BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir
semua orang dikenali pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima
pendidikan dari orang tuanya, dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan
berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitupula di sekolah dan
perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh dosen dan para guru.
Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang
membutuhkan pendidikan.
Pendidikan
sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemik selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah
asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena
pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat
suatu bangsa tertentu. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan
membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan
yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan
dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan
program pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan memberikan perspektif yang
lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional
tentang landasan dan asas pendidikan tersebut selalu diarahkan pula pada upaya
dan permasalahan penerapannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Apa
sajakah landasan-landasan pendidikan ?
2. Apa
sajakah teori-teori pendidikan ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui apa sajakah landasan-landasan pendidikan.
2. Untuk
mengetahui apa sajakah teori-teori pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Landasan Pendidikan
1. Landasan Filosofis
Landasan
filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, misalnya apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan,
dan apa tujuan pendidikan itu. Pembahasan mengenai semua ini berkaitan dengan
pandangan filosofis tertentu. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal sampai
seakar-akarnya, menyeluruh dan konseptual, yang menghasilkan konsep-konsep
mengenai kehidupan dan dunia. Landasan filosofis terhadap pendidikan dikaji
terutama melalui filsafat pendidikan, yang mengkaji pendidikan dari sudut
filsafat. Misalnya mungkinkah pendidikan diberikan kepada manusia, apakah
pendidikan bukan merupakan keharusan, mengapa? Kemungkinan pendidikan diberikan
kepada manusia bahkan harus diberikan, berkaitan dengan pandangan mengenai
hakikat manusia. Bahasan mengenai
hakikat manusia itu, dapat dijawab melalui kajian filosofis. Pendidikan itu
mungkin diberikan dan bahkan harus, karena manusia adalah makhluk
individualitas, makhluk sosialitas, makhluk moralitas, makhluk personalitas,
makhluk budaya, dan makhluk yang belum jadi. Essensialisme, perenialisme,
pragmatisme, progresivisme, rekonstruksionalisme, dan pancasila adalah
merupakan aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi pandangan, konsep dan
praktik pendidikan.
a. Essensialisme
Essensialisme
merupakan aliran atau mazab pendidikan yang menerapkan filsafat idealisme dan
realisme secara eklektis. Aliran ini mengutamakan gagasan-gagasan yang
terpilih, yang pokok-pokok, yang hakiki ( essensial ), yaitu liberal arts. Yang
termasuk the liberal arts adalah bahasa, gramatika, kesusasteraan, filsafat, ilmu
kealaman, matematika, sejarah dan seni.
Aliran
tersebut dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah formal adalah adanya
penetapan berbagai mata pelajaran yang disajikan atau dituangkan dalam
kurikulum sekolah. Namun demikian hal tersebut tidak berarti memisahkan antar
mata pelajaran tetapi semuanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Pembagian dalam berbagai mata pelajaran tersebut dapat memudahkan dan membantu
siswa untuk mempelajari dan memahami tahap demi tahap, yang pada akhirnya
menyeluruh (holistik). Karena semua mata pelajaran tersebut diperlukan oleh
manusia dalam menjalani kehidupannya sebagai makhluk sosial
b. Perenialisme
Perenialisme
hampir sama dengan essensialisme, tetapi lebih menekankan pada keabadian atau
ketetapan atau kehikmatan ( perennial = konstan ). Ada persamaan antara
perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum tradisional
yang berpusat pada mata pelajaran yang pokok-pokok (subject centered).
Perbedaannya
ialah pernialisme menekankan keabadian teori kehikmatan, yaitu:
Pengetahuan
yang benar (truth).
Keindahan
(beauty).
Kecintaan kepada kebaikan (goodness).
Juga
sebaliknya kurikulum bersifat wajib dan berlaku umum, yang harus mencakup
Bahasa
Matematika
Logika
Ilmu
Pengetahuan Alam
Sejarah
Dalam aliran ini menggambarkan
pendidikan menekankan pentingnya penanaman nilai kebenaran, keindahan,
kebaikan. Hal ini juga sesuai dengan relaitas kehidupan manusia yang di dalam
dirinya selalu condong kepada kebaikan dan kebenaran yang bisa diterima oleh
masyarakat umum. Jika hal tersebut tidak tampak dalam penyelenggaraan
pendidikan maka akan tidak bisa diterima dan menimbulkan pro dan kontra.
c. Pragmatisme dan Progresivisme
Pragmatisme
merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai
dari segi nilai kegunaan praktis. Pragmatisme aliran filsafat yang menekankan
pada manfaat atau kegunaan praktis. Penerapan konsep pragmatisme secara
eksperimental melalui 5 tahap, yaitu:
Situasi
tak tentu.
Diagnosis.
Hipotesis.
Pengujian
Hipotesis.
Evaluasi
Progresivisme
(gerakan pendidikan progresif) mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan
diri pada beberapa prinsip, antara lain : Anak harus bebas untuk dapat
berkembang secara wajar. Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk
merangsang minat belajar. Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing
kegiatan belajar. Sekolah progresif harus merupakan suatu laboratorium untuk
melakukan reformasi pedagosis dan eksperimentasi.
Aliran
ini pada hakekatnya mengajarkan kepada pendidik dan penyelenggara pendidikan
untuk mendidik bagaimana berpikir kritis, sistematis, ilmiah dan mampu menguji
kebenaran dalam ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah. Karena kebenaran yang
ada itu bisa bersifat relatif bahkan bisa menjadi salah jika ditemukan teori yang
baru.
d. Rekonstruksionisme
Aliran
rekonstruksionisame merupakan kelanjutan dari progresivisme. Mazab ini
berpandangan bahwa pendidikan/ sekolah hendaknya memelopori melakukan
pembaharuan kembali atau merekonstruksi kembali masyarakat agar menjadi lebih
baik. Karena itu pendidikan/sekolah harus mengembangkan ideologi kemasyarakatan
yang demokratis.
e. Pancasila
Bahwa
pancasila merupakan aliran filsafat tersendiri yang dijadikan landasan
pendidikan, bagi bangsa Indonesia dituangkan dalam Undang-undang pendidikan
yang berlaku. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas).Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa Pendidikan Nasional
bedasarkan Pancasila dan UUD 45. Sedangkan Ketetapan MPR RI No. 11/MPR/1987
tetang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) menegaskan bahwa
Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara Republik
Indonesia. P4 atau Ekaprasetya Pancakarsa sebagai petunjuk operasional
pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang
pendidikan . Perlu ditegaskan bahwa Pengamalan Pancasila itu haruslah dalam
arti keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam Pancasila itu, sebagai yang
dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 , yakni Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam Buku I Bahan Penataran P4
dikemukakan bahwa Ketetapan MPR RI No. 11/MPR/1989 tersebut diatas memberi
petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima sila dari Pancasila.
2. Landasan Sosiologis
Pada
bagian depan telah dikemukakan bahwa manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lain. Kajian-kajian sosiologis telah dikemukakan pada waktu membahas
hakikat masyarakat. Masyarakat dengan berbagai karakteristik sosiokultural
inilah yang juga dijadikan landasan bagi kegiatan pendidikan pada suatu masyarakat
tertentu. Bagi bangsa Indonesia, kondisi sosiokultural bercirikan dua, yaitu
secara horisontal ditandai oleh kesatuan-kesatuan sosial sesuai dengan suku,
agama adat istiadat dan kedaerahan. Secara vertikal ditandai oleh adanya
perbedaan-perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas, menengah dan bawah.
Fenomena-fenomena sosial dan struktur sosial yang ada pada masyarakat Indonesia
sangat berkaitan dengan pendidikan sebagaimana telah diuraikan di muka.
a. Pengertian tentang Landasan
Sosiologis
Sosiologi
pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola
interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiologi pendidikan meliputi 4 bidang, yaitu:
Hubungan
sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
Hubungan
kemanusiaan di sekolah.
Pengaruh
sekolah pada perilaku anggotanya.
Sekolah
dalam komunitas.
Kajian
sosiologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan,
baik pendidikan sekolah maupun pendidikan diluar sekolah. Masyarakat Indonesia
setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan Orde Baru, telah
mengalami banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan
ciri-ciri unik baik secara horizontal maupun vertikal masih dapat ditemukan,
demikian pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum
terhapus seluruhnya.
Namun
dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat Indonesia serta dengan
kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan, utamanya dalam bidang pendidikan
politik, maka sisi ketunggalan dari “Bhineka Tunggal Ika” makin mencuat.
Berbagai upaya yang dilakukan, baik melalui kegiatan jalur sekolah (misalnya
dengan mata pelajaran pendidikan moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan
bangsa, dll) maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan
P4 non penataran, dll) telah mulai menumbuhkan benih-benih persatuan dan
kesatuan yang semakin kokoh. Berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak
mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia.
3. Landasan Kultural
Saling
pengaruh antara pendidikan dengan kebudayaan juga telah dikemukakan ketika
membahas kaitan kebudayaan dengan pendidikan. Kebudayaan tertentu diciptakan
oleh orang di masyarakat tertentu tersebut atau dihadirkan dan diambil oper oleh
masyarakat tersebut dan diwariskan melalui belajar/pengalaman terhadap generasi
berikutnya. Kebudayaan seperti halnya sistem sosial di masyarakat merupakan
kondisi esensial bagi perkembangan dan kehidupan orang. Proses dan isi
pendidikan akan memberi bentuk kepribadian yang tumbuh dan pribadi-pribadi
inilah yang akan menjadi pendukung, pewaris, dan penerus kebudayaan, secara
ringkas adalah (1) kebudayaan menjadi kondisi belajar, (2) kebudayaan memiliki
daya dorong, daya rangsang adanya respon-respon tertentu, (3) kebudayaan
memiliki sistem ganjaran dan hukuman terhadap perilaku tertentu sejalan dengan
sistem nilai yang berlaku, dan (4) adanya pengulangan pola perilaku tertentu
dalam kebudayaan. Tanpa pendidikan budaya dan manakala pendidikan budaya tersebut
terjadi tetapi gagal, yang kita saksikan adalah kematian atau berakhirnya suatu
kebudayaan.
Kebudayaan
dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan / dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun secara
formal. Sebaliknya bentuk ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan itu ikut
ditentukan oleh kebudayaan masyarakat dimana proses pendidikan itu berlangsung.
a. Pengertian tentang Landasan
Kultural
Pendidikan
tidak hanya berfungsi untuk menstranmisi kebudayaan kepada generasi penerus,
tetapi pendidikan juga berfungsi untuk menstranformasikan kebudayaan agar
sesuai dengan perkembangan dan tujuan zaman. Dengan kata lain, sekolah secara seimbang
melaksanakan fungsi ganda pendidikan , yakni sebagai proses sosialisasi dan
sebagai agen pembaruan. Dalam bidang pendidikan, kedua fungsi tersebut
kadang-kadang dipertentangkan, antara penganut pendidikan sebagai pelestarian
(teashing a conserving activity).
b. Kebudayaan Nasional sebagai
Landasan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Sistem
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia (UU RI No. 2/1978) pasal 1 ayat 2. Karena masyarakat Indonesia
sebagai pendukung kebudayaan itu adalah masyarakat yang majemuk, maka
kebudayaan bangsa Indonesia tersebut lebih tepat disebut sebagai Kebudayaan
Nusantara yang beragam. Puncak-puncak kebudayaan Nusantara itu dan yang
diterima sacara nasional disebut kebudayaan nasional. Oleh karena itu,
kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis
seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa indonesia sesuai
dengan asas Bhineka Tunggal Ika.
4. Landasan Psikologis
Pendidikan
selalu terkait dengan aspek kejiwaan manusia, sehingga pendidikan juga
menggunakan landasan psikologis, bahkan menjadi landasan yang sangat penting,
karena yang digarap oleh pendidikan hampir selalu berkaitan dengan aspek
kejiwaan manusia. Ketika membahas hakikat manusiapun ada pandangan-pandangan
psikologik, seperti behaviorisme, humanisme dan psikologi terdapat cukup
banyak. Contoh, tipe-tipe manusia yang dikemukakan oleh Eduard Spranger, ia
menyebut ada enam tipe manusia, yaitu manusia tipe teori, tipe ekonomi, tipe
keindahan ( seni ), tipe sosial, tipe politik dan tipe religius. Model-model
belajar juga dikemukakan oleh para psikolog seperti Skinner, Watson, dan
Thorndike. Bahwa manusia mempunyai macam-macam kebutuhan dikemukakan misalnya
oleh Maslow. Perkembangan peserta didik dengan tugas-tugas perkembangan terkait
dengan pola pendidikan. Sifat-sifat kepribadian dengan tipe-tipenya
masing-masing, juga terkait dengan pendidikan. Karakteristik jiwa manusia
Indonesia bisa jadi berbeda dengan bangsa Amerika ( Barat ), maka pendidikan
menggunakan landasan psikologis.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologi
serta Seni
Pendidikan
dan IPTEKS mempunyai kaitan yang sangat erat, karena IPTEKS merupakan salah
satu bagian dari sisi pengajaran, jadi pendidikan sangat penting dalam rangka
pewarisan atau tranmisi IPTEKS, sementara pendidikan itu sendiri juga
menggunakan IPTEKS sebagai media pendidikan. IPTEKS yang selalu berkembang
dengan pesat harus diikuti terus oleh pendidikan, sebab kalau tidak maka
pendidikan menjadi sangat ketinggalan dengan IPTEKS yang sudah berkembang di
masyarakat. Cara-cara memperoleh dan mengembangkan ilmu (epistemologi ) dibahas
dalam pendidikan, hingga pemanfaatan ilmu bagi umat manusia, kaitan ilmu dengan
moral, politik, dan sosial menjadi tugas pendidikan.
Pendidikan
serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang sangat erat.
Pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.
Setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan
segera memasukkan hasil pengembangan iptek itu ke dalam isi bahan ajaran.
Sebaliknya, pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang iptek,
utamanya ilmu-ilmu perilaku (psikologi, sosiologi, antropologi).
a. Pengertian tentang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pengetahuan
(Knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara
penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi dan wahyu. Pengetahuan
yang memenuhi kriteria dari segi ontologis, epistomologis dan aksiologis secara
konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu atau ilmu pengetahuan
(science); kata sifatnya ilmiah atau keilmuan, sedangkan ahlinya disebut
ilmuwan. Dengan demikian, pengetahuan meliputi berbagai cabang ilmu (ilmu
sosial/social sciences dan ilmu-ilmu alam/natural sciences), humaniora (seni,
fisafat , bahasa, dsb). Oleh karena itu, istilah ilmu atau ilmu pengetahuan itu
dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh informasi serta manfaat
daari informasi itu.
b. Perkembangan Iptek sebagai
landasan Ilmiah
Pengembangan
dan pemanfaatan iptek pada umumnya ditempuh rangkaian kegiatan : Penelitian
dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi dan penerapan teknologi,
serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-religius.
Kemampuan
maupun sikap ilmiah sedini mungkin harus dikembangkan dalam diri peserta didik.
Pembentukan keterampilan dan sikap ilmiah sedini mungkin tersebut secara
serentak akan meletakkan dasar terbentuknya masyarakat yang sadar akan iptek
dan calon-calon pakar iptek kelak kemudian hari.
6. Landasan Religi
Landasan
religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik
tolak dalam rangka praktek pendidikan
dan atau studi pendidikan. Seseorang yang tidak memahami agama tidak akan mampu
mengembangkan pengetahuan yang mereka dapat. Seperti yang kita ketahui ilmu
tanpa agama akan menjadi buta, dan agama tanpa ilmu akan menjadi lumpuh. Dalam
mengembangkan ilmu yang kita dapatkan, maka peranan agama sangat
berpengaruh.Sehingga ajaran agama dan ilmu yang kita dapatkan harus berjalan
dengan seimbang. Selain itu ilmu juga bisa kita dapatkan pada kitab suci,
seperti umat Hindu dapat mempelajari kitab suci Weda untuk mendapatkan ilmu,
dan dapat mengembangkannya sesuai dengan ajaran – ajaran kitab suci tersebut.
7. Landasan Hukum
Landasan
Hukum dapat diartikan peraturan buku sebagai tempat berpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan –
aturan buku ini, contohnya aturan cara mengajar, cara membuat persiapan,
supervisi, yang sebagian besar dikembangkan sendiri oleh para pendidik.Landasan
hukum yang dijadikan peraturan buku dalam kegiatan pendidikan meliputi :
Pancasila
UUD
1945
Pendidikan
juga diatur dalam UUD 1945, Dimana menurut UUD 1945 Pasal – pasal yang
bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal,
yaitu pasal 31 dan pasal 32. Pasal 31 mengatur tentang pendidikan kewajiban
pemerintah membiayai wajib belajar 9 tahun di SD dan SMP, anggaran pendidikan
minimal 20% dari APBN dan APBD, dan system pendidikan nasional. Sedangkan pasal
32 mengatur tentang kebudayaan.
a. Undang – Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Pendidikan Nasional
Undang
– Undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan nasional, juga
terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum, dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, prinsip
penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga Negara, orang tua dan
masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa
pengantar, standar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga
pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan dan lain sebagainya.
b. Undang – Undang No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen
Undang
– Undang ini memuat 84 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum, kedudukan
fungsi dan tujuan, prinsip profesionalitas, seluruh peraturan tentang guru dan
dosen dari kualifikasi akademik, hak dan kewajiban sampai organisasi profesi
dan kode etik, sanksi bagi guru dan dosen yang tidak menjalankan kewajiban
sebagaimana mestinya, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
8. Landasan Histori Pendidikan
Landasan
Histori Pendidikan dapat diartikan dengan Sejarah Pendidikan Dunia. Usia
sejarah pendidikan dunia sudah sangat lama yaitu meliputi :
a. Zaman Realisme
Seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh penemuan – penemuan
ilmiah baru, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari
keadaan dunia pula, berbeda dengan pendidikan – pendidikan sebelumnya yang
banyak berikblat pada dunia ide, dunia surge dan akhirat. Realisme menghendaki
pikiran yang praktis. Menurut alilran ini, pengetahuan yang benar diperoleh
tidak hanya melalui pengindraan semata tetapi juga melalui persepsi
pengindraan.
b. Zaman Rasionalisme
Tokoh
pendidikan pada zaman ini yaitu John Locke yang pada abad ke- 18. Aliran ini
memberikan kekuasaan pada manusia untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk
dirinya sendiri. Paham ini muncul karena masyarakat dengan kekuatan akalnya
dapat menumbangkan kekuasaan raja perancis yang memiliki kekuasaan absolute.
Teorinya yang terkenal adalah Leon tabularasa, yaitu mendidik seperti menulis
diatas kertas putih dan dengan kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya
manusia digunakan untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Teori yang
membebaskan manusia dapat mengarahkan manusia ke hal-hal yang negative, seperti
intelektualisme, individualisme dan materialisme.
c. Zaman Naturalisme
Pada
abak ke- 18 muncullah aliran Naturalisme sebagai reaksi terhadap aliran
Rasionalisme dengan tokohnya J. J. Rousseau. Aliran ini menentang kehidupan
yang tidak wajar sebagai akibat Rasionalisme, seperti gaya hidup yang
diperhalus, cara hidup yang dibuat – buat sampai pada korupsi, anak – anak
dipandang sebagai manusia dewasa yang kecil. Naturalisme menginginkan
keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati. Naturalisme juga menyatakan
bahwa manusia didorong oleh kebutuhan – kebutuhannya, dapat menemukan jalan
kebenaran didalam dirinya sendiri.
d. Zaman Developmentalisme
Zaman
Developmentalisme berkembang pada abad ke-19. Aliran ini memandang pendidikan
sebagai suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini sering disebut
gerakan psikologis dalam pendidikan. Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh
aliran ini meliputi :
Mengaktualisasi
semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian
yang harmonis, serta meningkatkan derajat social manusia.
Pendidikan
adalah pengembangan pembawaan yang disertai asuhan yang baik.
e. Zaman nasionalisme
Zaman
Nasionalisme muncul pada abad ke- 19 sebagai upaya membentuk patriot – patriot
bangsa dan mempertahankan bangsa dari kaum imperialis. Konsep pendidikan yang
ingin diusung oleh aliran ini adalah :
Menjaga,
memperkuat, dan mempertinggi kedudukan Negara
Mengutamakan
pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan
f. Zaman Liberalisme, Positivisme,
dan Individualisme
Zaman
ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah
untuk memperkuat kedudukan penguasa atau pemerintahan yang dipelopori dalam
bidang ekonomi oleh Adam Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang
berkuasa yang kemudian mengarah pada individualism. Sedangkan positivism
percaya kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera sehinnga kepercayaan
terhadap agama semakin melemah.
g. Zaman Sosialisme
Aliran
social dalam pendidikan muncul pada abad ke-20 sebagai reaksi terhadap dampak
liberalisme, positivisme, dan individualisme. Menurut aliran ini, masyarakat
memiliki arti yang lebih penting daripada individu. Nartorp mengatakan individu
ibarat atom – atom yang tidak memiliki arti bila tidak berwujud benda. Begitu
pula individu sebenarnya tidak ada, sebab individu adalah suatu abstraksi saja
dari masyarakat. Karena itu sekolah harus diabdikan untuk tujuan – tujuan
nasional.
9. Landasan Ideologi
Ideologi
merupakan istilah yang bisa diartikan sebagai sebuah system berpikir ( yang
diyakini oleh sekelompok orang ) yang mendasari setiap langkah dan gerak mereka
dalam kehidupan sosialnya. Ideologi dapat diartikan pula sebagai sebuah
pemahaman tentang bagaimana memandang dunia ( realitas ). Oleh karena itu
ideology merupakan landasan bagi pemaknaan realitas. Kata ideology sendiri
berasal dari bahasa Yunani idea ( idea
tau gagasan ) dan logos ( studi tentang atau pengetahuan tentang ).
Jadi
ideology adalah system gagasan yang mempelajari keyakinan – keyakinan dan hal –
hal ideal, asas haluan, dan pandangan hidup.
B.
Teori Teori
Pendidikan
1.
Pendidikan
klasik
Teori pendidikan klasik
berlandaskan pada filsafat
klasik, seperti
Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan
warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada
proses
Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang
ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis
dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih
dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima
informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
b.
Pendidikan
pribadi
Teori pendidikan ini bertolak
dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan
minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama
pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing,
pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi
menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran
diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis
merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual
(kurikulum subjek akademis).
c.
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu
suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan
pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi.
Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi
pendidikan, lebih diutamakan
adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis,
bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
Dalam teori pendidikan ini,
isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data
obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational.
Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan
dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual.
Peserta didik berusaha untuk
menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien
tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan
dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak
tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
d. Pendidikan interaksional
Pendidikan interaksional
yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia
sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah
satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam
pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik
kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori
pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi
pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya.
Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan
interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta.
Peserta didik mengadakan
pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang
bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang
melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksisosial.
B. Teori pendidikan Robert M
Hutchins
1. Teori Nilai
Pengetahuan
dan keterampilan belajar apa yang berharga ? apa tujuan pendidikan ? salah
saatu ciri pendidikan ideal adalah mengembangkan daya intelektual siswa.hal ini
bukan salah satu kebutuhanmendesak, bukan sebuah pendidikan khusus,atau
pendidikan profesionalisme, dan bukan juga pendidikan utilitarian.ini adalah
pendidikan untuk mengembangkan pikiran.Robert M. Hutchins memiliki prangsaka
kuno mendukung 3R ( membaca, menulis, berhitung ) dan seni budaya (liberal art)
yang mencoba mendukung pemahaman atas karya terbesar, bawa ras manusia telah
dihasilkan.pendidikan harus berkonsentrasi pada pengembangan kemampuan
rasional, dimana anak anak harus menerima mata kuliah dasar tertentu yang akan
memperkenalkan mereka dengan subtansinya ,baik spritual dan fisik.tujuan utama
pendidikan adalah untuk menumbuhkan penalaran manusia.
2. Teori Hakikat Manusia
Fungsi
manusia sebagai manusia adalah sama disetiap masyarakat, karena tampilan dan
sifatnya sebagai manusia.tujuan sistem pendidikan esensinya sama dari zaman ke
zaman dan disetiap masyarakat dimana sistem tersebut dapat eksis.hal ini
dimasukan untuk meningkatkan derajat seorang manusia sebagai manusia.manusia
esensinya tetap sama dimana mana,karena sifat manusia cenderung
konstan.pengakuan atas rasionalitas sebagai ribut manusia tertinggi, ia harus
mampu bertindak melebihi insting alam, sesuai dengan tujuan yang sengaja
dipilihnya.pria menjadi lebih bebas memang sudah menjadi realitas paling jelas
dalam sastra dan sejarah.pengekangan atas kapasitas kecerdasan harus dilarang,
karena bertentangan dengan kebebasan berekpresi.rasionalitas mungki menjadi
bawaan individu,tetapi harus dikembangkan agar bemanfaat secara optimum.
3. Teori Belajar
Jika
memori gagal mengingat suatu fenomena atau peristiwa,ia harus diperkuat melalui
pengulangan dan latihan.pendidikan dan pelatihan laksana buku besar.pendidikan
harus berusaha mengiring penyesuaian individu,bukan kedunia seperti apa adanya
, melainkan kedunia yang benar sesuai dengan peruntukannya.penyesuaian untuk
kebenaran adalah tujuan akhir dari belajar.
4. Teori Kematangan
Teori
kematangan atau teori maturasi beranjak dari asumsi bahwa perkembangan
merupakan proses biologis yang terjadi secara otomatis dan berurutan,
berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu.perspektif ini mendorong guru
dan keluarga mengasumsikan bahwa anak anak muda akan memperoleh pengetahuan
secara alami dan otomatis saat mereka tumbuh secara fisik dan menjadi tua,
asalkan sehat .
5. Teori Lingkungan
Teoritisi
seperti John Watson, B.F Skinner dan Albert Bandur memberikan kontribusi yang
besar terhadap perspektif perkembangan lingkungan.penganut teori ini percaya
bahwa segala bentuk dan pengembangannya dianggap sebagai reaksi pembelajar
terhadap lingkungan .perspektif ini mendorong banyak keluarga, sekolah, dan
guru mengasumsikan bahwa anak anak muda mengembangkan dan memperoleh
pengetahuan baru dengan bereaksi terhadap lingkungan mereka.
6. Teori Interdependensi Sosial
Premis
dasar dari teori interdependensi sosial,bahwa bentuk saling ketergantungan
terstuktur dalam suatu situasi menentukan bagaimana individu berinteraksi
antara satu sama lain yang pada gilirannya menentukan hasil yang dicapai.saling
ketergantungan positif cenderung mengasilkan interaksi promotif,saling
ketergantungan negatif cenderung menghasilkan interaksi oposisi, dan tidak ada
saling ketergantungan menyebabkan tidak adanya saling berinteraksi.
7. Teori Pola Interaksi
Lebih
dari satu abad terakhir sangat banyak studi koreksi dilakukan oleh berbagai
peneliti yang berbeda dengan subjek, usia, mata pelajaran, dan pengaturan yang
berbeda ula.jenis pola interaksi yang ditemukan dapat dipetakan kedalam tiga
kategori, yaitu kerja sama, kompetitif dan situasi individualistis.
8. Teori Tranmisi
Dalam
mana sempit pendidikan bisa berarti mengajar.mengajar berarti mentranmisikan
pengetahuan.pengetahuan adalah kebenaran dan yang benar adalah sama di mana
mana.oleh karena itu esensi pendidikan harus sama dan sama di mana
mana.pelatihan kerja yang terbaik diserahkan kepada praktisi dari pekerjaan itu
alias menyerahkan pekrjaan kepada ahlinya.pendidikan mereka menumbuhkan
kurukulum umum, seni budaya, dan menawarkan sedikit atau tidak ada kesempatan
bagi siswa untuk menentukan pilihan yang berkaitan dengan kepentingan dan
tujuan mereka.dengan mempelajari ide ide besar masa lalu, terbuka peluang yang
lebih baik untuk mengahadapi masa depan.
9. Teori Masyarakat
Keluarga,
lingkungan, masyarakat, negara, media komunikasi dan kelompok relawan suka rela
ambil bagian dalam pendidikan.tindakan itu bisa kebetulan dan bisa juga
didesain.kegiataan pendidikan yang diklakukan seringkali tidak tampak disekolah
melainkan muncul sebagai kehidupan nyata atau berupa animasi masyarakat.sistem
masyarakat dan praktek persekolahan tidak cukup berpengaruh pada pembentukan
karakter umum seharusnya.keluarga menerapkan pendidikan moral yang diberikan
secara nyata,wahana pembentukan sebuah masyarakat yang demokratis.memang
sekolah pun menjadi wahana menanamkan reformasi sosial.dalam keangka ini memang
bukan tugas sekolah menggerakan reformasi sosial kepada kelembagaan politik
tertentu.demokrasi akan maju karena orang orang yang berpendidikan dan bukan
karena mereka yang telah diajarkan untuk bertindak radikal bagi reformasi
sosial.
C. Empat teori utama mewakili
pandangan para ahli dibidang pendidikan, yaitu :
1. Teori Fungsionalis
Teori
fungsionalis berfokus pada cara cara pendidikan melayani kebutuhan masyarakat
secara universal, khususnya peserta didik atau siswa.Durkhiem merupakan
fungsionalis pertama melihat pendidikan dalam mewujudkan peran :penyampaian
pengetahuan dan ketrampilan dasar ke generasi berikutnya.pendiri teori
fungsionais ini mengidentifikasikan peran laten pendidikan sebagai salah satu
sosialisasi individu kedalam engarusutamaan atau mainstreaming masyarakat,hal
ini disebut olehnya pendidikan moral yang membantu pembentukan struktur sosial
yang kohesif dengan cara menyatukan orang orang dari latar belakang, seperti
suku, ras, kebudayaan, agama, dan status sosial ekonomi.
2. Teori Konflik
Teori
konflik melihat tujuan pendidikan sebagai upaya menjaga kesenjangan sosial dan
melestarikan kekuasaan orang orang yang mendominasi masyarakat.teori konflik
untuk beberapa aspek melihat fungsi pendidikan sama dengan alur yang dianut
oleh fungsionalias.fungsionalis melihat pendidikan sebagai kontribusi yang
menguntungkan masyarakat yang teratur, namun teori konflik melihat sistem
pendidikan sebagai mengekalkan ststus que dengan cara mengumpulkan kelas bawah menjadi pekerja yang patuh.
3. Teori Interaksionis Simbolis
Fokus
teori interaksionis simbolis membatasi analisis pendidikan dengan secara
langsung mengamati apa yang terjadi didalam kelas.mereka berfokus kepada
bagaimana ekspetasi guru mempengaruhi kinerja, persepsi dan sikap siswa.Robert
Rosenthal dan Lenore Jacobson melakukan studi penting untuk pendekatan ini pada
tahun 1968.pertama mereka meneliti sekolompok mahasiswa dengan melakukan tes
kecerdasan intelektual atau IQ standar.para peneliti kemudian mengidentifikasi
sejumlah mahasiswa yng memprediksikan diri mereka kemungkinan akan menunjukan
peningkatan tajam dalam kemampuan tahun tahun yang akan datang.
4. Teori Rekontruksionis
Reformasi
terbaik adalah reformasi masyarakat untuk dunia yang lebih baik.agaknya ini
menjadi preposisi dasar penganut teori
rekontruksionis.teori rekontruksionis dikemukakan oleh George Count dan
Theodore Brameld.Theodore Brameld (1904-1987) adalah pendiri rekontruksionisme
sosial sebagai reaksi terhadap realitas perang dunia II.dia mengakui ada
potensi yang bertentangan.disatu sisi teknologi digunakan untuk membantai
manusia teknologi secara kejam.disisi lain ada kemampuan menciptakan teknologi
yang bermanfaat bagi masyarakat dan kasih sayang umat manusia.George Count
(1889-1974) mengakui bahwa pendidikan adalah cara paling tepat untuk
mempersiapkan orang menciptakan tatanan sosial baru ini.inilah esensiteori
rekontruksionalis sosial.
D. Selain dari teori-teori
tersebut, berikut akan dijelaskan teori teori pendidikan yang berasal dari
barat.
1.
Teori
Koneksionisme
Edward Lee Thorndike adalah
tokoh psikologi yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap berlangsungnya
proses pembelajaran. Teorinya dikenal dengan teori Stimulus-Respons.
Menurutnya, dasar belajar adalah asosiasi antara stimulus (S) dengan respons
(R). Stimulus akan memberi kesan kepada panca
indra, sedangkan respons
akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Asosiasi seperti itu disebut
Connection. Prinsip itulah yang kemudian disebut sebagai teori Connectionism.
Pendidikan yang dilakukan
Thorndike adalah menghadapkan subjek pada situasi yang mengandung problem.
Model eksperimen yang ditempuhnya sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan
kucing sebagai objek penelitiannya. Kucing dalam keadaan lapar dimasukkan ke
dalam kandang yang dibuat sedemikian rupa, dengan model pintu yang dihubungkan
dengan tali. Pintu tersebut akan terbuka jika tali tersentuh/tertarik. Di luar
kandang diletakkan makanan untuk merangsang kucing agar bergerak ke-luar. Pada
awalnya, reaksi kucing menunjukkan sikap yang tidak terarah, seperti meloncat
yang tidak menentu, hingga akhirnya suatu saat gerakan kucing menyentuh tali
yang menyebabkan pintu terbuka.
Setelah percobaan itu
diulang-ulang, ternyata tingkah laku kucing untuk keluar dari kandang menjadi
semakin efisien. Itu berarti, kucing dapat memilih atau menyeleksi antara
respons yang berguna dan yang tidak. Respons yang berhasil untuk membuka pintu,
yaitu menyentuh tali akan dibuat pembiasaan, sedangkan respons lainnya
dilupakan. Eksperimen itu menunjukkan adanya hubungan kuat antara stimulus dan
respons.
Thorndike merumuskan hasil
eksperimennya ke dalam tiga hukum dasar (Suwardi, 2005: 34-36), sebagai
berikut:
a. Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)
Hukum ini memberikan
keterangan mengenai kesiapan seseorang merespons (menerima atau menolak)
terhadap suatu stimulan. Pertama, bila seseorang sudah siap melakukan suatu
tingkah laku, pelaksanaannya akan memberi kepuasan baginya sehingga tidak akan
melakukan tingkah laku lain
Kedua, bila seseorang siap
melakukan suatu tingkah laku tetapi tidak dilaksanakan, maka akan timbul
kekecewaan. Akibatnya, ia akan melakukan tingkah laku lain untuk mengurangi
kekecewaan. Contoh peserta didik yang sudah belajar tekun untuk ujian, tetapi
ujian dibatalkan, ia cenderung melakukan hal lain (misalnya: berbuat gaduh,
protes) untuk melampiaskan kekecewaannya.
Ketiga, bila seseorang belum
siap melakukan suatu perbuatan tetapi dia harus melakukannya, maka ia akan
merasa tidak puas. Akibatnya, orang tersebut akan melakukan tingkah laku lain
untuk menghalangi terlaksananya tingkah laku tersebut.
Keempat, bila seseorang
belum siap melakukan suatu tingkah laku dan tetap tidak melakukannya, maka ia
akan puas.
b. Hukum Latihan (The Law of Exercise)
Hukum ini dibagi menjadi
dua, yaitu hukum penggunaan (the law of use), dan hukum bukan penggunaan (the
law of disuse). Hukum penggunaan menyatakan bahwa dengan latihan
berulang-ulang, hubungan stimulus dan respons akan makin kuat. Sedangkan hukum
bukan penggunaan menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons akan
semakin melemah jika latihan dihentikan.
Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa prinsip utama belajar adalah pengulangan. Makin sering suatu
pelajaran diulang, akan semakin banyak yang dikuasainya. Sebaliknya, semakin
tidak pernah diulang, pelajaran semakin sulit untuk dikuasai.
c. Hukum Akibat (The Law of Effect)
Hubungan stimulus-respons
akan semakin kuat, jika akibat yang ditimbulkan memuaskan. Sebaliknya, hubungan
itu akan semakin lemah, jika yang dihasilkan tidak memuaskan. Maksudnya, suatu
perbuatan yang diikuti dengan akibat yang menyenangkan akan cenderung untuk
diulang. Tetapi jika akibatnya tidak menyenangkan, akan cenderung ditinggalkan
atau dihentikan. Hubungan ini erat kaitannya dengan pemberian hadiah (reward)
dan sanksi (punishment).
2.
Teori Classical
Conditionins
Tokoh yang mengemukakan
teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov, warga Rusia yang hidup pada tahun
1849-1936. Teorinya adalah tentang condi¬tioned reflects. Pavlov mengadakan
penelitian secara intensif mengenai kelenjar ludah. Penelitian yang dilakukan
Pavlov menggunakan anjing sebagai objeknya. Anjing diberi stimulus dengan
makanan dan isyarat bunyi, dengan asumsi bahwa suatu ketika anjing akan
merespons stimulan berdasarkan kebiasaan.
Ketika akan makan, anjing
mengeluarkan liur sebagai isyarat dia siap makan. Percobaan itu diulang
berkali-kali, dan pada akhirnya percobaan dilakukan dengan memberi bunyi saja
tanpa diberi makanan. Hasilnya, anjing tetap mengeluarkan liur dengan anggapan
bahwa di balik bunyi itu ada makanan. Lewat penemuannya, Pavlov meletakkan
dasar behaviorisme sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi berbagai penelitian
mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori belajar.
Prinsip belajar menurut Pavlov adalah sebagai berikut:
Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara
menghubungkan / mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang
lebih kurang dengan perangsang yang lebih lemah.
Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara
organisme dengan lingkungan.
Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada
organisme / individu.
Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.
Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh
eksitasi dan inhibitasi.
3. Pembiasaan Perilaku Respon (operant
conditioning)
Teori pembiasaan perilaku
respon (operant conditioning) pencipta nya bernama Burhus Fredic Skimer (lahir tahun 1904
) seorang penganut
behaviorism yang dianggap kontroversial. Tema yang mewarnai karyanya adalah
bahwa tingkah Laku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan
oleh tingkah laku itu sendiri(Bruno,1987)
4. Teori Pendekatan Kognitif
4. Teori Pendekatan Kognitif
Teori psikologi kognitif
adalah bagian terpenting bagi sains kognitif yang telah memberi konstribusi
yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi. Pendidikan sains kognitif
merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas psikologi kognitif, ilmu-ilmu
komputer, linguistik, intelegensi buatan matematika, epistemology dan
neuropsychological/psikologi syaraf.Pendekatan psikologi kognitif lebih
menekankan arti penting proses internal mental manusia. Dalam pandangan ahli
kognitif tingkah laku manusia tampak tidak dapat diukur dan diterbangkan tanpa
melibatkan proses mental seperti; motivasi, kesengajaan, keyakinan dan
sebagainya.
5.Teori Kognitive ( Gestalt
Field )
Teori kognitif dikembangkan
oleh para ahli psikologi Kognitif. Teori ini berbeda dengan Behaviorisme, bahwa
yang utama pada kehidupan manusia adalh mengetahui dan bukan respons. Teori ini
menekankan pada peristiwa mental, bukan hubungan Stimulus-respons.
Teori Gestalt, berkembang dijerman dengan pendirinya yang utama adalah Max Werthaimer, menurut Gestalt belajar siswa harus memahami makna hubungan anatar satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar adalah mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu.Teori medan atau Field, menurut teori ini individu selalu berada dalam suatu medan atau ruang hidup. Dalam medan hidup ini ada suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu ada hambatan.Jadi perbedaan pandangan antara pendekatan Behavioristik dengan Kognitif adalah sebagai berikut :
Teori Gestalt, berkembang dijerman dengan pendirinya yang utama adalah Max Werthaimer, menurut Gestalt belajar siswa harus memahami makna hubungan anatar satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar adalah mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu.Teori medan atau Field, menurut teori ini individu selalu berada dalam suatu medan atau ruang hidup. Dalam medan hidup ini ada suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu ada hambatan.Jadi perbedaan pandangan antara pendekatan Behavioristik dengan Kognitif adalah sebagai berikut :
Proses atau peristiwa belajar seseorang, bukan
semata-mata antara ikatan Stimulus, Respons, melainkan juga melibatkan proses
kognitif
Dalam peristiwa belajar tertentu yang sangat terbatas
ruang lingkupnya misalnya belajar meniru sopan santun dimeja makan dan bertegur
sapa. Peranan ranah cipta siswa tidak begitu menonjol, meskipun sesungguhnya
keputusan untuk meniru atau tidak ada pada diri orang itu sendiri.
Aliran-aliran dalam
pendidikan yang sampai saat sekarang ini terus berkembang.Pendidikan di pandang
mempunyai peran penting dan besar manfaatnya dalam mencapai keberhasilan
perkembangan anak, pendidikan merupakan usaha sengaja dan terencana untuk
membantu perkembangan peserta didik.Sejarah pendidikan mempunyai pandangan dan
teori tentang bagaimana perkembangan kehidupan itu berlansung.Teori-teori ini
tersebut antara adalah :
Emperisme ( pengalaman )
Nativisme ( terlahir )
Naturalisme ( alam )
Konvergensi ( pertemuan )
Sampai saat ini teori atau aliran-aliran tersebut
masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan – pengembangan yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman.
A. Emperisme
Emperisme berasal dari
bahasa latin yaitu “ empericus “ artinnya ” pengalaman “ aliran ini
dinamakan juga dengan “ tabularasa” artinya meja berlapis lilin yang belum ada
tulisan diatasnya atau dengan kata lain sesorang dilahirkan seperti kertas
kosong, maka pendidikanlah yang menulisnya. Aliran ini menganggap bahwa
perkembangan seorang anak seratus persen ditentukan oleh lingkungan atau kepada
pengalaman-pengalamannya yang didapat dalam hidupnya.
Teori ini menyimpulkan bahwa manusia dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentunkan oleh dunia luar, sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam tidak memberikan apa-apa dalam kehidupan. Oleh karena itu aliran ini juga disebut dengan aliran yang optimisme dalam pendidikan.Teori emperisme menyatakan bahwa hasil pendidikan dan perkembangan tergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari dunia luar, tokoh aliran ini Jhon Locke (1623-1704), seorang filosof bangsa Inggris.Ada beberapa pendapat Locke yaitu :
Teori ini menyimpulkan bahwa manusia dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentunkan oleh dunia luar, sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam tidak memberikan apa-apa dalam kehidupan. Oleh karena itu aliran ini juga disebut dengan aliran yang optimisme dalam pendidikan.Teori emperisme menyatakan bahwa hasil pendidikan dan perkembangan tergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari dunia luar, tokoh aliran ini Jhon Locke (1623-1704), seorang filosof bangsa Inggris.Ada beberapa pendapat Locke yaitu :
Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa
Innate itu tidak ada. Memang agak umum orang beranggapan Innate itu ada.
Sebenarnya kenyataan telah cukup megajarkan kita bagaimana pengetahuan itu
datang, yakni melalui daya-daya yang alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan.
Persetujuan umum adalah argument yang kuat, dan umum
tidak mengakui innate idea. Bagaimana kita mengatakan innate idea itu ada,
padahal umum tidak mengakui adanya.
Pesetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.
Bukti-bukti yang menyatakan adanya innate idea justru
saya jadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
Tidak juga dicetakkan ( distempelkan ) pada jiwa sebab
pada anak idiot, idea yang innate itu tidak ada. Padahal anak normal dan idiot
sama-sama berfikir.
Pandangan tabularasa dari
Jhon Locke merupakan epistemology yang terkenal.Tabularasa yang digambarkan
sebagai keadaan jiwa adalah pandangan epistemology yang terkenal. Dalam istilah
ini Jhon Locke menggunakan tiga istilah : sensasi (sensation), disebut
inderawi: idea-idea ( ideas ), berupa persepsi atau pemikiran atau pengertian
yang tiba-tiba tentang suatu objek; dan sifat ( cuality ), seperti merah,
bulat, dan berat.Pendidikan bergantung pada dunia luar yang umumnya disebut
lingkungan, lingkingan itu terbagi kepada dua:
Lingkungan hidup, yaitu berupa manusia, hewan, dan
tumbuhan.
Lingkungan mati, yaitu berupa benda-benda mati
seperti air, batu.
Menurut aliran emperisme,
mendidik manusia menurut kehendak pendidik dan juga lingkungan yang
mempengaruhi tingkah laku yang ada lima aspek yaitu, sosiologis, historis,
georafis, cultural, dan psikologis.
Aliran empirisme bertolak
dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan
manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan.
Pengalaman yang diperoleh
anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa
stimulant-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan
oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan.Adakah hal-hal yang membatasi
kemungkinan pendidikan itu? Ada,yaitu situasi lingkungan. Makin baik lingkungan
makin baik pula perkembangan seorang anak. Demikian pula sebaliknya.
B. Nativisme
Nativisme berasal dari bahsa
latin yaitu kata “ nativus” artinya “terlahir”. Seorang akan berkembang
berdasarkan apa yang dibawanya dari lahir. Hasil akhir perkembangan dan
pendidikan manusia ditentukan oleh pembawaan dari lahir. Pembawaan itu ada baik
dan dan buruk. Oleh karena itu sesorang akan berkembang dengan pembawaan baik
dan maupun pembawaan buruk yang dibawanya dari lahir. Lingkungan, termasuk
didalamnya pendidikan tidak berdaya sama sekali dalam mempengaruhi perkembangan
anak selanjutya. Ia berkata, “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan
menjadi baik”.Pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan sesorang
dan tidak akan ada gunanya untuk untuk perkembangannya. Oleh karena itu
aliran ini merupakan pesimis dalam pendidikan (Pesimisme). Adapun hasil
pendidikan itu 100% tergantung kepada pembawaan, karena itu aliran ini
berpendapat bahwa pembawaan maha kuasa dalam pendidikan. Pelopor aliran ini
ialah Schopenhauer seorang filosof bangsa jerman yang hidup ditahun 1788 –
1880. Dia berpendapat mendidik membiarkan seseorang bertumbuh berdasarkan
Pembawaannya dan bayi lahir dengan pembawaan baik dan buruk.
Menurut Ali Rajab (1961)
menyebutkan bahwa ada lima pembawaan yang biasa diwariskan orang tua kepada
anaknya yaitu :
Pewarisan bersifat jasmaiah seperti warna kulit,
bentuk tubuh.
Pewarisan bersifat intelektual seperti kecerdasan dan
kebodohan.
Pewarisan bersifat tingkah laku.
Pewarisan bersifat alamiah (
Internal
)
Pewarisan bersifat sosiologis.
Dengan demikian dapat
disimpulkan perkembangan manusia dalam kehidupan bermasyarakat tergantung
kepada pembawaannya.
Aliran nativisme bertolak dari Leinnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan anak.
Aliran nativisme bertolak dari Leinnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan anak.
C. Naturalisme
Naturalisme berasal dari
bahasa latin “ Nature” yang berarti “ Alam”, tabiat aliran ini dinamakan
juga Negativisme yang meragukan pendidikan untuk berkembangnya sesorang karena
dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri utama aliran ini dalam mendidik
sesorang kembalilah ke alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak
dirusak oleh pendidik.Teori ini dikemukakan oleh J.J Rousseau, seorang filosof
dari bangsa Perancis ( 1712-1778 ), dia berpendapat dalam bukunya Emile bahwa :
“ Semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang Pencipta, tapi
semua jadi buruk ditangan manusia ”.
Aliran ini juga berpendapat bahwa pendidik hanya yang wajib
membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sedirinya, diserahkan selanjutnya
kepada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan.Menurut
Rousseau, pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak, dan dijauhkan
dari hal yang bersifat dibuat-buat ( artificial) dan dapat membawa anak kembali
ke alam untuk mempertahankan segala yang baik sebagai yang telah dberikan oleh
sang Pencipta karena pendidikan hanya akan merusak pembawaan yang baik tadi.Ciri
utama aliran ini daam mendidik, yaitu seseorang kembalilah ke alam agar
pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh dan pembawaan yang baik
itu berkembang dengan spontan.
D.
Konvergensi
Konvergensi berasal dari
bahasa Inggris ( convergence ) artinya pertemuan pada suatu titik. Aliran ini
mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara
Nativisme dengan Empirisme. Perkembangan sesorang tergantung kepada pembawaan
dan lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi
perkembangan seseorang, pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh
lingkungan, hendaknya para pendidik dapat menciptakan suatu lingkungan yang
tepat dan cukup kaya atau beraneka ragam, agar pembawaan dapat berkembang semaksimal
mungkin.
Aliran konvergensi
dipelopori oleh William Stern ( 1871-1937 ), ia berpendapat bahwa seorang anak
dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. Proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama – sama
mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak
itu.
Pada hakikatnya kemampuan
anak berbahasa dengan kata-kata, itu adalah juga hasil konvergensi. Pada anak
manusia ada pembawaan untuk berbahasa, melalui situasi lingkungannya anak
belajar berbahasa, karena itu semua manusia mampu berbahasa. Pada hewan tidak
ada pembawaan bahasa dengan kata-kata; karena itu tidak terdapat seekor hewan pun
yang dapat berbahasa dengan kata-kata yang penuh dengan pengertian seperti pada
makhluk manusia.
William Stern berpendapat
bahwa hasil pendidikan itu bergantung pada pembawaan dan lingkungan,
seakan-akan dua garis yang menuju kesuatu titik pertemuan.Karena itu W. Stern
disebut aliran ( teori ) konvergensi yang mana artinya memusat kesuatu titik.
Jadi menurut teori konvergensi:
Pendidikan mungkin diberikan;
Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan
lingkungan itu sendiri;
Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang
diberikan kepada lingkungan anak didik untuk mengembangkan pembawaan yang
baik dan mencegah beerkembangnya pembawaan buruk.
Teori konvergensi ini
disempurnakan oleh MJ. Langeveld dengan menyebutkan empat sifat pokok manusia:
Azaz biologi, maksudnya adalah, bahwa manusia itu
adalah makhluk hidup sehingga dengan hidup itulah memugkinkan terjadinya
perkembangan.
Azaz kebutuhan pertolongan;maksudnya adalah, bahwa
sesuatu yang dilahirkan manusia sangatlah tidak berdaya.
Azaz keamanan; maksudnya adalah, bahwa anak manusia
itu memerlukan rasa aman dan perlindungan dari orang tuanya dengan perlindungan
dan keamanan itulah anak dapat berkembang dengan normal.
Azaz expiorasi, maksudnya adalah dalam perkembagan
sesorang bukan hanya menerima saja tetapi dia juga aktif mencari dan menjelajah
serta menemukan sendiri segala sesuatu.
6.
Behaviorisme
Kerangkah kerja teori
pendidikan behaviorisme adalah empirisme. Asumsi filosofis dari behaviorisme
adalah nature
of human being (manusia tumbuh secara alami). Latar belakang empirisme
adalah How
we know what we know (bagaimanah
kita tahu apa yang kita tahu). Menurut
paham ini pengetahuan pada dasarnya diperoleh dari pengalaman (empiris). Aliran behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah
laku yang dapat diamati. Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba
menerangkan dalam pembelajaran bagaimanah lingkungan berpengaruh terhadap
perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan
berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa prilaku yang
diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku yang
terjadi pada siswa. Jadi, berdasarkan teori behaviorisme pendidikan dipengaruhi
oleh lingkungan. Tokoh aliran behaviorisme antara lain : Pavlov, Watson,
Skinner, Hull, Guthrie, dan Thorndike.
7. Kognitivisme.
Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan
kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis
yaitu the
way in which we learn (Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan
pemikiran) inilah yang disebut dengan filosofi rationalisme. Menurut aliran
ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa
atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan. Teori kognitivisme berusaha
menjelaskan dalam belajar bagaimanah orang-orang berpikir. Oleh karena itu
dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar
itu sendiri.karena menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir
yang kompleks. Jadi, menurut teori kognitivisme pendidikan dihasilkan dari
proses berpikir. Tokoh aliran Kognitivisme antara lain : Piaget, Bruner, dan
Ausebel.
8.
Konstruktivisme.
Menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa
siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep
pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran
yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru,
dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran
harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehinggah mampu mendorong siswa
mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi,
dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peranan siswa. Agar siswa
memiliki kebiasaan berpikir maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.
Menurut teori ini juga perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam
penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui
berbagai pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani
sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan pemikiran tentang
pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah
siswa perlu menguasai bagaimana caranya belajar. Dengan itu ia bisa menjadi
pembelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia
butuhkan dalam kehidupan. Tokoh aliran ini antara lain : Von Glasersfeld, dan
Vico )
9.
Humanistik
Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk
,memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil
apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan
kata lain si pembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun
ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Tujuan utama para pendidik
adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Menurut aliran Humanistik para pendidik sebaiknya melihat
kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapah psikolog humanistik melihat bahwa
manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan
belajar. Secara singkat
pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan
kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini
mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk mengembangkan diri
yang ditujukan untuk memperkaya diri,menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik belajar dianggap berhasil apabila
pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Akhirnya , dapat disimpulkan pendidkan merupakan syarat
mutlak apabila manusia ingin tampil dengan sifat-sifat hakikat manusia yang
dimilikinya. Dan untuk bisa bersosialisasi antar sesama manusia inilah manusia
perlu pendidikan. Definisi tentang pendidikan banyak sekali ragamnya dengan
definisi yang satu dapat berbeda dengan yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh
sudut pandang masing-masing. Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu
manusia, mengandunga banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya
yang kompleks itu, maka tidak ada satu batasan pun secara gamblang dapat menjelaskan
arti pendidikan. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka
ragam dan kandungannya dapat berbeda yang satu dengan yang lain. Perbedaan itu
bisa karena orientasinya, konsep dasar yang digunakannya, aspek yang menjadi
tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. Yang terpenting dari semua itu
adalah bahwa pendidikan harus dilaksanakan secara sadar, mempunyai tujuan yang
jelas, dan menjamin terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik.
10. Teori Pendidikan Perdamaian
Pendidikan
untuk perdamaian secara tradisional dikemas kedalam dua ranah, yaitu negatif
dan positif.perbedaan ini dapat dilihat dari inisiatif perdamaian dengan jalan
stategi kekuataan penyelesaian konflik mereka yang bersengketa dan pembangunan
perdamaian dengan jalan mencoba memotivasi siswa ingin menjadi damai.pendidikan
perdamaian itu bersifat posiftif dan negatif.pendidikan perdamaian negatif
mencoba memadamkan api sementara pendidikan perdamaian positif mencoba untuk
menghentikan kebakaran atau konflik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
sangatlah penting didalam kehidupan kita, ada beberapa landasan yang mendukung
pendidikan tersebut. Landasan pendidikan disini mempunyai arti sebagai titik
tumpu atau titik tolak dalam mewujudkan pendidikan tersebut. Landasan
pendidikan disini mempunyai tujuan yaitu Mengarahkan peserta didik agar mampu
melaksanakan berbagai peran sesuai dengan statusnya, berdasarkan nilai nilai
dan norma norma yang berlaku yang telah diakui. Ada beberapa jenis jenis
landasan pendidikan yang mendukung pendidikan yaitu :
a.
Landasan Filosofis
Landasan
filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, misalnya apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan,
dan apa tujuan pendidikan itu.
b.
Landasan Sosiologi
Landasan
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan
pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.
c.
Landasan Kultural
Landasan
kultural berfungsi untuk menstranmisi kebudayaan kepada generasi penerus,
tetapi pendidikan juga berfungsi untuk menstranformasikan kebudayaan agar
sesuai dengan perkembangan dan tujuan zaman.
d.
Landasan llmiah dan Teknologi serta Seni
Landasan
Ilmiah dan Teknologi serta seni merupakan segala sesuatu pendidikan itu yang
diperoleh melalui berbagai cara penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio).
e.
Landasan religius
landasan
religius pendidikan yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik
tolak dalam rangka praktek pendidikan
dan atau studi pendidikan.
f.
Landasan Hukum
landasan
hukum dapat diartikan peraturan buku sebagai tempat berpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.
g.
Landasan Histori
landasan
histori Pendidikan dapat diartikan dengan Sejarah Pendidikan Dunia.Landasan
histori ini menjelaskan pendidikan pada zaman – zaman sejarah, yaitu Zaman
realism, rasionalisme, naturalisme, developmentalisme, nasionalisme,
liberalisme, positivisme, individualisme, sosialisme
h.
Landasan Ideologi
Landasan
ideology adalah landasan yang mempelajari keyakinan – keyakinan dan pandangan
hidup.
Teori merupakan suatu
perangkat prinsip-prinsip terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu
dalam lingkunganPendidikan bisa disimpulkan sebagai proses yang dilakukan untuk
mendewasakan manusia agar bisa bertanggung jawab dalam segala kewajibannya baik
sebagai individu maupun makhluk social.
1.
Pendidikan klasik
2.
Pendidikan pribadi
3.
Teknologi pendidikan
4.
Pendidikan interaksional
B.
9 Teori pendidikan Robert M Hutchins
1.
Teori Hakikat Manusia
2.
Teori Nilai
3.
Teori Belajar
4.
Teori Kematangan
5.
Teori Lingkungan
6.
Teori Interdependensi Sosial
8.
Teori Tranmisi
9.
Teori Masyarakat
C.
Empat teori utama mewakili pandangan para ahli dibidang pendidikan, yaitu :
1.
Teori Fungsionalis
2.
Teori Konflik
3.
Teori Interaksionis Simbolis
4.
Teori Rekontruksionis
D.
Selain dari teori-teori
tersebut, berikut akan dijelaskan teori teori pendidikan yang berasal dari
barat.
1. Teori Koneksionisme
a. Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)
b. Hukum Latihan (The Law of Exercise)
c. Hukum
Akibat (The Law of Effect)
2. Teori Classical Conditionins
3. Pembiasaan Perilaku Respon (operant conditioning)
4. Teori Pendekatan Kognitif
5.Teori Kognitive ( Gestalt Field )
A. Emperisme
B. Nativisme
C. Naturalisme
D.
Konvergensi
6. Behaviorisme
7. Kognitivisme.
8. Humanistik
9. Konstruktivisme.
10. Teori Pendidikan Perdamaian.
B.
Saran
Saya
selaku penulis mengharapakan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan kata
dalam penulisan ini. Kritik dan saran yang membangun akan menjadikan saya lebih
baik ke depannya dalam penulisan makalah.harapan saya dengan ditulisnya makalah
ini bisa berguna bagi kita semua untuk menambah ilmu pengetahuan terutama
dibidang pengantar pendidikan.kurang dan lebihnya tentang makalah ini saya
selaku penulis meminta maaf yang sebesar besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtaraharja,Umar.2005.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT.Rineka
Cipta
Parsono.1990.Landasan Kependidikan.Jakarta: Universitas
Terbuka,Depdikbud
Abdullah,Abdurrahman
Saleh.2007.Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran.Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Syah, Muhibbin. 2008.Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
Syaripudin,Tatang.2006.Landasan
Pendidikan.Bandung:
Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia.
Nurani,Soyomukti.2010.Teori-Teori Pendidikan.Yogyakarta:
Ar-ruzzmedia
Surya, Muhammad.2004.Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Rohman, Arif.2009.Memahami
Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:
Mediatama
Setyamidjaja, Djoehana.2002.Landasan Ilmu Pendidikan.Bogor: Universitas Pakuan Bogor
Sukardjo,Komarudin Ukim.2009. Landasan Pendidikan.Jakarta: Rajawali Pers Jakarta.
Idris,Zahara.1987.Dasar-Dasar Kependidikan.Padang:Angkasa Raya
Nelwati,Samsi.2006.Dasar-Dasar Kependidikan.Padang:IAIN Press
S, Nasution.2004.Didaktik Asas-asas Mengajar.Jakarta:
Bumi Aksara.
Danim,Sudarman.2010.Pengantar kependidikan.Bandung:Alfabeta
Cv
Website
:
http: // mjeschool.multjay.com/jurnal/item/36
http://sudionokps.wordpress.com/2008/07/20/landasan-landasan-pendidikan/
http:/dhamincitta/forum/index.php
terimakasih.
BalasHapussalam,
https://ruangguru.com