilan dan sifatnya sebagai manusia.tujuan sistem pendidikan esensinya sama dari zaman ke zaman dan disetiap masyarakat dimana sistem tersebut dapat eksis.hal ini dimasukan untuk meningkatkan derajat seorang manusia sebagai manusia.manusia esensinya tetap sama dimana mana,karena sifat manusia cenderung konstan.pengakuan atas rasionalitas sebagai ribut manusia tertinggi, ia harus mampu bertindak melebihi insting alam, sesuai dengan tujuan yang sengaja dipilihnya.pria menjadi lebih bebas memang sudah menjadi realitas paling jelas dalam sastra dan sejarah.pengekangan atas kapasitas kecerdasan harus dilarang, karena bertentangan dengan kebebasan berekpresi.rasionalitas mungki menjadi bawaan individu,tetapi harus dikembangkan agar bemanfaat secara optimum.
3. Teori Belajar
Jika memori gagal mengingat suatu fenomena atau peristiwa,ia harus diperkuat melalui pengulangan dan latihan.pendidikan dan pelatihan laksana buku besar.pendidikan harus berusaha mengiring penyesuaian individu,bukan kedunia seperti apa adanya , melainkan kedunia yang benar sesuai dengan peruntukannya.penyesuaian untuk kebenaran adalah tujuan akhir dari belajar.
4. Teori Kematangan
Teori kematangan atau teori maturasi beranjak dari asumsi bahwa perkembangan merupakan proses biologis yang terjadi secara otomatis dan berurutan, berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu.perspektif ini mendorong guru dan keluarga mengasumsikan bahwa anak anak muda akan memperoleh pengetahuan secara alami dan otomatis saat mereka tumbuh secara fisik dan menjadi tua, asalkan sehat .

5. Teori Lingkungan
Teoritisi seperti John Watson, B.F Skinner dan Albert Bandur memberikan kontribusi yang besar terhadap perspektif perkembangan lingkungan.penganut teori ini percaya bahwa segala bentuk dan pengembangannya dianggap sebagai reaksi pembelajar terhadap lingkungan .perspektif ini mendorong banyak keluarga, sekolah, dan guru mengasumsikan bahwa anak anak muda mengembangkan dan memperoleh pengetahuan baru dengan bereaksi terhadap lingkungan mereka.
6. Teori Interdependensi Sosial
Premis dasar dari teori interdependensi sosial,bahwa bentuk saling ketergantungan terstuktur dalam suatu situasi menentukan bagaimana individu berinteraksi antara satu sama lain yang pada gilirannya menentukan hasil yang dicapai.saling ketergantungan positif cenderung mengasilkan interaksi promotif,saling ketergantungan negatif cenderung menghasilkan interaksi oposisi, dan tidak ada saling ketergantungan menyebabkan tidak adanya saling berinteraksi.
7. Teori Pola Interaksi
Lebih dari satu abad terakhir sangat banyak studi koreksi dilakukan oleh berbagai peneliti yang berbeda dengan subjek, usia, mata pelajaran, dan pengaturan yang berbeda ula.jenis pola interaksi yang ditemukan dapat dipetakan kedalam tiga kategori, yaitu kerja sama, kompetitif dan situasi individualistis.

8. Teori Tranmisi
Dalam mana sempit pendidikan bisa berarti mengajar.mengajar berarti mentranmisikan pengetahuan.pengetahuan adalah kebenaran dan yang benar adalah sama di mana mana.oleh karena itu esensi pendidikan harus sama dan sama di mana mana.pelatihan kerja yang terbaik diserahkan kepada praktisi dari pekerjaan itu alias menyerahkan pekrjaan kepada ahlinya.pendidikan mereka menumbuhkan kurukulum umum, seni budaya, dan menawarkan sedikit atau tidak ada kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan yang berkaitan dengan kepentingan dan tujuan mereka.dengan mempelajari ide ide besar masa lalu, terbuka peluang yang lebih baik untuk mengahadapi masa depan.
9. Teori Masyarakat
Keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, media komunikasi dan kelompok relawan suka rela ambil bagian dalam pendidikan.tindakan itu bisa kebetulan dan bisa juga didesain.kegiataan pendidikan yang diklakukan seringkali tidak tampak disekolah melainkan muncul sebagai kehidupan nyata atau berupa animasi masyarakat.sistem masyarakat dan praktek persekolahan tidak cukup berpengaruh pada pembentukan karakter umum seharusnya.keluarga menerapkan pendidikan moral yang diberikan secara nyata,wahana pembentukan sebuah masyarakat yang demokratis.memang sekolah pun menjadi wahana menanamkan reformasi sosial.dalam keangka ini memang bukan tugas sekolah menggerakan reformasi sosial kepada kelembagaan politik tertentu.demokrasi akan maju karena orang orang yang berpendidikan dan bukan karena mereka yang telah diajarkan untuk bertindak radikal bagi reformasi sosial.
C. Empat teori utama mewakili pandangan para ahli dibidang pendidikan, yaitu :
1. Teori Fungsionalis
Teori fungsionalis berfokus pada cara cara pendidikan melayani kebutuhan masyarakat secara universal, khususnya peserta didik atau siswa.Durkhiem merupakan fungsionalis pertama melihat pendidikan dalam mewujudkan peran :penyampaian pengetahuan dan ketrampilan dasar ke generasi berikutnya.pendiri teori fungsionais ini mengidentifikasikan peran laten pendidikan sebagai salah satu sosialisasi individu kedalam engarusutamaan atau mainstreaming masyarakat,hal ini disebut olehnya pendidikan moral yang membantu pembentukan struktur sosial yang kohesif dengan cara menyatukan orang orang dari latar belakang, seperti suku, ras, kebudayaan, agama, dan status sosial ekonomi.
2. Teori Konflik
Teori konflik melihat tujuan pendidikan sebagai upaya menjaga kesenjangan sosial dan melestarikan kekuasaan orang orang yang mendominasi masyarakat.teori konflik untuk beberapa aspek melihat fungsi pendidikan sama dengan alur yang dianut oleh fungsionalias.fungsionalis melihat pendidikan sebagai kontribusi yang menguntungkan masyarakat yang teratur, namun teori konflik melihat sistem pendidikan sebagai mengekalkan ststus que dengan cara mengumpulkan  kelas bawah menjadi pekerja yang patuh.
3. Teori Interaksionis Simbolis
Fokus teori interaksionis simbolis membatasi analisis pendidikan dengan secara langsung mengamati apa yang terjadi didalam kelas.mereka berfokus kepada bagaimana ekspetasi guru mempengaruhi kinerja, persepsi dan sikap siswa.Robert Rosenthal dan Lenore Jacobson melakukan studi penting untuk pendekatan ini pada tahun 1968.pertama mereka meneliti sekolompok mahasiswa dengan melakukan tes kecerdasan intelektual atau IQ standar.para peneliti kemudian mengidentifikasi sejumlah mahasiswa yng memprediksikan diri mereka kemungkinan akan menunjukan peningkatan tajam dalam kemampuan tahun tahun yang akan datang.
4. Teori Rekontruksionis
Reformasi terbaik adalah reformasi masyarakat untuk dunia yang lebih baik.agaknya ini menjadi preposisi dasar penganut teori  rekontruksionis.teori rekontruksionis dikemukakan oleh George Count dan Theodore Brameld.Theodore Brameld (1904-1987) adalah pendiri rekontruksionisme sosial sebagai reaksi terhadap realitas perang dunia II.dia mengakui ada potensi yang bertentangan.disatu sisi teknologi digunakan untuk membantai manusia teknologi secara kejam.disisi lain ada kemampuan menciptakan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat dan kasih sayang umat manusia.George Count (1889-1974) mengakui bahwa pendidikan adalah cara paling tepat untuk mempersiapkan orang menciptakan tatanan sosial baru ini.inilah esensiteori rekontruksionalis sosial.
D. Selain dari teori-teori tersebut, berikut akan dijelaskan teori teori pendidikan yang berasal dari barat.
1. Teori Koneksionisme
Edward Lee Thorndike adalah tokoh psikologi yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap berlangsungnya proses pembelajaran. Teorinya dikenal dengan teori Stimulus-Respons. Menurutnya, dasar belajar adalah asosiasi antara stimulus (S) dengan respons (R). Stimulus akan memberi kesan kepada panca indra, sedangkan respons akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Asosiasi seperti itu disebut Connection. Prinsip itulah yang kemudian disebut sebagai teori Connectionism.
Pendidikan yang dilakukan Thorndike adalah menghadapkan subjek pada situasi yang mengandung problem. Model eksperimen yang ditempuhnya sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan kucing sebagai objek penelitiannya. Kucing dalam keadaan lapar dimasukkan ke dalam kandang yang dibuat sedemikian rupa, dengan model pintu yang dihubungkan dengan tali. Pintu tersebut akan terbuka jika tali tersentuh/tertarik. Di luar kandang diletakkan makanan untuk merangsang kucing agar bergerak ke-luar. Pada awalnya, reaksi kucing menunjukkan sikap yang tidak terarah, seperti meloncat yang tidak menentu, hingga akhirnya suatu saat gerakan kucing menyentuh tali yang menyebabkan pintu terbuka.
Setelah percobaan itu diulang-ulang, ternyata tingkah laku kucing untuk keluar dari kandang menjadi semakin efisien. Itu berarti, kucing dapat memilih atau menyeleksi antara respons yang berguna dan yang tidak. Respons yang berhasil untuk membuka pintu, yaitu menyentuh tali akan dibuat pembiasaan, sedangkan respons lainnya dilupakan. Eksperimen itu menunjukkan adanya hubungan kuat antara stimulus dan respons.
Thorndike merumuskan hasil eksperimennya ke dalam tiga hukum dasar (Suwardi, 2005: 34-36), sebagai berikut:
a. Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)
Hukum ini memberikan keterangan mengenai kesiapan seseorang merespons (menerima atau menolak) terhadap suatu stimulan. Pertama, bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, pelaksanaannya akan memberi kepuasan baginya sehingga tidak akan melakukan tingkah laku lain
Kedua, bila seseorang siap melakukan suatu tingkah laku tetapi tidak dilaksanakan, maka akan timbul kekecewaan. Akibatnya, ia akan melakukan tingkah laku lain untuk mengurangi kekecewaan. Contoh peserta didik yang sudah belajar tekun untuk ujian, tetapi ujian dibatalkan, ia cenderung melakukan hal lain (misalnya: berbuat gaduh, protes) untuk melampiaskan kekecewaannya.
Ketiga, bila seseorang belum siap melakukan suatu perbuatan tetapi dia harus melakukannya, maka ia akan merasa tidak puas. Akibatnya, orang tersebut akan melakukan tingkah laku lain untuk menghalangi terlaksananya tingkah laku tersebut.
Keempat, bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku dan tetap tidak melakukannya, maka ia akan puas.
b. Hukum Latihan (The Law of Exercise)
Hukum ini dibagi menjadi dua, yaitu hukum penggunaan (the law of use), dan hukum bukan penggunaan (the law of disuse). Hukum penggunaan menyatakan bahwa dengan latihan berulang-ulang, hubungan stimulus dan respons akan makin kuat. Sedangkan hukum bukan penggunaan menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons akan semakin melemah jika latihan dihentikan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prinsip utama belajar adalah pengulangan. Makin sering suatu pelajaran diulang, akan semakin banyak yang dikuasainya. Sebaliknya, semakin tidak pernah diulang, pelajaran semakin sulit untuk dikuasai.
c. Hukum Akibat (The Law of Effect)
Hubungan stimulus-respons akan semakin kuat, jika akibat yang ditimbulkan memuaskan. Sebaliknya, hubungan itu akan semakin lemah, jika yang dihasilkan tidak memuaskan. Maksudnya, suatu perbuatan yang diikuti dengan akibat yang menyenangkan akan cenderung untuk diulang. Tetapi jika akibatnya tidak menyenangkan, akan cenderung ditinggalkan atau dihentikan. Hubungan ini erat kaitannya dengan pemberian hadiah (reward) dan sanksi (punishment).
2. Teori Classical Conditionins
Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov, warga Rusia yang hidup pada tahun 1849-1936. Teorinya adalah tentang condi¬tioned reflects. Pavlov mengadakan penelitian secara intensif mengenai kelenjar ludah. Penelitian yang dilakukan Pavlov menggunakan anjing sebagai objeknya. Anjing diberi stimulus dengan makanan dan isyarat bunyi, dengan asumsi bahwa suatu ketika anjing akan merespons stimulan berdasarkan kebiasaan.
Ketika akan makan, anjing mengeluarkan liur sebagai isyarat dia siap makan. Percobaan itu diulang berkali-kali, dan pada akhirnya percobaan dilakukan dengan memberi bunyi saja tanpa diberi makanan. Hasilnya, anjing tetap mengeluarkan liur dengan anggapan bahwa di balik bunyi itu ada makanan. Lewat penemuannya, Pavlov meletakkan dasar behaviorisme sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi berbagai penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori belajar.
Prinsip belajar menurut Pavlov adalah sebagai berikut:
*    Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan / mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kurang dengan perangsang yang lebih lemah.
*    Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
*    Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme / individu.
*    Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.
*    Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.

3. Pembiasaan Perilaku Respon (operant conditioning)
Teori pembiasaan perilaku respon (operant conditioning) pencipta nya bernama Burhus Fredic Skimer (lahir tahun 1904 ) seorang penganut behaviorism yang dianggap kontroversial. Tema yang mewarnai karyanya adalah bahwa tingkah Laku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri(Bruno,1987)

4.   Teori Pendekatan Kognitif
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting bagi sains kognitif yang telah memberi konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi. Pendidikan sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer, linguistik, intelegensi buatan matematika, epistemology dan neuropsychological/psikologi syaraf.Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif tingkah laku manusia tampak tidak dapat diukur dan diterbangkan tanpa melibatkan proses mental seperti; motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
5.Teori Kognitive ( Gestalt Field )
Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi Kognitif. Teori ini berbeda dengan Behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalh mengetahui dan bukan respons. Teori ini menekankan pada peristiwa mental, bukan hubungan Stimulus-respons.
Teori Gestalt,
berkembang dijerman dengan pendirinya yang utama adalah Max Werthaimer, menurut Gestalt belajar siswa harus memahami makna hubungan anatar satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar adalah mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu.Teori medan atau Field, menurut teori ini individu selalu berada dalam suatu medan atau ruang hidup. Dalam medan hidup ini ada suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu ada hambatan.Jadi perbedaan pandangan antara pendekatan Behavioristik dengan Kognitif adalah sebagai berikut :
*    Proses atau peristiwa belajar seseorang, bukan semata-mata antara ikatan Stimulus, Respons, melainkan juga melibatkan proses kognitif
*    Dalam peristiwa belajar tertentu yang sangat terbatas ruang lingkupnya misalnya belajar meniru sopan santun dimeja makan dan bertegur sapa. Peranan ranah cipta siswa tidak begitu menonjol, meskipun sesungguhnya keputusan untuk meniru atau tidak ada pada diri orang itu sendiri.

Aliran-aliran dalam pendidikan yang sampai saat sekarang ini terus berkembang.Pendidikan di pandang mempunyai peran penting dan besar manfaatnya dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak, pendidikan merupakan usaha sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan peserta didik.Sejarah pendidikan mempunyai pandangan dan teori tentang bagaimana perkembangan kehidupan itu berlansung.Teori-teori ini tersebut antara  adalah :
*    Emperisme ( pengalaman )
*    Nativisme  ( terlahir )
*    Naturalisme ( alam )
*    Konvergensi ( pertemuan )
Sampai saat ini teori atau aliran-aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan – pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
A. Emperisme
Emperisme berasal dari bahasa latin yaitu “ empericus “ artinnya  ” pengalaman “ aliran ini dinamakan juga dengan “ tabularasa” artinya meja berlapis lilin yang belum ada tulisan diatasnya atau dengan kata lain sesorang dilahirkan seperti kertas kosong, maka pendidikanlah yang menulisnya. Aliran ini menganggap bahwa perkembangan seorang anak seratus persen ditentukan oleh lingkungan atau kepada pengalaman-pengalamannya yang didapat dalam hidupnya.
Teori ini menyimpulkan bahwa manusia dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentunkan oleh dunia luar, sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam tidak memberikan apa-apa dalam kehidupan. Oleh karena itu aliran ini juga disebut dengan aliran yang optimisme dalam pendidikan.Teori emperisme menyatakan bahwa hasil pendidikan dan perkembangan tergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari dunia luar, tokoh aliran ini Jhon Locke (1623-1704), seorang filosof bangsa Inggris.Ada beberapa pendapat Locke yaitu :
*    Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa Innate itu tidak ada. Memang agak umum orang beranggapan Innate itu ada. Sebenarnya kenyataan telah cukup megajarkan kita bagaimana pengetahuan itu datang, yakni melalui daya-daya yang alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan.
*    Persetujuan umum adalah argument yang kuat, dan umum tidak mengakui innate idea. Bagaimana kita mengatakan innate idea itu ada, padahal umum tidak mengakui adanya.
*    Pesetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.
*    Bukti-bukti yang menyatakan adanya innate idea justru saya jadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
*    Tidak juga dicetakkan ( distempelkan ) pada jiwa sebab pada anak idiot, idea yang innate itu tidak ada. Padahal anak normal dan idiot sama-sama berfikir.
Pandangan tabularasa dari Jhon Locke merupakan epistemology yang terkenal.Tabularasa yang digambarkan sebagai keadaan jiwa adalah pandangan epistemology yang terkenal. Dalam istilah ini Jhon Locke menggunakan tiga istilah : sensasi (sensation), disebut inderawi: idea-idea ( ideas ), berupa persepsi atau pemikiran atau pengertian yang tiba-tiba tentang suatu objek; dan sifat ( cuality ), seperti merah, bulat, dan berat.Pendidikan bergantung pada dunia luar yang umumnya disebut lingkungan, lingkingan itu terbagi kepada dua:
*    Lingkungan hidup, yaitu berupa manusia, hewan, dan tumbuhan.
*    Lingkungan mati, yaitu berupa benda-benda mati seperti  air, batu.
Menurut aliran emperisme, mendidik manusia menurut kehendak pendidik dan juga lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku yang ada lima aspek yaitu, sosiologis, historis, georafis, cultural, dan psikologis.
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulant-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan.Adakah hal-hal yang membatasi kemungkinan pendidikan itu? Ada,yaitu situasi lingkungan. Makin baik lingkungan makin baik pula perkembangan seorang anak. Demikian pula sebaliknya.
B. Nativisme
Nativisme berasal dari bahsa latin yaitu kata “ nativus” artinya “terlahir”. Seorang akan berkembang berdasarkan apa yang dibawanya dari lahir. Hasil akhir perkembangan dan pendidikan manusia ditentukan oleh pembawaan dari lahir. Pembawaan itu ada baik dan dan buruk. Oleh karena itu sesorang akan berkembang dengan pembawaan baik dan maupun pembawaan buruk yang dibawanya dari lahir. Lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan tidak berdaya sama sekali dalam mempengaruhi perkembangan anak selanjutya. Ia berkata, “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik”.Pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan sesorang dan  tidak akan ada gunanya untuk untuk perkembangannya. Oleh karena itu aliran ini merupakan pesimis dalam pendidikan (Pesimisme). Adapun hasil pendidikan itu 100% tergantung kepada pembawaan, karena itu aliran ini berpendapat bahwa pembawaan maha kuasa dalam pendidikan. Pelopor aliran ini ialah Schopenhauer seorang filosof bangsa jerman yang hidup ditahun 1788 – 1880. Dia berpendapat mendidik membiarkan seseorang bertumbuh berdasarkan Pembawaannya dan bayi lahir dengan pembawaan baik dan buruk.
Menurut Ali Rajab (1961) menyebutkan bahwa ada lima pembawaan yang biasa diwariskan orang tua kepada anaknya yaitu :

*    Pewarisan bersifat jasmaiah seperti warna kulit, bentuk tubuh.
*    Pewarisan bersifat intelektual seperti kecerdasan dan kebodohan.
*    Pewarisan bersifat tingkah laku.
*    Pewarisan bersifat alamiah ( Internal )
*    Pewarisan bersifat sosiologis.
Dengan demikian dapat disimpulkan perkembangan manusia dalam kehidupan bermasyarakat tergantung kepada pembawaannya.
Aliran nativisme bertolak dari Leinnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang  berpengaruh terhadap pendidikan anak.
C. Naturalisme
Naturalisme berasal dari bahasa latin “ Nature” yang berarti  “ Alam”, tabiat aliran ini dinamakan juga Negativisme yang meragukan pendidikan untuk berkembangnya sesorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri utama aliran ini dalam mendidik sesorang kembalilah ke alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik.Teori ini dikemukakan oleh J.J Rousseau, seorang filosof dari bangsa Perancis ( 1712-1778 ), dia berpendapat dalam bukunya Emile bahwa : “ Semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang Pencipta, tapi semua jadi buruk ditangan manusia ”.
Aliran ini juga berpendapat bahwa pendidik hanya yang wajib membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sedirinya, diserahkan selanjutnya kepada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan.Menurut Rousseau, pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak, dan dijauhkan dari hal yang bersifat dibuat-buat ( artificial) dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala yang baik sebagai yang telah dberikan oleh sang Pencipta karena pendidikan hanya akan merusak pembawaan yang baik tadi.Ciri utama aliran ini daam mendidik, yaitu seseorang kembalilah ke alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh dan pembawaan yang baik itu berkembang dengan spontan.
D. Konvergensi
Konvergensi berasal dari bahasa Inggris ( convergence ) artinya pertemuan pada suatu titik. Aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara Nativisme dengan Empirisme. Perkembangan sesorang tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi perkembangan seseorang, pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh lingkungan, hendaknya para pendidik dapat menciptakan suatu lingkungan yang tepat dan cukup kaya atau beraneka ragam, agar pembawaan dapat berkembang semaksimal mungkin.
Aliran konvergensi dipelopori oleh William Stern ( 1871-1937 ), ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama – sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
Pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata, itu adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbahasa, melalui situasi lingkungannya anak belajar berbahasa, karena itu semua manusia mampu berbahasa. Pada hewan tidak ada pembawaan bahasa dengan kata-kata; karena itu tidak terdapat seekor hewan pun yang dapat berbahasa dengan kata-kata yang penuh dengan pengertian seperti pada makhluk manusia.
William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu bergantung pada pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesuatu titik pertemuan.Karena itu W. Stern disebut aliran ( teori ) konvergensi yang mana artinya memusat kesuatu titik. Jadi menurut teori konvergensi:
*    Pendidikan mungkin diberikan;
*    Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan itu sendiri;
*    Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada lingkungan anak  didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah beerkembangnya pembawaan buruk.
Teori konvergensi ini disempurnakan oleh MJ. Langeveld dengan menyebutkan empat sifat pokok manusia:
*    Azaz biologi, maksudnya adalah, bahwa manusia itu adalah makhluk hidup sehingga dengan hidup itulah memugkinkan terjadinya perkembangan.
*    Azaz kebutuhan pertolongan;maksudnya adalah, bahwa sesuatu yang dilahirkan manusia sangatlah tidak berdaya.
*    Azaz keamanan; maksudnya adalah, bahwa anak manusia itu memerlukan rasa aman dan perlindungan dari orang tuanya dengan perlindungan dan keamanan itulah anak dapat berkembang dengan normal.
*    Azaz expiorasi, maksudnya adalah dalam perkembagan sesorang bukan hanya menerima saja tetapi dia juga aktif mencari dan menjelajah serta menemukan sendiri segala sesuatu.
6. Behaviorisme   
Kerangkah kerja teori pendidikan behaviorisme adalah empirisme. Asumsi filosofis dari behaviorisme adalah nature of human being (manusia tumbuh secara alami). Latar belakang empirisme adalah How we know what we know (bagaimanah kita tahu apa yang kita tahu). Menurut paham ini pengetahuan pada dasarnya diperoleh dari pengalaman (empiris). Aliran behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimanah lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa prilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. Jadi, berdasarkan teori behaviorisme pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan. Tokoh aliran behaviorisme antara lain : Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie, dan Thorndike.
7. Kognitivisme.
Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis yaitu the way in which we learn (Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran) inilah yang disebut dengan filosofi rationalisme. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan. Teori kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimanah orang-orang berpikir. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.karena menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Jadi, menurut teori kognitivisme pendidikan dihasilkan dari proses berpikir. Tokoh aliran Kognitivisme antara lain : Piaget, Bruner, dan Ausebel.
8. Konstruktivisme.
Menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehinggah mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peranan siswa. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. Menurut teori ini juga perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan pemikiran tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai bagaimana caranya belajar. Dengan itu ia bisa menjadi pembelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan dalam kehidupan. Tokoh aliran ini antara lain : Von Glasersfeld, dan Vico )
9. Humanistik
Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk ,memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain si pembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Menurut aliran Humanistik para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapah psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan belajar. Secara singkat pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri,menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik belajar dianggap berhasil apabila pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Akhirnya , dapat disimpulkan pendidkan merupakan syarat mutlak apabila manusia ingin tampil dengan sifat-sifat hakikat manusia yang dimilikinya. Dan untuk bisa bersosialisasi antar sesama manusia inilah manusia perlu pendidikan. Definisi tentang pendidikan banyak sekali ragamnya dengan definisi yang satu dapat berbeda dengan yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh sudut pandang masing-masing. Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandunga banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak ada satu batasan pun secara gamblang dapat menjelaskan arti pendidikan. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam dan kandungannya dapat berbeda yang satu dengan yang lain. Perbedaan itu bisa karena orientasinya, konsep dasar yang digunakannya, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. Yang terpenting dari semua itu adalah bahwa pendidikan harus dilaksanakan secara sadar, mempunyai tujuan yang jelas, dan menjamin terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik.



10. Teori Pendidikan Perdamaian
Pendidikan untuk perdamaian secara tradisional dikemas kedalam dua ranah, yaitu negatif dan positif.perbedaan ini dapat dilihat dari inisiatif perdamaian dengan jalan stategi kekuataan penyelesaian konflik mereka yang bersengketa dan pembangunan perdamaian dengan jalan mencoba memotivasi siswa ingin menjadi damai.pendidikan perdamaian itu bersifat posiftif dan negatif.pendidikan perdamaian negatif mencoba memadamkan api sementara pendidikan perdamaian positif mencoba untuk menghentikan kebakaran atau konflik.













BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan sangatlah penting didalam kehidupan kita, ada beberapa landasan yang mendukung pendidikan tersebut. Landasan pendidikan disini mempunyai arti sebagai titik tumpu atau titik tolak dalam mewujudkan pendidikan tersebut. Landasan pendidikan disini mempunyai tujuan yaitu Mengarahkan peserta didik agar mampu melaksanakan berbagai peran sesuai dengan statusnya, berdasarkan nilai nilai dan norma norma yang berlaku yang telah diakui. Ada beberapa jenis jenis landasan pendidikan yang mendukung pendidikan yaitu :
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, misalnya apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, dan apa tujuan pendidikan itu.
b. Landasan Sosiologi
Landasan Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.
c. Landasan Kultural
Landasan kultural berfungsi untuk menstranmisi kebudayaan kepada generasi penerus, tetapi pendidikan juga berfungsi untuk menstranformasikan kebudayaan agar sesuai dengan perkembangan dan tujuan zaman.
d. Landasan llmiah dan Teknologi serta Seni
Landasan Ilmiah dan Teknologi serta seni merupakan segala sesuatu pendidikan itu yang diperoleh melalui berbagai cara penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio).
e. Landasan religius
landasan religius pendidikan yaitu asumsi-asumsi yang bersumber  dari religi atau agama yang menjadi titik tolak  dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
f. Landasan Hukum
landasan hukum dapat diartikan peraturan buku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
g. Landasan Histori
landasan histori Pendidikan dapat diartikan dengan Sejarah Pendidikan Dunia.Landasan histori ini menjelaskan pendidikan pada zaman – zaman sejarah, yaitu Zaman realism, rasionalisme, naturalisme, developmentalisme, nasionalisme, liberalisme, positivisme, individualisme, sosialisme
h. Landasan Ideologi
Landasan ideology adalah landasan yang mempelajari keyakinan – keyakinan dan pandangan hidup.

Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkunganPendidikan bisa disimpulkan sebagai proses yang dilakukan untuk mendewasakan manusia agar bisa bertanggung jawab dalam segala kewajibannya baik sebagai individu maupun makhluk social.
A. Nana S. Sukmadinata ( 1997 ) mengemukakan 4 ( empat ) teori pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan klasik
2. Pendidikan pribadi
3. Teknologi pendidikan
4. Pendidikan interaksional
B. 9 Teori pendidikan Robert M Hutchins
1. Teori Hakikat Manusia
2. Teori Nilai
3. Teori Belajar
4. Teori Kematangan
5. Teori Lingkungan
6. Teori Interdependensi Sosial
8. Teori Tranmisi
9. Teori Masyarakat
C. Empat teori utama mewakili pandangan para ahli dibidang pendidikan, yaitu :
1. Teori Fungsionalis
2. Teori Konflik
3. Teori Interaksionis Simbolis
4. Teori Rekontruksionis

D. Selain dari teori-teori tersebut, berikut akan dijelaskan teori teori pendidikan yang berasal dari barat.
1. Teori Koneksionisme
a. Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)
b. Hukum Latihan (The Law of Exercise)     
c. Hukum Akibat (The Law of Effect)
2. Teori Classical Conditionins
3. Pembiasaan Perilaku Respon (operant conditioning)
4.   Teori Pendekatan Kognitif
5.Teori Kognitive ( Gestalt Field )
A. Emperisme
B. Nativisme
C. Naturalisme
D. Konvergensi
6. Behaviorisme
7. Kognitivisme.
8. Humanistik
9. Konstruktivisme.
10. Teori Pendidikan Perdamaian.



B. Saran
Saya selaku penulis mengharapakan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan kata dalam penulisan ini. Kritik dan saran yang membangun akan menjadikan saya lebih baik ke depannya dalam penulisan makalah.harapan saya dengan ditulisnya makalah ini bisa berguna bagi kita semua untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dibidang pengantar pendidikan.kurang dan lebihnya tentang makalah ini saya selaku penulis meminta maaf yang sebesar besarnya.






DAFTAR PUSTAKA
Tirtaraharja,Umar.2005.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT.Rineka Cipta
Parsono.1990.Landasan Kependidikan.Jakarta: Universitas Terbuka,Depdikbud
Abdullah,Abdurrahman Saleh.2007.Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran.Jakarta: PT. Rineka Cipta
Syah, Muhibbin. 2008.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
Syaripudin,Tatang.2006.Landasan Pendidikan.Bandung: Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurani,Soyomukti.2010.Teori-Teori Pendidikan.Yogyakarta: Ar-ruzzmedia
Surya, Muhammad.2004.Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Rohman, Arif.2009.Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: Mediatama
Setyamidjaja, Djoehana.2002.Landasan Ilmu Pendidikan.Bogor: Universitas Pakuan Bogor
Sukardjo,Komarudin Ukim.2009. Landasan Pendidikan.Jakarta: Rajawali Pers Jakarta.
Idris,Zahara.1987.Dasar-Dasar Kependidikan.Padang:Angkasa Raya
Nelwati,Samsi.2006.Dasar-Dasar Kependidikan.Padang:IAIN Press
S, Nasution.2004.Didaktik Asas-asas Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.
Danim,Sudarman.2010.Pengantar kependidikan.Bandung:Alfabeta Cv

Website :
http: // mjeschool.multjay.com/jurnal/item/36
http://sudionokps.wordpress.com/2008/07/20/landasan-landasan-pendidikan/

http:/dhamincitta/forum/index.php

1 komentar: