BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak lahir seorang manusia
sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dia
dirawat, dilatih, dijaga, dan dididik oleh orang tua, keluarga dan
masyarakatnya menuju tingkat kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi
kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Karena manusia pendidikan
mutlak ada dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai
manusia yang manusiawi. Di dalam keonteks pendidikan, manusia adalah makhluk
yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek,
selalu berusaha mendidik dirinya (sebagai objek) untuk perbaikan perilakunya.
Jelaslah bahwa pendidikan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, baik pendidikan yang
berlangsung secara alami oleh orang tua atau masyarakat terlebih pendidikan
tersistem yang diselenggarakan oleh sekolah. Jadi kesimpulannya adalah manusia
memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya, yaitu potensi intelektual,
rasa. karsa, karya dan religi yang bisa dan akan ditumbuh dan kembangkan
melalui proses pendidikan yang baik dan terarah.
Tampaklah bahwa manusia itu
sangat membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat
mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya
sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat
diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku
manusia dapat didekati dan dianalisis secara murni. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai hubungan manusia dengan pendidikan itu sendiri
Hampir semua orang dikenali
pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari
orang tuanya, dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka
juga akan mendidik anak-anaknya. Begitupula di sekolah dan perguruan tinggi,
para siswa dan mahasiswa dididik oleh dosen dan para guru. Pendidikan adalah
khas milik dan alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang membutuhkan pendidikan.
Pendidikan sebagai usaha sadar
yang sestematik-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta
mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu.
Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar
utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang
tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta
dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi
peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program
pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan memberikan perspektif yang lebih
luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional
tentang landasan dan asas pendidikan tersebut selalu diarahkan pula pada upaya
dan permasalahan penerapannya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Apa itu manusia dan pendidikan
?
2. Apa sajakah landasan ilmiah
dan implikasinya ?
3. Apa sajakah landasan filosofis
dan implikasinya ?
4. Apa itu arti dari keharusan
akan pendidikan ?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu
manusia dan pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa sajakah
landasan ilmiah dan implikasinya.
3. Untuk mengetahui apa sajakah
landasan foilosofis dan impikasinya.
4. Untuk mengetahui apa itu
keharusan akan pendidikan ?
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
MANUSIA DAN PENDIDIKAN
Manusia memiliki berbagai
dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa, kelompok, dll. Semua itu bercampur
aduk menjadi potensi dasar atau bawaan manusia, sehingga disadari atau tidak,
manusia telah mengembangkan potensi tersebut, baik secara maksimal atau tidak,
dengan baik atau buruk. Semuanya tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan
yang mempengaruhinya.
Kaitanya dengan hal tersebut,
dengan akal manusia yang bisa dikatakan jenius, manusia dapat menemukan jalan
untuk mengembangkan potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu dengan
pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting pendidikan bagi kehidupan
mereka.
Dalam hal ini, saya mencoba
mencari keterkaitan antara pendidikan dengan manusia. Atau, apakah arti penting
pemahaman tentang hakekat manusia tadi terhadap proses pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar,
terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi
bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai dengan tujuan
pendidikan.Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk
mencapai suatu tujuan.
Melihat pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan manusia itu sangat erat.
Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang
lebih baik.
Berbicara tentang pendidikan,
berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara
tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan.
Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena
manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi
diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia merupakan subyek
pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan itu sendiri.
Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa
mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa, bagaimana,
dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat
individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina,
pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan
merusak kodrat manusia. Apabila digunakan secara negative.
Esensia kepribadian manusia,
yang tersimpul dalam aspek-aspek: individualitas, sosialitas dan moralitas
hanya mungkin menjadi relita (tingkah laku, sikap) melalui pendidikan yang
diarahkan kepada masing-masing esensia itu. Harga diri, kepercayaan pada diri
sendiri (self-respect, self-reliance, self confidence) rasa tanggung jawab, dan
sebagainya juga akan tumbuh dalam kepribadian manusia melalui proses
pendidikan.
B. PANDANGAN ILMIAH TENTANG
MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKANNYA
1. Antropologi Biologis/Fisik
Antropologi adalah studi
tentang asal-usul, perkembangan, karakteristik jenis (spesies) manusia atau
studi tentang ras manusia. Antroplogi ilmiah mencakup: antropologi biologis,
antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistic. Antropologi biologi
sering disebut antropologi fisik, yaitu studi tentang fosil dan kehidupan
manusia sebagai organism biologis. (Beals, 1997: 1)
Karekteristik dari antropologi
biologis bahwa manusia adalah Homo Sapiens yang merupakan puncak evolusi
organik dari makhluk hidup. Manusia memiliki cirri khas diantaranya: berjalan
tegak, mempunyai otak yang besar dan kompleks, hewan yang tergeneralisasi atau
dapat hidup dalam berbagai lingkungan, serta memiliki perode kehamilan yang
panjang dan anak lahir tak berdaya. Adapun kedudukannya dalam klasifikasi
makhluk hidup sebagai berikut:
a.
Dunia:
binatang
b. Phylum: chordota
c.
Kelas:
mamalia
d. Orde: primate
e.
Famili:
hominidae
f.
Genus:
homo
g. Spesies: sapiens
Implikasi dalam pengembangan
teori pendidikan yaitu berupa lahir dan berkembangnya antropologi pendidikan.
Sedangkan implikasi dalam praktek pendidikan bahwa konsep-konsep antropologi
biologi landasan pendidikan (landasan antropologis pendidikan) berupa:
a.
Adanya
keharusan dan kemungkinan pendidikan
b. Adanya keragaman praktek
pendidikan, baik dalam sejarah manusia maupun dalam bentuk praktek pendidikan
dalam suatu zaman.
2. Antropologi Budaya
Batasan dalam antropolgi
sosial budaya adalah mempergunakan teknik-teknik riset historis, observasi,
wawancara dalam studio rang yang hidup sekarang. Antropologi budaya memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a.
Manusia
adalah organisme sosiobudaya.
b. Komponen utama budaya yaitu
adanya sebuah kelompok/masyarakat, sebuah lingkungan dalam kelompok/masyarakat,
sebuah budaya material, sebuah tradisi budaya dan kegiatan-kegiatan serta
perilaku manusia.
c.
Karakteristik
utama budaya yaitu tingkah laku kultural dipelajari, tingkah laku kultural
terorganisasi dalam pola-pola tingkah laku, pola-pola budaya diajarkan orang
dan berlangsung dari satu generasi ke generasi lainnya, budaya mempunyai aspek
material dan non material, budaya tersebar secara seragam oleh anggota
masyarakat, tingkah laku kultural menjadi sebuah cara hidup serta budaya terus
menerus berubah.
Implikasi dalam praktek
pendidikan bahwa konsep antropologi sosial budaya menjadi landasan pendidikan
(landasan antropologis pendidikan) berupa keharusan dan kemungkinan pendidikan;
keragaman kegiatan pendidikan berdasarkan sistem budaya, kesatuan budaya
regional dan kelompok subkultural. Sedangkan implikasi dalam pengembangan teori
pendidikan berupa lahir dan berkembanganya antropologi pendidikan yang
dipelopori Frans Boa dan Margareth Mead serta adanya kebutuhan antropologi
filsafat anak.
3. Psikologi
Psikologi adalah studi tentang
kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya, dari dalam
kandungan sampai balita, dari masa kanak-kanak sampai dewasa serta masa tua
(Woordward & Marquis, 1955:3). Menurut pandangan psikologis, karakteristik
individu yang belajar yaitu: unik, banyak kesamaan daripada perbedaannya,
mempunyai berbagai diri, sebuah organism total, mempunyai kesiapan bertindak,
mempunyai tugas-tugas perkembangan, mempunyai berbagai kebutuhan, mempunyai
kecenderungan umum dalam bertingkah laku, mempunyai tujuan khusus dan merupakan
motivator dirinya sendiri.
Implikasi psikologi dalam
parktek pendidikan berupa landasan psikologis pendidikan yaitu konsep-konsep
psikologis tentang individu yang menjadi dasar pelaksanaan proses kegiatan
belajar mengajar. Selain itu, adanya pandangan bahwa pendidikan =
individualisasi atau proses pengembangan individu.
Implikasi dalam pengembangan
teori pendidikan yaitu lahir dan berkembangnya psikologi pendidikan yang
dipelopori oleh Thorndike. Serta lahir dan berkembangnya aliran pembaharuan
pendidika yang disebut developmentalisme oleh Pestalozzi, Herbart dan Froebel.
4. Sosiologi
Sosiologi dalah studi tentang
struktur sosial (Reading:1977:195). Sosiologi mengemukakan tentang
karakteristik masyarakat, bahwa manusia adalah animal sociale (binatang yang
hidup bermasyarakat). Reading menyatakan bahwa masyarakat adalah sebuah
kelompok dengan suatu budaya yang terorganisasi untuk memberikan kepuasan bagi
kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan semua orang, dalam arti sempit
adalah struktur sosial.
Ginsberg mengemukakan
komponen-komponen masyarakat yaitu morfologi sosial, control sosial, proses
sosial dan patologi sosial. Sedangkan Broom dan Selznick mengemukakan komponen
masyakarakat terdiri dari organisasi sosial, budaya, sosialisasi,
kelompok-kelompok primer, stratifikasi sosial, asosiasi (perkumpulan), tingkah
laku kolektif, penduduk dan ekologi.
Implikasi dalam praktek
pendidikan berupa landasan sosiologis pendidikan yaitu konsep-konsep sosiologi
tentang manusia menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan. Kemudian masyarakat
sebagai ekologi pendidikan dan terakhir, pendidikan = sosialisasi (proses
menjadi anggota masyarakat yang diharapkan).
Sedangkan implikasi dalam
pengembangan teori pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
Mendorong
lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan yang dipelopori oleh Henry Suzzalo
b. Mendorong lahir dan
berkembangnya ilmu pendidikan kependudukan
c.
Mendorong
lahir dan berkembangnya aliran sosiologisme pendidikan atau sociological
tendency in education yang lebih menekankan konsep pendidikan pada proses
sosialisasi daripada individualisasi.
5. Politika
Politika adalah studi tentang
pemerintahan negara. Manusia hakikatnya sebagai animal poiticon (Aristoteles)
atau binatang yang hidup berpolitik. Bidang ilmu politik meliputi: teori
politik, lembaga-lembaga politik, partai-partai politik, kelompok-kelompok
politik dan pendapat umum serta hubungan internasional.
Implikasi politika dalam
praktek pendidikan adalah sebagai berikut:
- Konsep
politika sebagai landasan political pendidikan atau menjadi dasar
penyelenggaraan pengelolaan pendidikan makro nasional.
- Terjalinnya
kerja sama internasional dalam bidang pendidikan
- Pendidikan
= civilisasi (proses menjadi warga negara yang diharapkan)
- Pendidikan
kewarganegaraan mempunyai kedudukan dan peranan yang penting
- Pendidikan
politik.
Implikasi politika dalam pengembangan
teori pendidikan antara lain:
a.
Lahir
dan berkembangnya politika pendidikan/pendidikan nasional yang dipelopori oleh
Guizot, Fischer, Horace Mann dan Henry Benhard, K.H dewantoro dan Moh. Syafei
b. Lahir dan berkembangnya studi
pendidikan internasional.
6. Ekonomika (Ilmu Ekonomi)
Ekonomika adalah studi tentang
upaya manusia memperoleh kemakmuran materiil manuisa. Karakteristik ekonomika
bahwa manusia dalam ekonomika = animal economicus yaitu binatang yang terus
berusaha memperoleh kemakmuran materiil. Bidang ekonomi yang dikaji yaitu
konsumsi, produksi, distribusi dan pertumbuhan sepanjang waktu. Satuan ekonomi
yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro.
Implikasi ekonomika dalam
praktek pendidikan antara lain:
a.
Landasan
economical pendidikan yaitu konsep ekonomik yang menjadi dasar atau landasan
pendidikan.
b. Kondisi ekonomi mempengaruhi
kemampuan dan kegiatan pendidikan
c.
Pendidikan
= penanaman modal dalam sumber daya manusia atau human investment (ditinjau
dari ekonomi makro)
d. Pendidikan = profesionalisasi
(ditinjau dari ekonomi mikro).
Implikasi ekonomika dalam
pengembangan teori pendidikan antara lain:
a.
Lahir
dan berkembangnya ekonomika pendidikan yang dipelopori secara konseptual oleh
Adam Smith, Alfred Marshall, J. Alan Thomas, G.D. Schultz.
b. Lahir dan berkembangnya studi
pendidikan dan pembangunan.
C. PANDANGAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKANNYA
1. Filsafat Umum/Murni
Filsafat adalah studi tentang
kebenaran alam semesta dan isinya. (Beck, 1979:2). Berdasarkan telaah filosofis, karakteristik
filsafat adalah sebagai berikut:
a.
Kritis,
yaitu berpikir mengungkapkan dan memecahkan masalah secara menyeluruh dan
mendalam
b. Spekulatif (kontemplatif),
yaitu berpikir menerobos melampoi fakta atau data-data yang tersedia dalam
rangka menemukan hal yang hakiki.
c.
Fenomenologis,
yaitu berpikir berawal dari gejala dan kemudian mencoba terus menguliti,
mengurangi, mereduksi hal-hal yang tak penting, untuk sampai pada hal yang
menjadi hakikat dari gejala
d. Normatif, yaitu berpikir yang
tertuju untuk mencari hal-hal yang seharusnya.
Obyek filsafat adalah
pertanyaan umum yang terbuka/abadi, yaitu pertanyaan yang tidak pernah selesai
dijawab sepanjang hidup manusia. Obyek yang menjadi lingkup pertanyaan filsafat
adalah segala sesuatu dalam alam semesta dengan segala isinya. Adapun cabang
filsafat sebagai berikut:
a.
Metafisika
yaitu hakikat kenyataan masih terbagi lagi menjadi 4, yaitu: ontology (hakikat
kenyataan alam semesta), teologi (hakikat Tuhan), kosmologi (hakikat alam) dan
humanologi (hakikat manusia).
b. Epistimologi = hakikat
mengetahui dan pengetahuan, sedangkan logika = menyimpulkan untuk memperoleh
pengetahuan.
c.
Aksiologi
yaitu hakikat nilai, terbagi menjadi etika (hakikat baik dan jahat) serta
estetika (hakikat indah dan jelek).
Aliran-aliran filsafat umum
adalah sebagai berikut:
|
1) Idealisme
|
2) Neo-Thomisme
|
3) Realisme
|
Metafisika
|
Kenyataan
= sebuah dunia pikiran/rohaniah
|
Kenyataan
= sebuah dunia rasio dan Tuhan
|
Kenyataan
= dunia benda-benda
|
Humanologi
|
Binatang
yang berpikir
|
Makhluk
yang beripikir dan beriman/percaya
|
Binatang
yang berbuat
|
Epistimologi
|
Pengetahuan
yang benar melalui mata batin/pikiran/intuisi
|
Pengetahuan
diperoleh melalui rasio dan percaya
|
Pengetahuan
yangbenar diperoleh melalui pengalaman pendriaan
|
Aksiologi
|
Manusia
diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang bersumber dari Tuhan
|
Pengetahuan
tentang kebaikan diperlukan agar dapat berbuat baik. Kebikan tertinggi adalah
kebaikan yang bersumber pada pengetahuan dan Tuhan
|
Manusia
diataur oleh hukum alam
|
|
4) Eksperimentalisme/
Instrumentalisem
|
5) Eksistensialisme
|
Metafisika
|
Kenyataan
= sebuah dunia pengalaman
|
Kenyataan
= sebuah dunia keberadaan manusia di dunia
|
Humanologi
|
Binatang
yang berevolusi fisik, psikis dan sosial
|
Binatang
yang bebas mewujudkan dirinya
|
Epistimologi
|
Pengetahuan
diperleh melalui pengalaman pendriaan
|
Pengetahuan
diperoleh melalui pengalaman
|
Aksiologi
|
Yang
baik adalah yang ternyata berguna dalam masyarakat
|
Nilai
ditentukan oleh kebebasan memilih dari seseorang pribadi.
|
Implikasi filsafat murni dalam
praktek pendidikan yaitu munculnya konsep-konsep filsafat ilmu seperti
metafisika, epistimologi dan aksiologi yang menjadi dasar penyelenggaraan
pendidikan (landasan filosofis pendidkan). Implikasi berikutnya berupa
munculnya sekolah percobaan seperti:
a.
Kindergarten
dari Froebel merupakan penerapan gagasan pendidikan idealistic
b. Casa De Bambini merupakan
sekolah dari Montessori yang merupakan penerapan gagasan pendidikan
naturalistik
c.
Laboratory
school dari J. Dewey merupakan penerapan gagasan pendidikan pragmatic/eksperimentalistik,
dsb.
Implikasi filsafat murni dalam
teori pendidikan sebagai berikut:
a.
Munculnya
filsafat pendidikan dipelopori oleh Plato
b. Lahir dan berkembangnya aliran
filsafat pendidikan, seperti: idealisme (pendidikan = pemekaran kemampuan berpikir),
realisme (pendidikan = pemekaran kemampuan berbuat dan berpengalaman),
eksperimentalisme (rekonstruksi pengalaman yang terus menerus sepanjang hidup),
eksistensialisme (pendidikan = perwujudan kebebasan diri sendiri).
Filsafat
Antropologi/Antropologi Filosofis
Filsafat antropologi adalah
cabang filsafat yang menyelidiki hakikat manusia sebagai keseluruhan, atau
manusia seutuhnya. Pengetahuan filosofis tentang manusia pada dasarnya dalah
refleksi manusia tentang dirinya sendiri dan manusia dapat merefleksikan
tentang dirinya sendiri hanya jika menjadi pribadi yang mengenal dirinya. Jadi
tujuan utama filsafat antropologi adalah mencerminkan dirinya menjadi seorang
pribadi. Objek kajian filsafat antropologi antara lain: masalah hubungan
manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan.
Karakteristik manusia
seutuhnya bahwa satu yang terkandung di dalamnya banyak aspek (one in many).
Manusia seutuhnya adalah animal symbolicum. Karakteristik lain:
a.
Hewan
yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk mengkomunikasikan
pikirannya (animal sociale)
b. Hewan yang mempunyai kemampuan
menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan pikiran sebagai milik manusia yang
unik (animal rationale)
c. Hewan yang mempunyai kemampuan
menggunakan simbol-simbol untuk menalar dan sadari sebagai pribadi yang
menalar.
d. Hewan yang mempunyai kemampuan
menggunakan simbol-simbol untuk mengkombinasikan unsur-unsur yang menghasilkan
suatu yang kreatif.
e. Hewan yang mempunyai kemampuan
menggunakan simbol-simbol maka dapat mengadakan perbedaan moral
f. Hewan yang mempunyai kemampuan
menggunakan simbol-simbol dapat menyadari sendiri sebagai pribadi
Implikasi filsafat antropologi
dalam praktek pendidikan antara lain sebagai berikut:
a.
Konsep
manusia seutuhnya sebagai dasar tujuan pendidikan
b. Pendidikan = humanisasi
(proses mewujudkan kemanusiaan, atau proses menuju tercapainya manusia
seutuhnya
c. Tujuan utama dalam hidup
mencapai perwujudan diri sendiri secara kooperatif
Implikasi filsafat antropologi
dalam pengembangan teori pendidikan antara lain sebagai berikut:
a.
Timbul
kebutuhan studi filsafat antropologi anak yang tertuju membahas hakikat anak
(anak membawa dosa dari Adam dan hawa di surge; anak dilahirkan sebagai tabula
rasa atau tanpa pembawaan; anak dilahirkan baik; anak dilahirkan tidak berdaya
tapi penuh potensi)
b. Mendorong lahir dan
berkembangnya pedagogik atau ilmu mendidik yang memadukan aspek faktual dengan
aspek normative, yang dipelopori oleh Herbart (perpaduan antara aspek filosofis
yang menentukan tujuan-tujuan pendidikan dengan aspek psikologis yang
menentukan cara-cara atau metode-metode pendidikan).
D.
KEHARUSAN PENDIDIKAN
Manusia sejak lahir sangat
membutuhkan bantuan orang lain, khususnya kedua orang tuanya. Dapat dibayangkan
seandainya anak manusia pada saat lahir dibiarkan begitu saja oleh ibunya,
tanpa sentuhan apapun sedikitpun. Dengan mengabaikan kekuasaan Tuhan,
kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang ditelantarkan
tersebut.Keharusan mendidik anak telah disebut-sebut, misalnya karena anak pada
saat lahir dalam keadaan tidak berdaya, anak tidak langsung dewasa, sehingga
anak memerlukan perhatian dan bantuan orang lain. Dengan keterbatasan kemampuan
anak menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan. Keterbatasan anak dikarenakan,
anak lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan ia tidak langsung dewasa.
1. Keharusan Pendidik
Keharusan manusia untuk
mendapatkan pendidikan dapat kita simak dari uraian di bawah ini:
a.
Anak
Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya
Dilihat dari sudut anak,
pendidikan merupakan suatu keharusan. Pada waktu lahir anak manusia belum bisa
berbuat apa-apa. Sampai usia tertentu anak masih memerlukan bantuan orang tua.
Begitu anak lahir ke dunia, ia memerlukan uluran orang lain (ibu dan ayah)
untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya, dan berdiri sendiri, berbeda
dengan binatang yang begitu lahir sudah dilengkapi kelengkapan fisiknya dan
dapat berbuat sesuatu untuk mempertahankan hidupnya.Misalnya anak harimau
begitu lahir sudah dilengkapi dengan bulu yang dapat melindungi tubuhnya dari
kedinginan. Begitu lahir setelah dibersihkan oleh induknya anak harimau
tersebut sudah bisa bergerak untuk mencari susu induknya, walaupun belum
memiliki kemampuan melihat secara normal. Beberapa jenis hewan yang baru keluar
dari telurnya langsung bergerak seperti pada kura-kura, buaya, dan sebagainya.
Begitu juga pada binatang lainnya khususnya binatang menyusui seperti kuda,
kambing, kera dan sebagainya.Hal tersebut tidak demikian pada manusia. Manusia
perlu mendapat bantuan orang lain untuk dapat menolong dirinya untuk sampai
kepada dewasa. Masa pendidikan manusia memerlukan waktu yang lama karena di
samping manusia harus dapat mempertahankan hidupnya dalam arti lahir, ia juga
harus memiliki bekal yang berkaitan dengan moral, memiliki pengetahuan, dan keterampilan
lainnya yang diperlukan untuk hidup. Makin tinggi peradaban manusia, makin
banyak yang harus dipelajari agar dapat hidup berdiri sendiri tanpa
menggantungkan diri kepada orang lain.Oleh karena itu, anak/bayi manusia
memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi
mempertahankan hidup dengan belajar setahap demi setahap untuk memperoleh bekal
nilai-nilai moral, memiliki kepandaian dan keterampilan, serta pembentukan
sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya
itu memerlukan waktu yang cukup lama.Dilihat dari orang tua pendidikan juga
merupakan suatu keharusan. Tanpa ada yang memaksa, dengan sendirinya orang tua
akan mendidik anaknya. Hal tersebut disebabkan karena adanya rasa kasih sayang
dan rasa tanggung jawab dari orang tua terhadap anaknya. Perasaan kasih sayang
merupakan fitrah kemanusiaan yang akan timbul dengan sendirinya pada manusia.
Rasa tanggung jawab menyebabkan orang tua, bahwa anak itu perlu memperoleh
bimbingan agar ia di kemudian hari dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan
diri kepada orang lain. Anak perlu mendapat pendidikan dan orang tua merasa
wajib untuk memberikan pendidikan bagi anaknya. Keduanya bertemu dalam kegiatan
pendidikan yang berlangsung secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari dalam
keluarga.
Pendidikan karena dorongan
orang tua, yaitu hati nuraninya yang terdalam yang memiliki sifat kodrati untuk
mendidik anaknya baik dari segi fisik, sosial, emosi, maupun intelegensinya
agar memperoleh keselamatan, kepandaian, memperoleh kebahagiaan hidup yang
dicita-citakan, sehingga ada tanggung jawab moral atas hadirnya anak tersebut
yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat dipelihara, dan dididik
dengan sebaik-baiknya.
b. Manusia Lahir Tidak Langsung
Dewasa
Untuk sampai pada kedewasaan
yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan wazktu lama.
Pada manusia primitif mungkin proses pencapaian kedewasaan tersebut akan lebih
pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa ini. Pada manusia primitif
cukup dengan mencapai kedewasaan secara konvensional, di mana apabila seseorang
sudah memiliki keterampilan unuk hidup, khususnya untuk hidup berkeluarga,
seperti dapat berburu, dapat bercocok tanam, mengenal nilai-nilai atau
norma-norma hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan dewasa. Dilihat dari
segi usia, misalnya usia 12-15 tahun, pada masyarakat primitif sudah dapat
melangsungkan hidup berkeluarga. Pada masyarakat modern tuntutan kedewasaan
lebih kompleks, sesuai dengan makin kompleksnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan juga makin kompleksnya sistem nilai. Untuk mengarungi kehidupan yang
dewasa, manusia perlu dipersiapkan, lebih-lebih pada masyarakat modern. Bekal
tersebut dap[at diperoleh dengan pendidikan, di mana orang tua atau generasi
tua akan mewariskan pengetahuan, nialai-nilai, serta keterampilannya kepada
anak-anaknya atau pada generasi berikutnya.Manusia merupakan makhluk yang dapat
dididik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan. Manusia merupakan makhluk
yang harus dididik, karena manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, lahir
tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi
dengan sesamanya.
c.
Manusia
sebagai Makhluk Sosial
Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama
dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan, di mana pun hewan dibesarkan,
tetap akan memiliki perilaku hewan. Seekor kucing yang dibesarkan dalam
lingkungan anjing akan tetap berperilaku kucing, tidak akan berperilaku anjing,
karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti
dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan
lainnya.Manusia hidup bersama orang lain, tidak sendirian. Mereka menentukan
berbagai perjanjian agar hidup bersama itu menguntungkan kedua belah pihak.
Menguntungkan bagi masyarakat, dan juga menguntungkan bagi kehidupan individu
masing-masing. Manusia sebagai makhluk sosial, disamping memiliki dorongan
untuk hidup secara individual, ia juga menunjukan gejala-gejala sosial. Ia
senang hidup bersama dengan orang lain.Seorang manusia perlu mencapai suatu
taraf kedewasaan tertentu agar ia dapat hidup bersama dengan orang lain. Kalau
tidak, akan berbuat di luar perjanjian (kebiasaan, adat, aturan) yang berlaku.
Hal itu berarti bahwa ia tidak dewasa secara sosial. Walaupun secara biologis
ia sudah matang, tetapi untuk hidup bersama dengan orang lain, ia perlu
mendapatkan pendidikan.Kalau manusia bukan makhluk sosial, atau ia tidak hidup
bersama-sama dengan orang lain, pada hakikatnya ia hidup sendiri-sendiri. Maka
hidup manusia itu tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan. Dalam kehidupan
seperti ini, manusia tidak dapat dipengaruhi, karena ia telah membawa pola
hidupnya yang tetap dan tidak perlu lagi belajar dari orang lain atau melalui
apapun. Ia sudah dalam keadaan matang untuk mengikuti kehidupan yang polanya
sudah ada (terjadi). Dalam keadaan demikian, pendidikan tidak perlu lagi karena
memang tidak diperlukan.
d. Manusia sebagai Makhluk Individu
yang Berdiri Sendiri
Pengertian makhluk sosial
tidak berarti bahwa individu (perorangan) tiadak ada. Pengertian sosial harus
diartikan bahwa manusia hidup bersama dalam kepribadian sendiri-sendiri. Ia
masih tetap berdiri sendiri, namun bersama-sama dengan orang lain. Pergaulan
hidup, adalah hidup antara pribadi-pribadi (individu-individu) satu sama lain.
Tidak berarti bahwa individu itu luluh menyatu dengan yang lain, seperti halnya
boneka-boneka yang hanya bergerak dengan pola yang sama. Manusia memang hidup
bersama, namun tetap secara individu dan individu.Dengan adanya pribadi-pribadi
orang perorangan yang berbeda, karena itulah pendidikan diperlukan, karena
setiap orang yang bersifat individu itu perlu belajar hidup dengan individu
lannya. Pendidikan tidak mendidik agar setiap orang (individu) dapat
berperilaku sebagai individu bersama dengan individu lainnya.
e.
Manusia
sebagai Makhluk yang Dapat Bertanggung Jawab
Seorang manusia mampu atau
tepatnya harus mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Setiap
tindakan manusia membawa akibat, dan sering kali akibat itu menimpa orang lain,
karena kita hidup bersama-sama dengan orang lain. Seekor hewan kalau berbuat
sesuatu tidak akan mengerti akibat yang timbul dari tindakan tersebut, karena
ia tidak mampu berpikir, dan tindakannya hanya didasarkan oleh insting
belaka.Manusia akan dapat memperhitungkan akibat tindakannya, baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain. Karena itulah manusia patut diminta pertanggung jawaban
atas segala perbuatannya, karena kita pradugakan ia akan mengerti apa
akibatnya. Pendidikan di samping mengajar orang agar menjadi tahu, dan
terampil, pendidikan juga mengembangkan sikap. Sikap yang utama adalah sikap
tanggung jawab, karena makhluk sosial manapun memang harus bertanggung jawab.
Bertanggung jawab adalah
sejajar dengan manusia sebagai makhluk sosial. Kalau sikap bertanggung jawab
tidak dimiliki setiap oleh setiap insan, maka kehidupan akan kacau, kaerena
manusia akan bertindak semaunya, setiap orang hanya akan menuruti kehendaknya
sendiri, dan tidak akan bertahan hidup lama.Pendidikan itu sendiri merupakan
tindakan yang bertanggung jawab, yaitu bertanggung jawab terhadap generasi
manusia selanjutnya, karena kita tahu bahwa setiap anak membutuhkan bantuan.
Kalau tidak bertanggung jawab terhadap generasai berikutnya, mereka akan
terlantar. Disinilah pendidikan bertanggung jawab bagi kelanjutan kehidupan dan
hidup generasi berikutnya.Untuk melaksanakan pendidikan diperlukan adanya
kesediaan anak didik untuk menerima pengaruh. Pada saat anak masih kecil
kesediaan ini belum ada, baru timbul kemudian kalau anak itu merasa dirinya
tidak mampu melakukan sesuatu dan perlu bantuan orang lain, sehingga ia perlu
belajar dari orang lain. Selama anak belum mau menerima pengaruh orang lain
diluar dirinya, tidak akan muncul ketaatan terhadap pihak lain yang berusah
mempengaruhinya. Kalau anak sudah menyadari kekurangannya, ia akan mau menerima
pengaruh dan mau taat, dengan kata lain ia mau menerima kewibawaan pendidik.
f.
Sifat
Manusia dan Kemungkinan Terjadinya Pendidikan
Apa sebabnya pendidikan hanya
terjadi pada manusia? Pada tumbuh-tumbuhan sebagai makhluk hidup sama sekali
tidak terjadi pendidikan. Pada tingkat hewan ada perilaku yang mirip dengan
pendidikan, namun sangat jauh berlainan dengan pengertian pendidikan yang
sebenarnya. Tindakan yang mirip pendidikan itu disebut “dressur” ( pembiasaan
dan dilatih terus menerus).Anak anjing meniru induknya, dengan jalan
bermain-main, dia melepaskan dorongan untuk berkelahi. Dia berkelahi (
main-main ) dengan induknya, sedangkan induknya sengaja membuat dirinya seperti
bermain berkelahi juga. Kejadian tersebut seolah-olah pada induk anjing ada
keinginan untuk “ mendidik “ anaknya. Dorongan untuk bermain seperti itu pada
anjing-anjing tersebut tidak didasarkan atas kesadaran bahwa dirinya ( anak
anjing ) tidak mampu, yang harus belajar kepada anjing lain. Bukan itu yang
menjadi alasan anak anjing dan induknya bermain, namun didasarkan dorongan
untuk berbuat, bergerak. Pada anjing-anjing tersebut tidak ada kesengajaan
untuk berbuat atas kesadaran atas kekurangan dan ketidak mampuannya. Misalnya
sang induk anjing sadar bahwa anaknya tidak mampu dan masih banyak kekurangan
dalam pengalamannya. Dari anak anjing tidak ada kesediaan menerima pengaruh
dari induknya, tidak ada kewibawaan.Pada manusia juga terjadi “ dressur “ pada
saat anak belum memiliki kesadaran akan kekurangan dirinya. Pada saat itu anak
merasakan untuk meniru dan berbuat, akan berbuat sesuatu. Anak usia sekitar 2 –
6 tahun misalnya, ia akan berbuat apa saja, ia bergerak menurut kemauannya.
Anak dibelikan sepeda oleh ayahnya agar anak bisa naik sepeda dan ayahnya
mendorong sepeda tersebut. Namun apa yang terjadi anak tidak mau naik sepeda,
bahkan ia akan turun dan mendorong sepeda tersebut seperti ayahnya mendorong
sepeda tadi.Contoh lain anak akan mengambil benda yang ia temukan
disekelilingnya, melihat pisau ( padahal pisau itu sangat tajam ) ia akan ambil
dan digosok-gosokkan seperti menirukan ibunya mengguanakan pisau tersebut,
mungkin juga digosokan ke tangannya. Sang ibu sangat cemas berkata setengah
berteriak, “ Auuu…anakku sayang jangan pake pisau itu, ibu pinjam ya sayang”.
Sang anak tidak mau melepaskan pisau itu. Kalau diambil secara paksa ia akan
menangis, caranya cari pisau lain atau benda lain yang menyerupai pisau yang
tumpul lalu berikan kepadanya.Anak melihat orang tuanya waktu mandi menggosok
gigi, dengan gesitnya anak mengambil sikat gigi ibunya dan ingin pakai
pastanya. Disinilah si ibu mencoba melatih si anak untuk menggosok giginya, dan
si anak dengan senangnya menggosok giginya walaupun tidak benar. Anak makan
dengan orang tuanya, ia memperhatikan orang tuanya memakai sendok dan garpu,
dengan cepatnya sang anak mengambil sendok makan, walaupun cara memegangnya dan
cara memasukan ke mulutpun belum pas dan benar. Disini sang ibuu melatih
anaknya membetulkan bagaimana cara memegang sendok, dan bagaimana memasukannya
kedalam mulutnya.Dalam kejadian di atas, ayah melatih anaknya naik sepeda dan
ibunya melarang anaknya menggunakan pisau supaya jangan bermain dengan pisau,
ibu melatih anaknya menggosok gigi, sang ibu melatih anaknya menggunakan
sendok, itu semuanya belum temasuk pendidikan yang sebenarnya, karena anak
belum memahami, menyadari apa artinya perintah atau kemauan ayahnya untuk naik
sepeda, dan anak juga tidak paham mengapa ibunya melarang bermain dengan pisau,
mengapa harus menggosok gigi dan mengapa makan haruus pakai sendok. Yang
dilakukan oleh kedua orang tua anak itu bukan pendidikan dalam arti
sesungguhnya melainkan merupakan suatu “ dressur “.Jadi dengan sifat anak suka
meniru beridentifikasi dengan orang lain, suka bermain, bisa menerima pengaruh
dan menerima kewibawaan orang lain, merupakan keharusan bagi orang tua (
pendidik ) membimbingnnya. Pendidikan harus menjadi contoh bagi anak didiknya,
memberi pengaruh yang positif untuk mengisi kedewasaan anak kelak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia merupakan subyek
pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan itu sendiri.
Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa
mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa, bagaimana,
dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat
individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina,
pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan
merusak kodrat manusia. Apabila digunakan secara negative.
PANDANGAN ILMIAH TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI
PENDIDIKANNYA
Antropologi Biologis/Fisik
Antropologi Budaya
Psikologi
Sosiologi
Politika
Ekonomika ( Ilmu Ekonomi )
PANDANGAN FILOSOFIS
TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKANNYA
2. Filsafat Umum/Murni
3. Filsafat
Antropologi/Antropologi Filosofis
Faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam keharusan mendidik anak adalah :
1.
Anak dilahirkan dalam keadaan
tidak berdaya
2.
2.Anak lahir tidak langsung
dewasa
3.
Manusia sebagai makhluk sosial
4.
Manusia sebagai makhluk
individu yang berdiri sendiri
5.
Manusia sebagai makhluk yang
dapat bertanggung jawab
6.
Sifat manusia dan kemungkinan
terjadinya pendidikan.
B. Saran
Kami selaku penulis
mengharapakan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan kata dalam penulisan
ini. Kritik dan saran yang membangun akan menjadikan kami lebih baik ke
depannya dalam penulisan makalah.harapan kami dengan ditulisnya makalah ini
bisa berguna bagi kita semua untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dibidang
pengantar pendidikan.kurang dan lebihnya tentang makalah ini kami selaku
penulis meminta maaf yang sebesar besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Umar Tirta Raharja, Lasulo.
2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Tilaar. A. R. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, Dan Masyarakat
Madani Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang:
UNNES Press.
izin copas gan
BalasHapus