Kamis, 06 April 2017

MAKALAH MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Sejarah adalah mempelajari pengalaman masa lalu untuk dijadikan pelajaran untuk masa depan agar kita tidak jatuh kedalam kesalahan yang sama pada masa depan.


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejak lahir seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dilatih, dijaga, dan dididik oleh orang tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Karena manusia pendidikan mutlak ada dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi. Di dalam keonteks pendidikan, manusia adalah makhluk yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, selalu berusaha mendidik dirinya (sebagai objek) untuk perbaikan perilakunya.
Jelaslah bahwa pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, baik pendidikan yang berlangsung secara alami oleh orang tua atau masyarakat terlebih pendidikan tersistem yang diselenggarakan oleh sekolah. Jadi kesimpulannya adalah manusia memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya, yaitu potensi intelektual, rasa. karsa, karya dan religi yang bisa dan akan ditumbuh dan kembangkan melalui proses pendidikan yang baik dan terarah.
Tampaklah bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan dianalisis secara murni. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hubungan manusia dengan pendidikan itu sendiri
Hampir semua orang dikenali pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya, dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitupula di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh dosen dan para guru. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang membutuhkan pendidikan.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional tentang landasan dan asas pendidikan tersebut selalu diarahkan pula pada upaya dan permasalahan penerapannya.









B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1.     Apa itu manusia dan pendidikan ?
2.     Apa sajakah landasan ilmiah dan implikasinya ?
3.     Apa sajakah landasan filosofis dan implikasinya ?
4.     Apa itu arti dari keharusan akan pendidikan ?


C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.     Untuk mengetahui apa itu manusia dan pendidikan.
2.     Untuk mengetahui apa sajakah landasan ilmiah dan implikasinya.
3.       Untuk mengetahui apa sajakah landasan foilosofis dan impikasinya.
4.       Untuk mengetahui apa itu keharusan akan pendidikan ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.      MANUSIA DAN PENDIDIKAN
Manusia memiliki berbagai dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa, kelompok, dll. Semua itu bercampur aduk menjadi potensi dasar atau bawaan manusia, sehingga disadari atau tidak, manusia telah mengembangkan potensi tersebut, baik secara maksimal atau tidak, dengan baik atau buruk. Semuanya tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa dikatakan jenius, manusia dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting pendidikan bagi kehidupan mereka.
Dalam hal ini, saya mencoba mencari keterkaitan antara pendidikan dengan manusia. Atau, apakah arti penting pemahaman tentang hakekat manusia tadi terhadap proses pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai dengan tujuan pendidikan.Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan.
Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan manusia itu sangat erat. Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang lebih baik.
Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan. Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa, bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan merusak kodrat manusia. Apabila digunakan secara negative.
Esensia kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek: individualitas, sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi relita (tingkah laku, sikap) melalui pendidikan yang diarahkan kepada masing-masing esensia itu. Harga diri, kepercayaan pada diri sendiri (self-respect, self-reliance, self confidence) rasa tanggung jawab, dan sebagainya juga akan tumbuh dalam kepribadian manusia melalui proses pendidikan.

B.      PANDANGAN ILMIAH TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKANNYA

1.       Antropologi Biologis/Fisik
Antropologi adalah studi tentang asal-usul, perkembangan, karakteristik jenis (spesies) manusia atau studi tentang ras manusia. Antroplogi ilmiah mencakup: antropologi biologis, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistic. Antropologi biologi sering disebut antropologi fisik, yaitu studi tentang fosil dan kehidupan manusia sebagai organism biologis. (Beals, 1997: 1)
Karekteristik dari antropologi biologis bahwa manusia adalah Homo Sapiens yang merupakan puncak evolusi organik dari makhluk hidup. Manusia memiliki cirri khas diantaranya: berjalan tegak, mempunyai otak yang besar dan kompleks, hewan yang tergeneralisasi atau dapat hidup dalam berbagai lingkungan, serta memiliki perode kehamilan yang panjang dan anak lahir tak berdaya. Adapun kedudukannya dalam klasifikasi makhluk hidup sebagai berikut:
a.        Dunia: binatang
b.       Phylum: chordota
c.        Kelas: mamalia
d.       Orde: primate
e.        Famili: hominidae
f.        Genus: homo
g.       Spesies: sapiens
Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan yaitu berupa lahir dan berkembangnya antropologi pendidikan. Sedangkan implikasi dalam praktek pendidikan bahwa konsep-konsep antropologi biologi landasan pendidikan (landasan antropologis pendidikan) berupa:
a.        Adanya keharusan dan kemungkinan pendidikan
b.       Adanya keragaman praktek pendidikan, baik dalam sejarah manusia maupun dalam bentuk praktek pendidikan dalam suatu zaman.

2.       Antropologi Budaya
Batasan dalam antropolgi sosial budaya adalah mempergunakan teknik-teknik riset historis, observasi, wawancara dalam studio rang yang hidup sekarang. Antropologi budaya memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.        Manusia adalah organisme sosiobudaya.
b.       Komponen utama budaya yaitu adanya sebuah kelompok/masyarakat, sebuah lingkungan dalam kelompok/masyarakat, sebuah budaya material, sebuah tradisi budaya dan kegiatan-kegiatan serta perilaku manusia.
c.        Karakteristik utama budaya yaitu tingkah laku kultural dipelajari, tingkah laku kultural terorganisasi dalam pola-pola tingkah laku, pola-pola budaya diajarkan orang dan berlangsung dari satu generasi ke generasi lainnya, budaya mempunyai aspek material dan non material, budaya tersebar secara seragam oleh anggota masyarakat, tingkah laku kultural menjadi sebuah cara hidup serta budaya terus menerus berubah.
Implikasi dalam praktek pendidikan bahwa konsep antropologi sosial budaya menjadi landasan pendidikan (landasan antropologis pendidikan) berupa keharusan dan kemungkinan pendidikan; keragaman kegiatan pendidikan berdasarkan sistem budaya, kesatuan budaya regional dan kelompok subkultural. Sedangkan implikasi dalam pengembangan teori pendidikan berupa lahir dan berkembanganya antropologi pendidikan yang dipelopori Frans Boa dan Margareth Mead serta adanya kebutuhan antropologi filsafat anak.

3.       Psikologi
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam  keseluruhan ruang hidupnya, dari dalam kandungan sampai balita, dari masa kanak-kanak sampai dewasa serta masa tua (Woordward & Marquis, 1955:3). Menurut pandangan psikologis, karakteristik individu yang belajar yaitu: unik, banyak kesamaan daripada perbedaannya, mempunyai berbagai diri, sebuah organism total, mempunyai kesiapan bertindak, mempunyai tugas-tugas perkembangan, mempunyai berbagai kebutuhan, mempunyai kecenderungan umum dalam bertingkah laku, mempunyai tujuan khusus dan merupakan motivator dirinya sendiri.
Implikasi psikologi dalam parktek pendidikan berupa landasan psikologis pendidikan yaitu konsep-konsep psikologis tentang individu yang menjadi dasar pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar. Selain itu, adanya pandangan bahwa pendidikan = individualisasi atau proses pengembangan individu.
Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan yaitu lahir dan berkembangnya psikologi pendidikan yang dipelopori oleh Thorndike. Serta lahir dan berkembangnya aliran pembaharuan pendidika yang disebut developmentalisme oleh Pestalozzi, Herbart dan Froebel.

4.       Sosiologi
Sosiologi dalah studi tentang struktur sosial (Reading:1977:195). Sosiologi mengemukakan tentang karakteristik masyarakat, bahwa manusia adalah animal sociale (binatang yang hidup bermasyarakat). Reading menyatakan bahwa masyarakat adalah sebuah kelompok dengan suatu budaya yang terorganisasi untuk memberikan kepuasan bagi kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan semua orang, dalam arti sempit adalah struktur sosial.
Ginsberg mengemukakan komponen-komponen masyarakat yaitu morfologi sosial, control sosial, proses sosial dan patologi sosial. Sedangkan Broom dan Selznick mengemukakan komponen masyakarakat terdiri dari organisasi sosial, budaya, sosialisasi, kelompok-kelompok primer, stratifikasi sosial, asosiasi (perkumpulan), tingkah laku kolektif, penduduk dan ekologi.
Implikasi dalam praktek pendidikan berupa landasan sosiologis pendidikan yaitu konsep-konsep sosiologi tentang manusia menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan. Kemudian masyarakat sebagai ekologi pendidikan dan terakhir, pendidikan = sosialisasi (proses menjadi anggota masyarakat yang diharapkan).
Sedangkan implikasi dalam pengembangan teori pendidikan adalah sebagai berikut:
a.        Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan yang dipelopori oleh Henry Suzzalo
b.       Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pendidikan kependudukan
c.        Mendorong lahir dan berkembangnya aliran sosiologisme pendidikan atau sociological tendency in education yang lebih menekankan konsep pendidikan pada proses sosialisasi daripada individualisasi.

5.       Politika
Politika adalah studi tentang pemerintahan negara. Manusia hakikatnya sebagai animal poiticon (Aristoteles) atau binatang yang hidup berpolitik. Bidang ilmu politik meliputi: teori politik, lembaga-lembaga politik, partai-partai politik, kelompok-kelompok politik dan pendapat umum serta hubungan internasional.
Implikasi politika dalam praktek pendidikan adalah sebagai berikut:
  1. Konsep politika sebagai landasan political pendidikan atau menjadi dasar penyelenggaraan pengelolaan pendidikan makro nasional.
  2. Terjalinnya kerja sama internasional dalam bidang pendidikan
  3. Pendidikan = civilisasi (proses menjadi warga negara yang diharapkan)
  4. Pendidikan kewarganegaraan mempunyai kedudukan dan peranan yang penting
  5. Pendidikan politik.

Implikasi politika dalam pengembangan teori pendidikan antara lain:
a.        Lahir dan berkembangnya politika pendidikan/pendidikan nasional yang dipelopori oleh Guizot, Fischer, Horace Mann dan Henry Benhard, K.H dewantoro dan Moh. Syafei
b.       Lahir dan berkembangnya studi pendidikan internasional.

6.       Ekonomika (Ilmu Ekonomi)
Ekonomika adalah studi tentang upaya manusia memperoleh kemakmuran materiil manuisa. Karakteristik ekonomika bahwa manusia dalam ekonomika = animal economicus yaitu binatang yang terus berusaha memperoleh kemakmuran materiil. Bidang ekonomi yang dikaji yaitu konsumsi, produksi, distribusi dan pertumbuhan sepanjang waktu. Satuan ekonomi yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro.
Implikasi ekonomika dalam praktek pendidikan antara lain:
a.        Landasan economical pendidikan yaitu konsep ekonomik yang menjadi dasar atau landasan pendidikan.
b.       Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan dan kegiatan pendidikan
c.        Pendidikan = penanaman modal dalam sumber daya manusia atau human investment (ditinjau dari ekonomi makro)
d.       Pendidikan = profesionalisasi (ditinjau dari ekonomi mikro).

Implikasi ekonomika dalam pengembangan teori pendidikan antara lain:
a.        Lahir dan berkembangnya ekonomika pendidikan yang dipelopori secara konseptual oleh Adam Smith, Alfred Marshall, J. Alan Thomas, G.D. Schultz.
b.       Lahir dan berkembangnya studi pendidikan dan pembangunan.

C.      PANDANGAN FILOSOFIS  TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKANNYA
1.       Filsafat Umum/Murni
Filsafat adalah studi tentang kebenaran alam semesta dan isinya. (Beck, 1979:2).  Berdasarkan telaah filosofis, karakteristik filsafat adalah sebagai berikut:
a.        Kritis, yaitu berpikir mengungkapkan dan memecahkan masalah secara menyeluruh dan mendalam
b.       Spekulatif (kontemplatif), yaitu berpikir menerobos melampoi fakta atau data-data yang tersedia dalam rangka menemukan hal yang hakiki.
c.        Fenomenologis, yaitu berpikir berawal dari gejala dan kemudian mencoba terus menguliti, mengurangi, mereduksi hal-hal yang tak penting, untuk sampai pada hal yang menjadi hakikat dari gejala
d.       Normatif, yaitu berpikir yang tertuju untuk mencari hal-hal yang seharusnya.
Obyek filsafat adalah pertanyaan umum yang terbuka/abadi, yaitu pertanyaan yang tidak pernah selesai dijawab sepanjang hidup manusia. Obyek yang menjadi lingkup pertanyaan filsafat adalah segala sesuatu dalam alam semesta dengan segala isinya. Adapun cabang filsafat sebagai berikut:
a.        Metafisika yaitu hakikat kenyataan masih terbagi lagi menjadi 4, yaitu: ontology (hakikat kenyataan alam semesta), teologi (hakikat Tuhan), kosmologi (hakikat alam) dan humanologi (hakikat manusia).
b.       Epistimologi = hakikat mengetahui dan pengetahuan, sedangkan logika = menyimpulkan untuk memperoleh pengetahuan.
c.        Aksiologi yaitu hakikat nilai, terbagi menjadi etika (hakikat baik dan jahat) serta estetika (hakikat indah dan jelek).
Aliran-aliran filsafat umum adalah sebagai berikut:

1)     Idealisme
2)     Neo-Thomisme
3)     Realisme
Metafisika
Kenyataan = sebuah dunia pikiran/rohaniah
Kenyataan = sebuah dunia rasio dan Tuhan
Kenyataan = dunia benda-benda
Humanologi
Binatang yang berpikir
Makhluk yang beripikir dan beriman/percaya
Binatang yang berbuat
Epistimologi
Pengetahuan yang benar melalui mata batin/pikiran/intuisi
Pengetahuan diperoleh melalui rasio dan percaya
Pengetahuan yangbenar diperoleh melalui pengalaman pendriaan
Aksiologi
Manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang bersumber dari Tuhan
Pengetahuan tentang kebaikan diperlukan agar dapat berbuat baik. Kebikan tertinggi adalah kebaikan yang bersumber pada pengetahuan dan Tuhan
Manusia diataur oleh hukum alam


4)     Eksperimentalisme/
Instrumentalisem
5)     Eksistensialisme
Metafisika
Kenyataan = sebuah dunia pengalaman
Kenyataan = sebuah dunia keberadaan manusia di dunia
Humanologi
Binatang yang berevolusi fisik, psikis dan sosial
Binatang yang bebas mewujudkan dirinya
Epistimologi
Pengetahuan diperleh melalui pengalaman pendriaan
Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman
Aksiologi
Yang baik adalah yang ternyata berguna dalam masyarakat
Nilai ditentukan oleh kebebasan memilih dari seseorang pribadi.

Implikasi filsafat murni dalam praktek pendidikan yaitu munculnya konsep-konsep filsafat ilmu seperti metafisika, epistimologi dan aksiologi yang menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan (landasan filosofis pendidkan). Implikasi berikutnya berupa munculnya sekolah percobaan seperti:
a.        Kindergarten dari Froebel merupakan penerapan gagasan pendidikan idealistic
b.       Casa De Bambini merupakan sekolah dari Montessori yang merupakan penerapan gagasan pendidikan naturalistik
c.        Laboratory school dari J. Dewey merupakan penerapan gagasan pendidikan pragmatic/eksperimentalistik, dsb.
Implikasi filsafat murni dalam teori pendidikan sebagai berikut:
a.        Munculnya filsafat pendidikan dipelopori oleh Plato
b.       Lahir dan berkembangnya aliran filsafat pendidikan, seperti: idealisme (pendidikan = pemekaran kemampuan berpikir), realisme (pendidikan = pemekaran kemampuan berbuat dan berpengalaman), eksperimentalisme (rekonstruksi pengalaman yang terus menerus sepanjang hidup), eksistensialisme (pendidikan = perwujudan kebebasan diri sendiri).


*       Filsafat Antropologi/Antropologi Filosofis
Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakikat manusia sebagai keseluruhan, atau manusia seutuhnya. Pengetahuan filosofis tentang manusia pada dasarnya dalah refleksi manusia tentang dirinya sendiri dan manusia dapat merefleksikan tentang dirinya sendiri hanya jika menjadi pribadi yang mengenal dirinya. Jadi tujuan utama filsafat antropologi adalah mencerminkan dirinya menjadi seorang pribadi. Objek kajian filsafat antropologi antara lain: masalah hubungan manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan.
Karakteristik manusia seutuhnya bahwa satu yang terkandung di dalamnya banyak aspek (one in many). Manusia seutuhnya adalah animal symbolicum. Karakteristik lain:
a.        Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk mengkomunikasikan pikirannya (animal sociale)
b.     Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan pikiran sebagai milik manusia yang unik (animal rationale)
c.      Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menalar dan sadari sebagai pribadi yang menalar.
d.     Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk mengkombinasikan unsur-unsur yang menghasilkan suatu yang kreatif.
e.      Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol maka dapat mengadakan perbedaan moral
f.      Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol dapat menyadari sendiri sebagai pribadi
Implikasi filsafat antropologi dalam praktek pendidikan antara lain sebagai berikut:
a.        Konsep manusia seutuhnya sebagai dasar tujuan pendidikan
b.     Pendidikan = humanisasi (proses mewujudkan kemanusiaan, atau proses menuju tercapainya manusia seutuhnya
c.      Tujuan utama dalam hidup mencapai perwujudan diri sendiri secara kooperatif
Implikasi filsafat antropologi dalam pengembangan teori pendidikan antara lain sebagai berikut:
a.        Timbul kebutuhan studi filsafat antropologi anak yang tertuju membahas hakikat anak (anak membawa dosa dari Adam dan hawa di surge; anak dilahirkan sebagai tabula rasa atau tanpa pembawaan; anak dilahirkan baik; anak dilahirkan tidak berdaya tapi penuh potensi)
b.     Mendorong lahir dan berkembangnya pedagogik atau ilmu mendidik yang memadukan aspek faktual dengan aspek normative, yang dipelopori oleh Herbart (perpaduan antara aspek filosofis yang menentukan tujuan-tujuan pendidikan dengan aspek psikologis yang menentukan cara-cara atau metode-metode pendidikan).


D.    KEHARUSAN PENDIDIKAN
Manusia sejak lahir sangat membutuhkan bantuan orang lain, khususnya kedua orang tuanya. Dapat dibayangkan seandainya anak manusia pada saat lahir dibiarkan begitu saja oleh ibunya, tanpa sentuhan apapun sedikitpun. Dengan mengabaikan kekuasaan Tuhan, kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang ditelantarkan tersebut.Keharusan mendidik anak telah disebut-sebut, misalnya karena anak pada saat lahir dalam keadaan tidak berdaya, anak tidak langsung dewasa, sehingga anak memerlukan perhatian dan bantuan orang lain. Dengan keterbatasan kemampuan anak menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan. Keterbatasan anak dikarenakan, anak lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan ia tidak langsung dewasa.
1.       Keharusan Pendidik
Keharusan manusia untuk mendapatkan pendidikan dapat kita simak dari uraian di bawah ini:
a.        Anak Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya
Dilihat dari sudut anak, pendidikan merupakan suatu keharusan. Pada waktu lahir anak manusia belum bisa berbuat apa-apa. Sampai usia tertentu anak masih memerlukan bantuan orang tua. Begitu anak lahir ke dunia, ia memerlukan uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya, dan berdiri sendiri, berbeda dengan binatang yang begitu lahir sudah dilengkapi kelengkapan fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk mempertahankan hidupnya.Misalnya anak harimau begitu lahir sudah dilengkapi dengan bulu yang dapat melindungi tubuhnya dari kedinginan. Begitu lahir setelah dibersihkan oleh induknya anak harimau tersebut sudah bisa bergerak untuk mencari susu induknya, walaupun belum memiliki kemampuan melihat secara normal. Beberapa jenis hewan yang baru keluar dari telurnya langsung bergerak seperti pada kura-kura, buaya, dan sebagainya. Begitu juga pada binatang lainnya khususnya binatang menyusui seperti kuda, kambing, kera dan sebagainya.Hal tersebut tidak demikian pada manusia. Manusia perlu mendapat bantuan orang lain untuk dapat menolong dirinya untuk sampai kepada dewasa. Masa pendidikan manusia memerlukan waktu yang lama karena di samping manusia harus dapat mempertahankan hidupnya dalam arti lahir, ia juga harus memiliki bekal yang berkaitan dengan moral, memiliki pengetahuan, dan keterampilan lainnya yang diperlukan untuk hidup. Makin tinggi peradaban manusia, makin banyak yang harus dipelajari agar dapat hidup berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.Oleh karena itu, anak/bayi manusia memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidup dengan belajar setahap demi setahap untuk memperoleh bekal nilai-nilai moral, memiliki kepandaian dan keterampilan, serta pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya itu memerlukan waktu yang cukup lama.Dilihat dari orang tua pendidikan juga merupakan suatu keharusan. Tanpa ada yang memaksa, dengan sendirinya orang tua akan mendidik anaknya. Hal tersebut disebabkan karena adanya rasa kasih sayang dan rasa tanggung jawab dari orang tua terhadap anaknya. Perasaan kasih sayang merupakan fitrah kemanusiaan yang akan timbul dengan sendirinya pada manusia. Rasa tanggung jawab menyebabkan orang tua, bahwa anak itu perlu memperoleh bimbingan agar ia di kemudian hari dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Anak perlu mendapat pendidikan dan orang tua merasa wajib untuk memberikan pendidikan bagi anaknya. Keduanya bertemu dalam kegiatan pendidikan yang berlangsung secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga.
Pendidikan karena dorongan orang tua, yaitu hati nuraninya yang terdalam yang memiliki sifat kodrati untuk mendidik anaknya baik dari segi fisik, sosial, emosi, maupun intelegensinya agar memperoleh keselamatan, kepandaian, memperoleh kebahagiaan hidup yang dicita-citakan, sehingga ada tanggung jawab moral atas hadirnya anak tersebut yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya.
b.       Manusia Lahir Tidak Langsung Dewasa
Untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan wazktu lama. Pada manusia primitif mungkin proses pencapaian kedewasaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa ini. Pada manusia primitif cukup dengan mencapai kedewasaan secara konvensional, di mana apabila seseorang sudah memiliki keterampilan unuk hidup, khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat berburu, dapat bercocok tanam, mengenal nilai-nilai atau norma-norma hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan dewasa. Dilihat dari segi usia, misalnya usia 12-15 tahun, pada masyarakat primitif sudah dapat melangsungkan hidup berkeluarga. Pada masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih kompleks, sesuai dengan makin kompleksnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga makin kompleksnya sistem nilai.            Untuk mengarungi kehidupan yang dewasa, manusia perlu dipersiapkan, lebih-lebih pada masyarakat modern. Bekal tersebut dap[at diperoleh dengan pendidikan, di mana orang tua atau generasi tua akan mewariskan pengetahuan, nialai-nilai, serta keterampilannya kepada anak-anaknya atau pada generasi berikutnya.Manusia merupakan makhluk yang dapat dididik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan. Manusia merupakan makhluk yang harus dididik, karena manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, lahir tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
c.        Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan, di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memiliki perilaku hewan. Seekor kucing yang dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berperilaku kucing, tidak akan berperilaku anjing, karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya.Manusia hidup bersama orang lain, tidak sendirian. Mereka menentukan berbagai perjanjian agar hidup bersama itu menguntungkan kedua belah pihak. Menguntungkan bagi masyarakat, dan juga menguntungkan bagi kehidupan individu masing-masing. Manusia sebagai makhluk sosial, disamping memiliki dorongan untuk hidup secara individual, ia juga menunjukan gejala-gejala sosial. Ia senang hidup bersama dengan orang lain.Seorang manusia perlu mencapai suatu taraf kedewasaan tertentu agar ia dapat hidup bersama dengan orang lain. Kalau tidak, akan berbuat di luar perjanjian (kebiasaan, adat, aturan) yang berlaku. Hal itu berarti bahwa ia tidak dewasa secara sosial. Walaupun secara biologis ia sudah matang, tetapi untuk hidup bersama dengan orang lain, ia perlu mendapatkan pendidikan.Kalau manusia bukan makhluk sosial, atau ia tidak hidup bersama-sama dengan orang lain, pada hakikatnya ia hidup sendiri-sendiri. Maka hidup manusia itu tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan. Dalam kehidupan seperti ini, manusia tidak dapat dipengaruhi, karena ia telah membawa pola hidupnya yang tetap dan tidak perlu lagi belajar dari orang lain atau melalui apapun. Ia sudah dalam keadaan matang untuk mengikuti kehidupan yang polanya sudah ada (terjadi). Dalam keadaan demikian, pendidikan tidak perlu lagi karena memang tidak diperlukan.
d.       Manusia sebagai Makhluk Individu yang Berdiri Sendiri
Pengertian makhluk sosial tidak berarti bahwa individu (perorangan) tiadak ada. Pengertian sosial harus diartikan bahwa manusia hidup bersama dalam kepribadian sendiri-sendiri. Ia masih tetap berdiri sendiri, namun bersama-sama dengan orang lain. Pergaulan hidup, adalah hidup antara pribadi-pribadi (individu-individu) satu sama lain. Tidak berarti bahwa individu itu luluh menyatu dengan yang lain, seperti halnya boneka-boneka yang hanya bergerak dengan pola yang sama. Manusia memang hidup bersama, namun tetap secara individu dan individu.Dengan adanya pribadi-pribadi orang perorangan yang berbeda, karena itulah pendidikan diperlukan, karena setiap orang yang bersifat individu itu perlu belajar hidup dengan individu lannya. Pendidikan tidak mendidik agar setiap orang (individu) dapat berperilaku sebagai individu bersama dengan individu lainnya.
e.        Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Bertanggung Jawab
Seorang manusia mampu atau tepatnya harus mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Setiap tindakan manusia membawa akibat, dan sering kali akibat itu menimpa orang lain, karena kita hidup bersama-sama dengan orang lain. Seekor hewan kalau berbuat sesuatu tidak akan mengerti akibat yang timbul dari tindakan tersebut, karena ia tidak mampu berpikir, dan tindakannya hanya didasarkan oleh insting belaka.Manusia akan dapat memperhitungkan akibat tindakannya, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Karena itulah manusia patut diminta pertanggung jawaban atas segala perbuatannya, karena kita pradugakan ia akan mengerti apa akibatnya. Pendidikan di samping mengajar orang agar menjadi tahu, dan terampil, pendidikan juga mengembangkan sikap. Sikap yang utama adalah sikap tanggung jawab, karena makhluk sosial manapun memang harus bertanggung jawab.
Bertanggung jawab adalah sejajar dengan manusia sebagai makhluk sosial. Kalau sikap bertanggung jawab tidak dimiliki setiap oleh setiap insan, maka kehidupan akan kacau, kaerena manusia akan bertindak semaunya, setiap orang hanya akan menuruti kehendaknya sendiri, dan tidak akan bertahan hidup lama.Pendidikan itu sendiri merupakan tindakan yang bertanggung jawab, yaitu bertanggung jawab terhadap generasi manusia selanjutnya, karena kita tahu bahwa setiap anak membutuhkan bantuan. Kalau tidak bertanggung jawab terhadap generasai berikutnya, mereka akan terlantar. Disinilah pendidikan bertanggung jawab bagi kelanjutan kehidupan dan hidup generasi berikutnya.Untuk melaksanakan pendidikan diperlukan adanya kesediaan anak didik untuk menerima pengaruh. Pada saat anak masih kecil kesediaan ini belum ada, baru timbul kemudian kalau anak itu merasa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu dan perlu bantuan orang lain, sehingga ia perlu belajar dari orang lain. Selama anak belum mau menerima pengaruh orang lain diluar dirinya, tidak akan muncul ketaatan terhadap pihak lain yang berusah mempengaruhinya. Kalau anak sudah menyadari kekurangannya, ia akan mau menerima pengaruh dan mau taat, dengan kata lain ia mau menerima kewibawaan pendidik.
f.        Sifat Manusia dan Kemungkinan Terjadinya Pendidikan
Apa sebabnya pendidikan hanya terjadi pada manusia? Pada tumbuh-tumbuhan sebagai makhluk hidup sama sekali tidak terjadi pendidikan. Pada tingkat hewan ada perilaku yang mirip dengan pendidikan, namun sangat jauh berlainan dengan pengertian pendidikan yang sebenarnya. Tindakan yang mirip pendidikan itu disebut “dressur” ( pembiasaan dan dilatih terus menerus).Anak anjing meniru induknya, dengan jalan bermain-main, dia melepaskan dorongan untuk berkelahi. Dia berkelahi ( main-main ) dengan induknya, sedangkan induknya sengaja membuat dirinya seperti bermain berkelahi juga. Kejadian tersebut seolah-olah pada induk anjing ada keinginan untuk “ mendidik “ anaknya. Dorongan untuk bermain seperti itu pada anjing-anjing tersebut tidak didasarkan atas kesadaran bahwa dirinya ( anak anjing ) tidak mampu, yang harus belajar kepada anjing lain. Bukan itu yang menjadi alasan anak anjing dan induknya bermain, namun didasarkan dorongan untuk berbuat, bergerak. Pada anjing-anjing tersebut tidak ada kesengajaan untuk berbuat atas kesadaran atas kekurangan dan ketidak mampuannya. Misalnya sang induk anjing sadar bahwa anaknya tidak mampu dan masih banyak kekurangan dalam pengalamannya. Dari anak anjing tidak ada kesediaan menerima pengaruh dari induknya, tidak ada kewibawaan.Pada manusia juga terjadi “ dressur “ pada saat anak belum memiliki kesadaran akan kekurangan dirinya. Pada saat itu anak merasakan untuk meniru dan berbuat, akan berbuat sesuatu. Anak usia sekitar 2 – 6 tahun misalnya, ia akan berbuat apa saja, ia bergerak menurut kemauannya. Anak dibelikan sepeda oleh ayahnya agar anak bisa naik sepeda dan ayahnya mendorong sepeda tersebut. Namun apa yang terjadi anak tidak mau naik sepeda, bahkan ia akan turun dan mendorong sepeda tersebut seperti ayahnya mendorong sepeda tadi.Contoh lain anak akan mengambil benda yang ia temukan disekelilingnya, melihat pisau ( padahal pisau itu sangat tajam ) ia akan ambil dan digosok-gosokkan seperti menirukan ibunya mengguanakan pisau tersebut, mungkin juga digosokan ke tangannya. Sang ibu sangat cemas berkata setengah berteriak, “ Auuu…anakku sayang jangan pake pisau itu, ibu pinjam ya sayang”. Sang anak tidak mau melepaskan pisau itu. Kalau diambil secara paksa ia akan menangis, caranya cari pisau lain atau benda lain yang menyerupai pisau yang tumpul lalu berikan kepadanya.Anak melihat orang tuanya waktu mandi menggosok gigi, dengan gesitnya anak mengambil sikat gigi ibunya dan ingin pakai pastanya. Disinilah si ibu mencoba melatih si anak untuk menggosok giginya, dan si anak dengan senangnya menggosok giginya walaupun tidak benar. Anak makan dengan orang tuanya, ia memperhatikan orang tuanya memakai sendok dan garpu, dengan cepatnya sang anak mengambil sendok makan, walaupun cara memegangnya dan cara memasukan ke mulutpun belum pas dan benar. Disini sang ibuu melatih anaknya membetulkan bagaimana cara memegang sendok, dan bagaimana memasukannya kedalam mulutnya.Dalam kejadian di atas, ayah melatih anaknya naik sepeda dan ibunya melarang anaknya menggunakan pisau supaya jangan bermain dengan pisau, ibu melatih anaknya menggosok gigi, sang ibu melatih anaknya menggunakan sendok, itu semuanya belum temasuk pendidikan yang sebenarnya, karena anak belum memahami, menyadari apa artinya perintah atau kemauan ayahnya untuk naik sepeda, dan anak juga tidak paham mengapa ibunya melarang bermain dengan pisau, mengapa harus menggosok gigi dan mengapa makan haruus pakai sendok. Yang dilakukan oleh kedua orang tua anak itu bukan pendidikan dalam arti sesungguhnya melainkan merupakan suatu “ dressur “.Jadi dengan sifat anak suka meniru beridentifikasi dengan orang lain, suka bermain, bisa menerima pengaruh dan menerima kewibawaan orang lain, merupakan keharusan bagi orang tua ( pendidik ) membimbingnnya. Pendidikan harus menjadi contoh bagi anak didiknya, memberi pengaruh yang positif untuk mengisi kedewasaan anak kelak.













BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
*       Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa, bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan merusak kodrat manusia. Apabila digunakan secara negative.
*       PANDANGAN ILMIAH TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKANNYA
*     Antropologi Biologis/Fisik
*     Antropologi Budaya
*     Psikologi
*     Sosiologi
*     Politika
*     Ekonomika ( Ilmu Ekonomi )

*       PANDANGAN FILOSOFIS  TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKANNYA
2.       Filsafat Umum/Murni
3.       Filsafat Antropologi/Antropologi Filosofis

*       Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keharusan mendidik anak adalah :
1.       Anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya
2.       2.Anak lahir tidak langsung dewasa
3.       Manusia sebagai makhluk sosial
4.       Manusia sebagai makhluk individu yang berdiri sendiri
5.       Manusia sebagai makhluk yang dapat bertanggung jawab
6.       Sifat manusia dan kemungkinan terjadinya pendidikan.





B. Saran
Kami selaku penulis mengharapakan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan kata dalam penulisan ini. Kritik dan saran yang membangun akan menjadikan kami lebih baik ke depannya dalam penulisan makalah.harapan kami dengan ditulisnya makalah ini bisa berguna bagi kita semua untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dibidang pengantar pendidikan.kurang dan lebihnya tentang makalah ini kami selaku penulis meminta maaf yang sebesar besarnya.












DAFTAR PUSTAKA

Umar Tirta Raharja, Lasulo. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tilaar. A. R. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES Press.

1 komentar: